TEKNIK-TEKNIK MERUQYAH
(TERAPI QUR’ANI)
DAN MEDIANYA
Oleh:
Achmad Zuhdi
Dh
Dalam beberapa hadis Nabi Saw, dapat diketahui tentang
cara-cara melakukan ruqyah (Terapi
Qur’ani) dan media yang dipergunakan. Setidaknya ada 9 (sembilan) cara yang
dapat dipraktikkan, yakni sebagai berikut:
Teknik pertama:
Hadis riwayat al-Bukhari dari ‘Abd
al-‘Aziz, ia berkata: “Aku dan Thabit
pernah masuk ke rumah 'Anas bin Malik. Thabit berkata: “Wahai 'Abu Hamzah ('Anas
bin Malik), saya telah sakit. 'Anas berkata: “Maukah kamu aku ruqyah dengan ruqyah Rasulullah Saw? Thabit menjawab: Ya, saya mau. 'Anas
(kemudian) membaca doa:
اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ مُذْهِبَ الْبَأْسِ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا
شَافِيَ إِلَّا أَنْتَ اشْفِ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا
“Ya Allah Tuhan penguasa manusia, Dhat yang menghilangkan
segala penyakit, sembuhkanlah! Engkaulah yang menyembuhkan, tiada yang dapat
menyembuhkan melainkan Engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak
menyisakan rasa sakit. (HR. Al-Bukhari No.5410
)
Hadis tersebut
menjelaskan tentang ruqyah terhadap
orang yang sakit, yang dalam pelaksanaannya cukup dengan membacakannya saja. Dalam bacaan ruqyah tersebut
menggunakan nama Allah al-Shafi (الشَّافِي), Yang Maha Penyembuh.
Teknik kedua:
Ruqyah (Terapi Qur’ani) dengan
cara membaca doa atau al-Qur’an, lalu meniup kedua telapak
tangan dan mengusapnya ke seluruh anggota badan.[2]
Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim dari ‘A'ishah
ra:
أَنَّ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا
اشْتَكَى نَفَثَ عَلَى نَفْسِهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ وَمَسَحَ عَنْهُ بِيَدِهِ فَلَمَّا
اشْتَكَى وَجَعَهُ الَّذِي تُوُفِّيَ فِيهِ طَفِقْتُ أَنْفِثُ عَلَى نَفْسِهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ
الَّتِي كَانَ يَنْفِثُ وَأَمْسَحُ بِيَدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَنْهُ
Bahwasanya
Rasulullah Saw, dulu apabila sakit beliau meniup untuk dirinya sendiri dengan
membaca surat al-Mu’awwidhat
(al-Ikhlas, al-Falaq, dan al-Nas) lalu mengusap
dengan tangannya. Ketika sakitnya semakin parah, saat menjelang wafatnya, aku
(‘A'ishah ra) yang meniupkan untuk dirinya dengan surat al-Mu’awwidhat
sebagaimana dulu Nabi meniup untuk dirinya dan mengusap dengan tangannya (HR.
Al-Bukhari dan Muslim).
Teknik ketiga:
Hadis riwayat al-Bukhari dari 'Abu Sa‘id al-Khudri, katanya: Seorang
sahabat Nabi pernah melakukan ruqyah kepada kepala kampung dengan cara sebagai
berikut:
...فَانْطَلَقَ
فَجَعَلَ يَتْفُلُ وَيَقْرَأُ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ حَتَّى
لَكَأَنَّمَا نُشِطَ مِنْ عِقَالٍ فَانْطَلَقَ يَمْشِي مَا بِهِ قَلَبَةٌ ...
Seorang
sahabat Nabi Saw (Abu Sa’id al-Hudri) kemudian mendatangi pemimpin kampung
yang tengah sakit itu lalu meniup dengan sedikit meludah sambil membaca al-hamdulillahi
rabbil ‘alamin (surat al-Faatihah). Setelah itu tidak lama kemudian pemimpin
kampung itu merasa lega, terlepas dari ikatan dan selanjutnya dapat berjalan
tanpa ada gangguan sama sekali...(HR. Al-Bukhari,
dll).
Teknik keempat:
Ruqyah (Terapi Qur’ani) dengan membaca doa atau
al-Qur’an dan meletakkan tangan pada bagian badan yang terasa sakit serta
mengusapnya.[4]
Hadis riwayat Muslim dari ‘Uthman bin 'Abi al-‘As
al-Thaqafi, ia pernah
mengadu kepada Rasulullah Saw tentang
rasa sakit yang ada di badannya semenjak ia masuk Islam. Maka Rasulullah Saw
bersabda:
«
ضَعْ يَدَكَ عَلَى الَّذِى تَأَلَّمَ مِنْ جَسَدِكَ وَقُلْ بِاسْمِ اللَّهِ ثَلاَثًا
وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ
».
