Jumat, 14 Juni 2019

Tujuh Golongan


TUJUH GOLONGAN

Oleh


Dr.H. Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu,  Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil; (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah; (3) seorang yang hatinya tergantung di masjid; (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya; (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata: ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah’; (6) seseorang yang bershadaqah secara tersembunyi sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya; dan(7) seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR. al-Bukhari No. 660 dan Muslim No. 91)


Status Hadis
            Hadis tersebut dinyatakan shahih oleh al-Bukhari dan Muslim dalam kitab shahihnya. Muhammad Nashiruddin al-Albani juga menilainya shahih (Irwa al-Ghalil, III/395). Hadis tersebut termasuk hadis yang sangat popular sehingga banyak ulama ahli hadis yang menghimpun dalam kitabnya. Di antaranya Muwatha Malik No. 3505;  Ahmad No. 9665; Al-Tirmidzi No. 2391; Al-Nasa-i No. 5380; Ibnu Khuzaimah No. 358;  Al-Thahawi No. 5847; Al-Baihaqi No. 794; Al-Thabrani No.1105; dan Ibn Hibban No. 4486.

Kandungan Hadis
            Pada hari Kiamat nanti, manusia sangat membutuhkan perlindungan Allah Azza wa Jalla. Pada hari itu mereka dikumpulkan di tempat lapang yang sangat luas, tidak ada naungan apapun juga. Mereka dikumpulkan dalam keadaan telanjang, tidak memakai alas kaki, tidak ada sehelai benang pun di tubuhnya, laki-laki dan perempuan sama. Rasululluh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya kalian akan dihimpun (pada hari Kiamat) menuju Allah Azza wa Jalla (إِنَّكُمْ تُحْشَرُوْنَ إِلَى اللهِ) dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan tidak dikhitan(HR. Muslim No. 7380). Yang dimaksud dengan naungan Allah adalah naungan arsy Allah (Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari, II/144).
Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah pada hari kiamat nanti adalah sebagai berkut:
Pertama, seorang Imam Yang Adil. Yang dimaksud dengan imam adalah seorang yang mempunyai kekuasaan besar seperti raja, presiden atau yang mengurusi urusan kaum Muslimin. Sedangkan yang dimaksud adil adalah seorang imam yang tunduk dan patuh dalam mengikuti perintah Allah Azza wa Jalla dengan meletakkan sesuatu pada tempatnya, tanpa melanggar atau melampaui batas dan tidak menyia-nyiakannya. Intinya amanah. Seorang pemimpin yang amanah, akan berusaha sekuat tenaga untuk menyejahterakan rakyatnya, walaupun sumber daya alamnya terbatas. Sebaliknya pemimpin yang khianat sibuk memperkaya diri sendiri dan keluarga serta kolega-koleganya, dan membiarkan rakyatnya tak berdaya. Jabir bin Abdillah berkata: “Sifat amanah itu akan membawa keberkahan, sedangkan sifat khianat itu akan menimbulkan kefakiran (al-Manawi, Faidh al-Qadir, III/183).
Kedua, pemuda yang tumbuh dalam ketaatan pada Allah. Dalam sebuah hadis dari Salman al-Farisi Radhiyallahu anhu disebutkan (أَفْنَى شَبَابَهُ وَنَشَاطَهُ فِي عِبَادَةِ اللهِ) artinya: “Dia menghabiskan waktu mudanya dan rajin dalam beribadah kepada Allah” (al-Asqalani, Fath al-Bari, II/145). Pada umumnya, seseorang saat masa mudanya lebih condong kepada kejahatan, kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan yang melanggar syari’at. Namun ada orang yang di saat mudanya justru mengekang hawa nafsunya dan beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla. Orang seperti inilah yang akan dilindungi oleh Allah Azza wa Jalla .
 Untuk saat ini jarang sekali kita lihat pemuda yang mau sadar untuk ke masjid kecuali yang dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Maka pantas saja, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasukkan pemuda yang rajin ibadah dalam golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat.
Ketiga, seseorang yang hatinya selalu terkait dengan masjid. Laki-laki yang hatinya terkait dengan masjid bisa berarti suka datang ke masjid, berdiam dan berdzikir di masjid. Di mana pun dan kapan pun,  ketika waktu shalat tiba, yang diinginkannya adalah mendatangi masjid. Selain itu juga bisa berarti suka memperhatikan masjid (dengan memberikan infak untuk kelengkapan sarana masjid) dan memikirkannya bagaimana agar masjid dapat dikondisikan sedemikian rupa sehingga para jamaah merasa nyaman setiap hadir dan beribadah di masjid.
Keempat, dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah juga karena-Nya. Yang dimaksud adalah mereka yang antara satu dengan yang lain berteman hanya karena Allah, sehingga teman yang dipilih adalah didasarkan kepada keshalihan dan keimanannya kepada Allah, bukan tertarik pada jabatan dan hartanya. Persahabatan tersebut dibangun di atas iman sampai datangnya kematian.
Kelima, seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Aku benar-benar takut kepada Allah. Pada tahun 1952. Buya Hamka mendapatkan undangan kehormatan ke Amerika Serikat. Selama dua bulan ia berada di negeri paman Sam itu tanpa membawa istri, saudara maupun sahabat. Malam itu, Buya Hamka beristirahat di sebuah hotel di Denver. Ia baru tiba jam sembilan dari negara bagian lainnya. Sebelum tidur, Buya Hamka mengerjakan shalat Maghrib dan Isya’ dengan jama’ qashar. Terdengar suara ketuk pintu, beberapa saat setelah ia shalat. Rupanya, seorang pelayan hotel. Dengan senyum simpul penuh hormat, pelayan itu menawarkan, “Apakah tuan malam ini perlu ditemani perempuan muda?”
Buya Hamka mengakui, saat itu dorongan hasrat lelaki memang sedang bergetar. Hampir dua bulan ia sendirian di negeri yang jauh ini. “No, thank you,” demikian jawaban tegasnya lalu menutup pintu kamar hotel itu dan beristirahat. Paginya, ketika shalat Subuh, Buya Hamka merasakan shalat kali itu lebih khusyu’ dan jauh lebih berkesan daripada sebelumnya (Tafsir al-Azhar, al-Ankabut ayat 45).
Demikianlah kira-kira contoh laki-laki yang sanggup menahan diri dari godaan wanita. Orang semacam inilah yang insya Allah masuk dalam tujuh golongan yang akan diselamatkan Allah pada hari kiamat.
            Keenam, seseorang yang bershadaqah dengan dirahasiakan sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya. Maksudnya, sedekah yang paling utama adalah sedekah yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Tidak diumumkan, tidak dipublikasikan.  Namun boleh saja seseorang bersedekah dengan memperlihatkan kepada orang lain dengan maksud  memberikan contoh kepada masyarakat luas supaya ikut bersedekah. Allah berfirman: Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Baqarah: 271).
            Ketujuh, seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu meneteskan air matanya. Maksudnya adalah orang yang rajin berdzikir pada Allah dengan benar-benar menghayati, hingga terkadang air matanya menetes ketika menyendiri karena takutnya kepada Allah. Dikatakan ia berdzikir seorang diri (ketika sepi) menunjukkan bahwa dzikir yang utama adalah yang disembunyikan, karena akan lebih terjaga dari riya’. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ada dua mata yang tidak disentuh oleh api neraka, yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang bergadang karena menjaga peperangan di jalan Allah”(HR. al-Tirmidzi No.1639).

            Semoga meginspirasi dan mencerahkan !