Kamis, 07 November 2013

ZAKAT KEPADA KELUARGA SENDIRI

Hukum Berzakat Kepada Keluarga Sendiri

Oleh


Dr.H.Achmad Zuhdi Dh,M.Fil I


Zakat kepada keluarga sendiri yang menjadi tanggungannya, seperti anak, isteri dan orangtua, menurut jumhur ulama tidak dibolehkan. Anak adalah tanggungan orangtua, sehingga orangtua wajib menafkahinya; dan isteri adalah tanggungan suaminya, sehingga suami wajib menafkahinya; demikian juga orangtua adalah tanggungan anaknya, sehingga anak wajib menafkahinya. Karena anak menjadi tanggungan orangtua, isteri menjadi tanggungan suaminya, dan orangtua menjadi tanggungan anaknya, maka zakat tidak boleh diberikan kepada mereka. Mereka justru berhak mendapatkan nafkah darinya.
Adapun zakat kepada keluarga sendiri yang tidak menjadi tanggungannya, seperti saudara, paman, keponakan, dan sanak kerabat lainnya, maka ulama membolehkannya. Menyerahkan zakat kepada sanak kerabat (keluarga sendiri) dibolehkan jika memang mereka betul-betul orang yang berhak menerima zakat yaitu termasuk delapan golongan sebagaimana yang dijelaskan dalam surat al-Taubah ayat 60. Bahkan kerabat (keluarga sendiri) lebih berhak mendapatkan zakat dari yang lainnya karena akan mendapatkan dua pahala sekaligus. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Saw:
 إِنَّ الصَّدَقَةَ عَلَى الْمِسْكِينِ صَدَقَةٌ وَعَلَى ذِي الرَّحِمِ اثْنَتَانِ صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ
Sesungguhnya sedekah kepada orang miskin pahalanya satu sedekah. Sedangkan sedekah kepada kerabat pahalanya dua, yaitu pahala sedekah dan pahala menjalin hubungan kekerabatan.”(HR. al-Tirmidzi dari Salman bin Amir). Al-Albani mengatakan hadis ini hasan-sahih.
Termasuk keluarga sendiri yang boleh menerima zakat adalah suami dari isterinya dan anak dari  ibunya. Suami yang miskin boleh menerima zakat dari isterinya, dan anak yang miskin juga boleh menerima zakat dari ibunya. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi Saw berikut ini:
  ثُمَّ انْصَرَفَ فَلَمَّا صَارَ إِلَى مَنْزِلِهِ جَاءَتْ زَيْنَبُ امْرَأَةُ ابْنِ مَسْعُودٍ تَسْتَأْذِنُ عَلَيْهِ فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذِهِ زَيْنَبُ فَقَالَ «أَىُّ الزَّيَانِبِ». فَقِيلَ امْرَأَةُ ابْنِ مَسْعُودٍ. قَالَ« نَعَمِ ائْذَنُوا لَهَا ». فَأُذِنَ لَهَا قَالَتْ يَا نَبِىَّ اللَّهِ إِنَّكَ أَمَرْتَ الْيَوْمَ بِالصَّدَقَةِ، وَكَانَ عِنْدِى حُلِىٌّ لِى، فَأَرَدْتُ أَنْ أَتَصَدَّقَ بِهِ، فَزَعَمَ ابْنُ مَسْعُودٍ أَنَّهُ وَوَلَدَهُ أَحَقُّ مَنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَلَيْهِمْ. فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم–«صَدَقَ ابْنُ مَسْعُودٍ، زَوْجُكِ وَوَلَدُكِ أَحَقُّ مَنْ تَصَدَّقْتِ بِهِ عَلَيْهِمْ »
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai berkhutbah, sesampainya beliau di tempat tinggalnya, datanglah Zainab, isteri Ibnu Mas’ud meminta izin kepada beliau, lalu dikatakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ini adalah Zainab”. Beliau bertanya, “Zainab siapa?”. Dikatakan, “Zainab isteri dari Ibnu Mas’ud”. Beliau berkata, “Oh ya, persilakanlah dia”. Maka dia diizinkan kemudian berkata, “Wahai Nabi Allah, sungguh engkau hari ini sudah memerintahkan shadaqah (zakat) sedangkan aku memiliki emas yang aku berkendak menzakatkannya namun Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa dia dan anaknya lebih berhak terhadap apa yang akan aku sedekahkan ini dibandingkan mereka (mustahiq).“ Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ibnu Mas’ud benar, suamimu dan anak-anakmu lebih barhak kamu berikan shadaqah (zakat) daripada mereka“.(HR. al-Bukhari dan Muslim).

Mengenai pengumpulan zakat, idealnya diserahkan kepada lembaga zakat seperti Badan Amil Zakat (BAZ) milik pemerintah atau Baitul Mal. Hal ini mengacu kepada sejarah pada masa khalifah, di mana saat itu zakat dikumpulkan oleh pegawai sipil (amilin) dan didistribusikan kepada mereka yang berhak (mustahik). Tetapi, sejak kejatuhan khalifah dan negara-negara Islam, zakat tidak dapat diselenggarakan oleh pemerintah, dan sejak itu zakat dikelola oleh masing-masing muzakki (orang yang berzakat) sendiri untuk diserahkan kepada lembaga atau sasaran masyarakat yang berhak menerima. Untuk saat ini, meskipun tidak ada keharusan menyerahkan zakat kepada BAZ, demi tersalurnya zakat secara tepat dan merata dan sesuai sasaran, maka sebaiknya zakat diserahkan kepada lembaga zakat yang sudah terpercaya seperti LAZISMU dan lain-lain. 

Telah dimuat dalam majalah 
informasi donatur Lazismu Sidoarjo 
edisi September-Oktober 2013