Letakkan
tanganmu di atas bagian tubuhmu yang sakit, kemudian ucapkan basmalah
sebanyak tiga kali dan ucapkan “'a‘udhu billahi wa qudratihi min sharri ma
ajidu wa 'uhadhiru” (aku berlindung kepada Allah dan kekuasaanNya dari
kejahatan atau keburukan yang menimpaku dan yang aku takuti) sebanyak tujuh
kali (HR. Muslim).
Teknik kelima:
Ruqyah (Terapi Qur’ani) dengan membaca doa dan meletakkan ludah
pada jari telunjuknya kemudian meletakkannya di tanah lalu meletakkannya pada
tempat yang terluka.[5]
Hadis riwayat
al-Bukhari dan Muslim dari ‘A'ishah ra, katanya:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- كَانَ إِذَا اشْتَكَى الإِنْسَانُ الشَّىْءَ مِنْهُ أَوْ كَانَتْ بِهِ
قَرْحَةٌ أَوْ جَرْحٌ قَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- بِإِصْبَعِهِ هَكَذَا
وَوَضَعَ سُفْيَانُ سَبَّابَتَهُ بِالأَرْضِ ثُمَّ رَفَعَهَا « بِاسْمِ اللَّهِ
تُرْبَةُ أَرْضِنَا بِرِيقَةِ بَعْضِنَا لِيُشْفَى بِهِ سَقِيمُنَا بِإِذْنِ
رَبِّنَا »
Bahwasanya
Rasulullah Saw, apabila ada seseorang mengeluh kepada beliau tentang rasa sakit
akibat bisul (bernanah) atau luka, maka Nabi Saw membaca doa sambil meletakkan
jarinya di tanah seperti ini-Sufyan bin ‘Uyaynah mencontohkan dengan meletakkan
jari telunjuknya di tanah kemudian mengangkatnya dan berdoa: “Bismillah
turbatu 'ardina biriqati ba‘dina liyushfa bihi saqimuna bi'idhni rabbina” (Dengan
nama Allah, tanah bumi kita ini, dengan ludah sebagian kami, semoga dengannya
disembuhkan sakit kami dengan izin Tuhan kami).(HR. al-Bukhari dan Muslim).
Teknik keenam:
Ruqyah (Terapi Qur’ani)
dengan
membaca doa atau al-Qur’an dan memasukkan tangan ke dalam air yang
dicampur dengan garam.[6]
Hadis riwayat al-Tabrani dari Ali ra: “Pada suatu ketika
Nabi Saw sedang melaksanakan salat malam. Tiba-tiba tangannya tersengat
kalajengking. Setelah itu Nabi Saw mengambil air dicampur dengan garam kemudian
dituangkan ke tangan yang terkena sengatan tadi sambil dibacakan al-Qur’an
surat al-Kafirun, al-'Ikhlas, al-Falaq dan al-Nas. Peristiwa ini terrekam dalam
beberapa hadis berikut ini:
عَنْ عَلِيٍّ قَالَ: لَدَغَتِ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَقْرَبٌ وَهُوَ يُصَلِّي، فَلَمَّا فَرَغَ،
قَالَ: لَعَنَ اللهُ الْعَقْرَبَ لا تَدَعُ مُصَلِّيًا وَلاَغَيْرَهُ، ثُمَّ دَعَا
بِمَاءٍ وَمِلْحٍ، وَجَعَلَ يَمْسَحُ عَلَيْهَا وَيَقْرَأُ بِقُلْ
يَأَيُّهَاالْكَافِرُونَ، وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ، وَ قُلْ أَعُوذُ
بِرَبِّ النَّاسِ
‘Ali bin 'Abi
Talib berkata, “Ketika Rasulullah sedang salat, beliau disengat kalajengking.
Setelah selesai salat, beliau bersabda, ‘Semoga Allah melaknat kalajengking
yang tidak membiarkan orang yang sedang salat atau yang lainnya.’ Lalu beliau
mengambil sewadah air dan garam. Kemudian beliau usap bagian anggota badan yang disengat
kalajengking, seraya membaca surat al-Kafirun, al-Falaq dan al-Nas.”
(HR. Tabrani No. 830). Muh}ammad Nasiruddin al-'Albani mensahihkannya (al-Silsilah al-Sahihah,
Vol.II, 89).
