Sabtu, 10 Desember 2011

SHALAT GERHANA

TATA CARA SHALAT GERHANA

SESUAI PETUNJUK RASULULLAH SAW

Oleh: Achmad Zuhdi Dh

081 758 1229

Blog. www.zuhdidh.blogspot.com

1. Shalat gerhana terdiri dari dua rakaat, empat bacaan al-Fatihah dan surat, empat ruku, empat i’tidal, empat sujud dan dua salam;

2. Waktu shalat gerhana dimulai dari awal gerhana sampai gerhana tersebut berakhir. Nabi Saw bersabda:

فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى يَنْجَلِىَ

Oleh karena itu, bila kalian melihatnya, maka berdoalah kepada Allah dan shalatlah sampai kembali terang. (al-Bukhari No1060 dan Muslim No.904).

3. Cara melaksanakannya: Pada rakaat pertama membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang, kemudian ruku’ dengan ruku’ yang panjang, kemudian mengangkat kepalanya dan membaca: “Sami ‘allahu liman hamidah, rabbana wa lakal hamd”.(Maha mendengar Allah terhadap orang yang memuji-Nya. Wahai Robb kami, bagi Engkaulah segala puji). Setelah i’tidal, kemudian membaca Al Fatihah dan surat yang lebih pendek dari yang pertama, kemudian memanjangkan ruku’nya, lebih pendek dari ruku’ yang pertama, kemudian mengangkat kepalanya dan membaca: ”Sami ‘allahu liman hamidah, rabbana wa lakal hamd, hamdan katsiran thayyiban mubaarakan fiihi, mil’as samaa’i wa mil’al ardh, wa mil’a ma syi’ta min syai’in ba’du” (Maha mendengar Allah terhadap orang yang memuji-Nya. Wahai Robb kami,bagi Engkaulah segala puji dengan pujian yang banyak, baik dan penuh keberkahan padanya, sepenuh langit, sepenuh bumi dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki dari segala sesuatu sesudahnya).

Lalu sujud dua kali yang panjang dan tidak memperlama duduk diantara dua sujud.

Kemudian bangkit menuju rakaat yang kedua. Untuk raka’at yang kedua seperti yang pertama dengan dua ruku’ dan dua sujud yang panjang, sebagaimana yang dikerjakan pada raka’at yang pertama, kemudian tasyahud dan salam.

4. Tata cara tersebut sesuai dengan hadits Nabi Saw berikut Ini:

روت عائشة رضي الله عنها: “أن الشمس خسفت على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم، فخرج رسول الله صلى الله عليه وسلم، فقام وكبر وصف الناس وراءه، فاقترأ رسول الله صلى الله عليه وسلم قراءة طويلة، فركع ركوعا طويلاً، ثم رفع رأسه، فقال: سمع الله لمن حمده ربنا ولك الحمد، ثم قام فاقترأ قراءة طويلة هي أدنى من القراءة الأولى ثم كبر فركع ركوعا طويلاً هو أدنى من الركوع الأول، ثم قال: سمع الله لمن حمده ربنا ولك الحمد، ثم سجد ثم فعل في الركعة الثانية مثل ذلك حتى استكمل أربع ركعات وأربع سجدات، وانجلت الشمس قبل أن ينصرف” ، متفق عليه.

‘Aisyah Ra meriwayatkan: “Matahari mengalami gerhana pada masa Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam, maka beliau berdiri, bertakbir, dan orang-orang berbaris dibelakang beliau. Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam membaca bacaan yang panjang lalu beliau ruku’ dengan ruku’ yang lama, kemudian mengangkat kepalanya dan mengucapkan, “SAMI’ALLAAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANAA WA LAKAL HAMDU”. Kemudian beliau berdiri dan membaca bacaan yang panjang lebih pendek dari bacaan yang pertama, lalu takbir dan ruku’ yang lama lebih pendek dari ruku’ yang pertama, kemudian mengucapkan, “SAMI’ALLAAHU LIMAN HAMIDAH, ROBBANAA WA LAKAL HAMDU”. Kemudian sujud. Lalu beliau mengerjakan yang seperti itu pada rakaat yang kedua hingga sempurna empat ruku’ dan empat sujud. Dan matahari kembali terlihat sebelum beliau selesai”.( Al Bukhari (1046) [2/688]; dan Muslim (2088) [3/440].)

5. Beberapa amalan selain shalat yang perlu dilakukan saat terjadinya gerhana adalah, banyak berdoa, bertakbir dan bersedekahlah. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Saw:

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah bukti tanda-tanda kekuasaan Allah.Sesungguhnya keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang, dan tidak pula karena hidupnya seseorang. Oleh karena itu, bila kalian melihatnya, maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, shalat dan bersedekahlah.(al-Bukhari No.1044 dan Muslim No 2127).