Teknik ketujuh:
Ruqyah (Terapi Qur’ani)
dengan berdoa atau membaca al-Qur’an, lalu menuangkan air zam-zam dan meminumkannya.[7]
Hadis riwayat al-Bayhaqi dari Hisham bin ‘Urwah dari
ayahnya:
أَنَّ عَائِشَةَ كَانَتْ تَحْمِلُ مَاءَ زَمْزَمَ وَتُخْبِرُ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَفْعَلُهُ. وَرَوَاهُ غَيْرُهُ عَنْ أَبِى كُرَيْبٍ
وَزَادَ فِيهِ : حَمَلَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى الأَدَاوَى وَالْقِرَبِ
وَكَانَ يَصُبُّ عَلَى الْمَرْضَى وَيَسْقِيهِمْ
Bahwasanya ‘A'ishah ra pernah membawa air zam-zam. Ia
mengabarkan bahwasanya Rasulullah Saw pernah juga membawanya. Perawi lain
meriwayatkannya dari 'Abu Kurayb dengan tambahan: “Rasulullah Saw membawa air
zam-zam di dalam kantong kulit dan geriba, kemudian beliau menuangkannya pada
orang yang sakit dan meminumkannya (HR. Al-Baihaqi). Al-'Albani dalam Silsilah
al-Sahihah menilai hadis ini sahih.
Teknik kedelapan:
Ruqyah (Terapi Qur’ani) dengan menulis beberapa ayat al-Qur’an
atau doa pada kertas atau alat-alat yang boleh di letakkan di atas air,
kemudian diminumkan atau digunakan untuk
mandi.[8]
Hadis riwayat
al-Baihaqi bahwa Sa‘id bin Jubayr mendapatkan keterangan dari ‘Abdullah bin
‘Abbas tentang wanita yang mengalami kesulitan saat hendak melahirkan, ia
berkata:
يكتب
في قرطاس ثم تسقى : بسم الله الذي لا إله إلا
هو الحكيم الكريم ، سبحان الله وتعالى رب العرش
العظيم ، الحمد لله رب العالمين (كأنهم يوم
يرون ما يوعدون لم يلبثوا إلا ساعة من نهار بلاغ فهل يهلك إلا القوم الفاسقون)الأحقاف
: 35 ! (كأنهم يوم يرونها لم يلبثوا إلا عشية أو ضحاها)
النازعات :46
.هذا موقوف على ابن عباس
Hendaknya dituliskan di atas kertas
(dimasukkan dalam bejana berisi air) kemudian diminumkan. Adapun yang ditulis
adalah: bismillah alladhi la 'ilala 'illa huwa al-hakim al-karim,
subhanallahi wa ta‘ala rabbi al-‘arsh al-‘adhim, al-hamdulillahi rabb al-‘alamin,
kemudian surat al-Ahqaf ayat 35 (...ka'annahum yawma yarawna ma yu
‘aduna lam yalbathu 'illa sa’atan min naharin balaghun fahal
yuhlaku 'illa al-qawmu al-fasiqun, artinya: “pada hari mereka melihat azab yang
diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia)
melainkan sesaat pada siang hari. (inilah) suatu pelajaran yang cukup, Maka
tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.);
dan surat al-Nazi’at ayat 46 (ka'annahum yawma yarawnaha lam yalbathu 'illa
‘ashiyyatan aw duhaha, artinya: “pada hari mereka melihat hari berbangkit
itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar
saja) di waktu sore atau pagi hari). Hadis ini mawquf pada 'Ibn ‘Abbas
ra.
Jalal al-Din al-Suyuti mencatat riwayat dalam tafsirnya al-Durr
al-Manthur , Vol. IV/ 598. ثُمَّ تُغْسَلُ وَتُسْقَى المَرْأَةُ مِنْهُ
وَيُنْضَحُ عَلَى بَطْنِهَا وَفَرْجِهَا
(Kemudian air itu digunakan untuk
memandikan dan meminumkan wanita itu, lalu dipercikkan di atas perut dan
kemaluannya).
‘Abdullah bin 'Ah}mad berkata: “Aku melihat ayahku ('Imam
'Ahmad) menulis doa dan ayat-ayat tersebut pada sebuah tempat minuman yang
putih atau sesuatu yang bersih untuk seorang wanita yang sedang mengalami
kesulitan melahirkan” (اذا عسُر عليها وِلادتهُا). Menurut 'Ibn
al-Qayyim, menulis bacaan atau doa-doa (pada bejana berisi air) untuk ruqyah itu bisa memberikan manfaat (وَكُلّ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
الرُّقَى فَإِنَّ كِتَابَته نَافِعَة). Lebih lanjut
'Ibn al-Qayyim mengatakan bahwa sejumlah ulama salaf telah memberikan rukhs}ah
(keringanan) mengenai bolehnya menulis beberapa ayat al-Qur’an pada sebuah
gelas atau tempat minuman yang bersih lalu meminumnya. Hal itu bisa menjadi
sarana pengobatan atau penyembuhan (وَجَعَلَ ذَلِكَ مِنْ الشِّفَاء الَّذِي
جَعَلَ اللَّه فِيهِ).
Teknik kesembilan:
Ruqyah (Terapi
Qur’ani) dengan memukul dada, menyembur mulut
dengan sedikit air ludah dan mengusap wajah dengan air sambil berdoa atau membaca
al-Qur’an.[9]
Matar 'Ibn ‘Abd al-Rahman al-'A'naq berkata:
“Telah berkata pada saya 'Umm 'Aban binti al-Wazi‘ dari bapaknya bahwasanya
kakeknya yang bernama al-Zari‘ datang kepada Rasulullah Saw bersama seorang anaknya
yang mengidap penyakit gila atau anak saudara perempuannya. Kakek saya berkata:
“Ketika kami sudah sampai di hadapan Rasulullah Saw di kota Madinah, saya
berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya membawa seorang anak saya atau
anak saudara perempuan saya yang berpenyakit gila. Saya sengaja datang kepada
Engkau untuk meminta agar Engkau berdoa kepada Allah demi kesembuhannya".
Rasulullah Saw berkata: "Bawalah anak itu kemari". Saya lalu
mengambilnya, saat itu ia berada di atas kendaraan dan melepaskan tali
pengikatnya. Lalu saya melepaskan pakaiannya yang dipakai selama perjalanan,
kemudian saya berikan pakaian padanya sepasang pakaian yang indah. Lalu saya
membawanya kepada Rasulullah Saw. Ketika saya sudah sampai di hadapannya, beliau
berkata: “Dekatkanlah ia kepadaku dan letakkan punggungnya di hadapanku". Lalu
beliau memegang ujung dan pangkal pakaiannya dan memukul punggung anak itu sehingga
kelihatan putih ketiaknya. Saat itu beliau sambil mengucapkan:
اخْرُجْ عَدُوَّ اللَّهِ اخْرُجْ عَدُوَّ اللَّهِ
، فَأَقْبَلَ يَنْظُرُ نَظَرَ الصَّحِيحِ لَيْسَ بنظَرِهِ الأَوَّلِ ، ثُمَّ أَقْعَدَهُ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ يَدَيْهِ ، فَدَعَا لَهُ
بِمَاءٍ ، فَمَسَحَ وَجْهَهُ وَدَعَا لَهُ.
"Keluarlah wahai musuh Allah! Keluarlah wahai
musuh Allah!". Lalu anak tersebut kembali dapat melihat secara normal, tidak
seperti pandangan yang sebelumnya. Kemudian Rasulullah Saw mendudukkan anak itu
di hadapannya. Saat itu beliau berdoa dengan membawa air dan mengusap mukanya
(HR. Al-Tabrani).
Hadis tersebut menjelaskan tentang cara
Rasulullah Saw melakukan ruqyah
terhadap anak yang terkena sakit gila. Saat itu Rasulullah Saw melakukan ruqyah kepadanya dengan cara memegang pangkal dan ujung pakaian anak
itu kemudian memukul dadanya sambil mengucapkan: 'ukhruj ‘aduwwallah, 'ukhruj
‘aduwwallah! (keluarlah wahai musuh Allah, keluarlah wahai musuh Allah).
Setelah anak itu mengalami kesadaran, Rasulullah saw mendudukkannya lalu
mengusap wajahnya dengan air sambil berdoa.
Mengenai bacaan doanya, Sa‘id bin ‘Ali bin
Wahf al-Qahtani mengatakan bahwa bacaan ruqyah
yang paling agung adalah surat al-Fatihah, ayat al-Kursi, dua ayat terakhir dari
surat al-Baqarah, al-'Ikhlas, al-Falaq, dan al-Nas sambil meniup orang yang
terkena penyakit gila. Selain bacaan tersebut boleh juga bacaan ayat-ayat lain
yang terdapat dalam al-Qur’an al-Karim, karena sesungguhnya seluruh
al-Qur’an itu merupakan obat atau penyembuh apa yang ada dalam dada dan menjadi
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
[1] Lebih lengkap baca buku Achmad Zuhdi Dh, Terapi Qur’ani Tinjauan
Historis, al-Qur’an-al-Hadis dan Sains Modern (Surabaya: Imtiyaz, 2015),
95-99.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar