Sabtu, 02 Mei 2015

JEJAK PERADABAN ISLAM DI YORDANIA

JEJAK PERADABAN ISLAM
DI YORDANIA

Oleh:

Dr.H.Achmad Zuhdi Dh,M.Fil.I


Muqaddimah
Yordania (Bahasa Arab: اَلأُرْدُن, Al-'Urdun), resminya Kerajaan Ha>shimi>yah Yordania (Bahasa Arab: اَلمَمْلَكَة اَلأُرْدُنِيَّة اَلهَاشِمِيَّة), Al-Mamlakah al-Urduni>yah al-Ha>shimi>yah) adalah sebuah kerajaan di Tepi Barat Sungai Yordan. Negara ini berbatasan dengan Arab Saudi di timur dan tenggara, Irak di timur-laut, Suriah di utara dan Tepi Barat dan Israel di barat, berbagi kekuasaan atas Laut Mati. Satu-satunya pelabuhan Yordania adalah di ujung barat-daya, di Teluk Aqaba[1], yang sebagiannya juga dikuasai oleh Israel, Mesir, dan Arab Saudi. Lebih dari separuh Yordania diliputi oleh Gurun Arab. Tetapi, bagian barat Yordania berupa hutan dan lahan layak tanam. Yordania adalah bagian dari Bulan Sabit Subur. Ibu kota dan pusat pemerintahannya adalah Amman.[2]

Penulis bersama Osama dari Yordan

            Luas wilayahnya mencapai 92.300 km2 (luas tepian timur sungai Yordania), 91.971 terdiri dari daratan dan 329 area perairan. jumlah penduduknya berdasarkan data statistik tahun 1998 M mencapai 4.600.000 jiwa, dengan mayoritas pemeluk Islam sunni (92 %), dan selebihnya penganut agama Nasrani 6 %.[3] Dalam laporan Badan Statistik terbaru yang dikeluarkan pemerintah Yordania mencatat bahwa ada sekitar 9,9 juta warga dan sekitar 14% di antaranya merupakan penduduk Suriah yang mendiami seluruh wilayah Jordan[4].
Yordania didirikan pada tahun 1921, dan diakui oleh Liga Bangsa-Bangsa sebagai sebuah negara di bawah mandat Britania pada tahun 1922 yang dikenal sebagai Emirat Transyordania. Pada tahun 1946, Yordan bergabung dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai negara merdeka yang secara resmi dikenal sebagai Kerajaan Ha>shimi>yah Yordania.[5]

Jejak-Jejak Peradaban Islam di Yordania

Masjid al-Husayni


Tempat-tempat bersejarah yang merupakan peninggalan peradaban Islam di Amman-Yordania mudah ditemukan. Di antaranya Masjid Al-Husayni yang terletak di jantung kota Amman, berdekatan dengan Pasar Al Ballad. Masjid ini pada mulanya dibangun pada masa kejayaan Khalifah Umar bin Al Khattab Ra, tahun 640 Masehi, dan ini merupakan masjid tertua di Amman. Nama masjid ini dinisbahkan kepada al-Shari>f al-Husayn bin Ali[6].
Masjid ini pernah runtuh, namun tahun 1923/1924 M dibangun kembali oleh raja Abdullah pertama yang berkuasa waktu itu, dengan tetap mempertahankan sentuhan arsitektur gaya Turki, yang terlihat hampir di setiap sudut bangunan masjid. Meski telah berusia ratusan tahun, namun masjid ini masih terpelihara baik. Setiap Jumat tiba, penduduk Amman yang tinggal di sekitar masjid, melaksanakan sholat jama’ah dengan khusyuk.
Masjid al-Husayn ini panjangnya 58,5 meter dan lebarnya 12,5 meter. Memiliki dua menara, masing-masing tingginya 70 m yang sebelah kanan dan 35 m yang sebelah kiri[7].

Laut Mati


Tempat lain yang mengesankan, tak jauh dari Ibukota Amman, adalah al-bah}r al-mayyit atau laut mati. Al-bah}r al-mayyit juga disebut dengan bah}i>rah Lu>t} bah}r Lu>t[8]. Laut mati ini merupakan tempat terendah dipermukaan bumi, terletak 408 meter di bawah permukaan laut[9]. Menginjakkan kaki di tempat ini, akan terasa sentuhan Islam melalui kisah perjuangan di masa Nabi Luth Alaihissalam. Menjadi tanda peringatan akan kekejian perilaku kaum Nabi Luth, yang memuja dewa-dewa dan berperilaku menyimpang, saling mencintai sesama jenis.
Ketika Nabi Luth menyuruh mereka meninggalkan perilaku maksiat dan menyampaikan perintah Allah, mereka ingkar, dan menolaknya sebagai seorang Nabi dan melanjutkan perilaku menyimpang mereka. Sebagai balasannya, mereka dihancurkan dengan bencana yang sangat mengenaskan.
Ketika membaca Perjanjian Lama, kitab suci umat Nasrani dan Yahudi, akan kita ketahui bahwa hal ini dilukiskan dengan istilah yang sama sebagaimana dalam Al Qur’an. Menurut Perjanjian Lama[10], tempat tinggal kaum berperilaku menyimpang ini adalah kota Sodom. Temuan purbakala hasil penggalian mengungkapkan, kota tersebut dibangun dekat Laut Mati, di sepanjang perbatasan Israel dan Yordania. Para arkeolog yang bekerja di wilayah tersebut menemukan bukti telah tejadinya bencana mengerikan. Kerusakan parah pada rangka manusia yang berhasil digali menandakan telah terjadinya gempa bumi dahsyat.
Al Qur’an surat Hud ayat 82-83, mengungkapkan bahwa malaikat datang kepada Nabi Luth dan memperingatkan hal ini di malam sebelum terjadinya bencana:

Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang pun di antara kamu yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?" Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah, dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi; yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim
[11].

Semua penduduk Kota Sadu>m (Sodom) dan ‘Amu>ra/ Gomorrah (سدوم و عمورة او جمورة او كمورة), termasuk istri Nabi Luth[12], terkubur di dasar bumi[13]. Bekas tanah yang dibalik Allah itulah, yang sekarang menjadi laut mati (al-bah}r al-mayyit). Itulah peninggalan Kota Sadu>m dan A<mu>ra, yang masih bisa dilihat sampai sekarang. Kini, sebagian kota tersebut menjadi wilayah Palestina dan sebagian lain menjadi wilayah Yordania.[14]


Makam Nabi Shu’ayb


Sekitar setengah jam berkendaraan ke arah barat laut Kota Amman, atau ke wilayah Salt, akan dijumpai makam Nabi Shuayb AS. Syu'aib (bahasa Arab: شعيب; Shuayb,) (sekitar 1600 SM - 1500 SM) adalah seorang nabi yang diutus kepada kaum Madyan dan Aikah. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 1550 SM. Namanya disebutkan sebanyak 11 kali di dalam Al-Qur'an dan ia wafat di Madyan.
Makam ini pernah mengalami renovasi dan kini terletak di dalam sebuah area masjid. Alkisah, Nabi Shu~``‘ayb AS, berdakwah kepada kaumnya di Negeri Madyan atau sekarang wilayah selatan Palestina. Kaum Madyan adalah penyembah berhala dan alam seperti pohon-pohon dan hutan. Penduduk Madyan akhirnya musnah disambar petir, karena pengingkarannya terhadap dakwah Nabi Syu’ayb, kecuali Nabi Shuayb dan seluruh pengikutnya.[15]  
Demikianlah, Allah Swt mengirimkan kepada mereka berbagai bentuk adzab dan musibah karena sifat dan perbuatan mereka yang buruk. Allah timpakan kepada mereka gempa bumi sebagai balasan karena mereka mengancam akan mengusir Nabi Syu’ayb dan para pengikutnya (QS. Al A’raaf: 91). Dia juga menimpakan suara yang mengguntur sebagai balasan atas olok-olokkan mereka kepada Nabi mereka (QS. Huud: 87). Dan Dia juga menimpakan kepada mereka naungan awan yang daripadanya keluar bunga api sebagai jawaban atas permintaan mereka untuk ditimpakan adzab berupa gumpalan dari langit (QS. Asy Syu’aaraa': 187-188).
Allah menyelamatkan Nabi Syu’ayb As dan orang-orang yang beriman bersamanya, Dia berfirman:
Dan ketika datang adzab Kami, Kami selamatkan Syu’ayb dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya. Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, kebinasaanlah bagi penduduk Madyan sebagaimana kaum Tsamud telah binasa.”[16] 
Gua Ashab al-Kahfi


            Ashab al-Kahfi adalah para pemuda yang diberi taufik dan ilham oleh Allah Swt. sehingga mereka beriman dan mengenal Rabb mereka. Mereka mengingkari keyakinan yang dianut oleh masyarakat mereka yang menyembah berhala. Mereka hidup di tengah-tengah bangsanya dan tidak menampakkan keimanan mereka ketika berkumpul sesama mereka, sekaligus karena khawatir akan gangguan masyarakatnya. 
Mereka adalah terdiri dari  tujuh pemuda dan seekor anjing yang mendapat petunjuk dan beriman kepada Allah tertidur lelap dalam gua selama 309 tahun. Mereka melarikan diri dari kekejaman raja Dikyanus. Selengkapnya dapat dibaca dalam al-Qur’an surat al-Kahfi. Dalam al-Qur’an disebutkan kisah sebagai berikut:

Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan kami yang mengherankan?  (Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)."Maka kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu. Kemudian kami bangunkan mereka, agar kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu).[17]
Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).[18]

Goa ini sekarang populer dengan nama gua As}h}a>b al-Kahfi. Lokasi gua ini terdapat di Yordania di perkampungan Al-Rajib atau dalam Al-Quran di sebut Al-Raqim, yang berjarak 1.5 km dari kota Abu A’landa dekat kota Amman- Yordania. Info terakhir yang didapatkan bahwa Raja Abdullah ke 2 (Raja Yordania) telah meresmikan untuk mendirikan di muka gua Ashhabul Kahfi masjid dan ma’had yang diberi nama “Masjid Gua Ahlul Kahfi” dan Ma’had Da’wah dan Dai’[19].

Jabal (Gunung) Nebo dan Musa


Pengkaji Barat menduga bahwa sejarah Jordan bermula di Bukit Nebo (Mount Nebo). Bukit Nebo ini terletak dekat Madaba dan diyakini sebagai tempat di mana Musa[20] dikebumikan. Dari atas Mount Nebo, pengunjung dapat menikmati pemandangan Lembah Jordan, Laut Mati dan juga Jerusalem serta Bayt al-Lahm. Pada 393 M sebuah gereja telah didirikan. Pada abad ke-7 M, bukit ini menjadi tempat perkumpulan bagi para haji yang datang dari jauh. Memorial dari gangsa berbentuk ular yang meliliti palang Salib dibuat oleh Gian–Paolo Fantoni of Florence. Ular yang ditunjukkan adalah simbolik kepada ular yang konon ditemukan di padang pasir dan dipelihara Musa dan begitu juga dengan penyaliban Isa yang bertujuan untuk menebus dosa umatnya.
Kawasan ini pernah melalui zaman kerajaan Mesir, Syria, Babylon, Parsi, Macedonia, Rom, Bizantium, Arab, Mamluk dan Turki. Menjadi perhatian Kubilai Khan cucu Genghis Khan dari Mongol, juga diminati oleh Napoleon Bonaparte dan Adolf Hitler. Merupakan persingahan alternatif perdagangan sutera, rempah dan lain- lain ke Mediterranian selain dari Laut Merah.[21] 

Petra 


Petra adalah sebuah tempat yang mengagumkan di mana gunung-gunung yang tandus dipahat dan dijadikan bangunan-bangunan  luar biasa. Bebatuan besar digali dan diukir dengan kerumitan tertinggi, membuat kita sangat sulit membayangkan bagaimana orang zaman dahulu bisa membangunnya. Petra juga terkenal dengan sistem pengairannya yang canggih. Di tempat ini ada teater yang bisa menampung 4.000 orang. 
Keahlian orang Petra tersebut telah digambarkan oleh Allah dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan[22].
...dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin[23].
                                         
Sayyid T{ant}a>wi> dalam al-Tafsi>r al-Wasi>t}{,[24] mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “memberikan tempat bagimu bumi” pada ayat tersebut adalah tempat atau wilayah antara Hijaz (Arab Saudi) dan Sha>m (Syiria), dalam hal ini adalah wilayah Yordania. Dalam kisah para nabi, pengikut Nabi Musa yang baru saja selamat dari kejaran Firaun, akhirnya tiba di Petra. Di tempat ini, Nabi Musa mendapat perintah Allah untuk memukulkan tongkatnya ke sebuah batu. Dari batu itu memancarlah 12 mata air, untuk dimanfaatkan rombongan pengikut Nabi Musa yang kehausan setelah menempuh perjalanan panjang.[25]
Abad ke satu sebelum masehi Suku Nabatean menjadi saudagar yang sukses, penduduknya sudah mencapai 30.000 orang. Kerajaannya yang semakin kuat membuat mereka menguasai sampai  Damaskus di utara dan Laut Mati di selatan. Abab ke 1 masehi bangsa Romawi datang dan menguasai  tempat ini. Kedatangan mereka serta merta membuat pengaruh dari gaya arsitektur kota Petra termasuk membuat gereja di dalamnya. Abad ke-7 Masehi, Islam hadir, dan pada abad ke-14, makam Nabi Harun di Jabal Harun menjadi tempat keramat dari umat Islam, selain kaum Yahudi dan Kristiani. Saat berusia 10 tahun, Nabi Muhammad pernah berkunjung ke gunung ini bersama pamannya. Setelah Perang Salib di abad ke-12, Petra sempat menjadi 'kota yang hilang' selama lebih dari 500 tahun (lost city). Hanya penduduk lokal (suku Badui) di wilayah Arab yang mengenalnya.[26]

Pohon Sahabi


 Pohon Sahabi yang menjadi saksi bisu pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan Biarawan Kristen bernama Bahira (arab: Buhaira). Telah ditemukan kembali oleh Pangeran Ghazi bin Muhammad dan otoritas pemerintah Yordania. ketika memeriksa arsip negara di Royal Archives. 
Mereka menemukan referensi dari  teks-teks kuno yang menyebutkan bahwa Pohon Sahabi Berada di wilayah padang pasir di utara Yordania. Setelah 1400 tahun berlalu,  pohon ini ditemukan masih hidup dan tetap tumbuh kokoh di tengah ganasnya gurun Yordania.
Bersama beberapa ulama terkenal termasuk Syekh Ahmad Hassoun, Mufti Besar Suriah, Pangeran Ghazi mengadakan pengamatan dan ternyata benar bahwa pohon tua itulah yang disebutkan dalam catatan biarawan Bahira.[27]
Kini Pohon tersebut dilestarikan oleh pemerintah Yordania dan dipantau secara rutin keberadaannya. Keberadaan pohon ini memang cukup unik dan dinilai tidak cocok tumbuh dilingkungan sekitarnya. Pasalnya lingkungan sekitar pohon  itu, merupakan tanah kering dan sangat gersang, sementara pohon Sahabi menjadi satu-satunya pohon yang tumbuh subur dengan daun yang rimbun. 
Kondisi ini menentang kegersangan dan ketiadaan warna dari lingkungan di sekitar pohon. Meskipun kekuatan matahari ditengah gurun sangat terik, namun akan terasa teduh ketika berada di bawah pohon ini. 
Tiga manuskrip kuno yang ditulis oleh Ibn Hisham[28], Ibn Sa'd al-Baghdadi[29], dan Muhammad Ibn Jarir al-Tabari[30] menceritakan tentang kisah Bahira yang bertemu dengan bocah kecil, calon Rasul terakhir.
Saat itu Muhammad baru berusia 9 atau 12 tahun. Ia menyertai pamannya Abu Thalib dalam perjalanan untuk berdagang ke Sha>m (Suriah). Pada suatu hari, Biarawan Bahira mendapat firasat, kalau ia akan bertemu dengan sang nabi terakhir. Tiba tiba ia melihat rombongan kafilah pedagang Arab, dan melihat pemuda kecil yang memiliki ciri-ciri  sesuai yang digambarkan dalam kitabnya. 
Kemudian Bahira mengundang kafilah tersebut dalam sebuah perjamuan. Semua anggota kafilah menghadiri  kecuali anak yang Ia tunggu-tunggu. Ternyata. Muhammad kecil sedang menunggu di bawah pohon untuk menjaga unta-unta.
Bahira keluar mencarinya dan ia sangat takjub menyaksikan daun-daun pohon Sahabi merunduk melindungi sang pemuda dari terik Matahari. Dan segumpal awan pun ikut memayungi ke manapun ia pergi. Bahira pun meminta agar bocah kecil tersebut diajak serta berteduh dan bersantap dalam perjamuan. 
Dia pun segera meneliti dan menanyai pemuda kecil ini dan menyimpulkan bahwa Dia adalah utusan terakhir yang dijelaskan dalam Alkitab. Bahira pun meyakinkan paman anak itu yakni Abu Thalib untuk kembali ke Makkah, karena orang-orang Yahudi tengah mencari Muhammad SAW kecil untuk membunuhnya.[31]
Setelah berselang 1400 tahun kemudian, pohon yang pernah meneduhi Muhammad itu masih berdiri tegak, menjadi satu-satunya pohon yang berhasil hidup di tengah padang pasir gersang, menjadi saksi sejarah tentang kenabian Muhammad saw.  
Pohon ini secara ajaib diawetkan oleh Allah untuk waktu yang panjang. Dan kini siapapun masih bisa menyentuh dan berlindung di bawah cabangnya yang senantiasa rimbun[32].
Inilah pohon yang memahami cinta buat Nabinya Muhammad SAW, sebuah pohon yang diberkahi.Sampai sekarang pohon ini masih hidup di Yordania. Sebab itu ia dijuluki “The only living S{ah}abi” atau “satu-satunya ‘sahabat’ Nabi yang masih hidup”.[33]






[1] Teluk Aqabah adalah pelabuhan yang sangat ramai, dipadati oleh kapal-kapal yang berlabuh dan di sekitar pantai dipenuhi oleh berbagai taman dan perhotelan. Al-Ma‘a>lim al-Jughra>fi>yah al-Wa>ridah Fi> al-Si>rah al-Nabawi>yah, Vol. I, 30.
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Yordania.
[3] Jennifer Mars, Jordan A Glorious Country  (Amman: Promo Skills, 2012), 54. Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 281.
[4] http://www.eramuslim.com (14 Rabi’ al-Akhir 1436 H/3 Pebruari 2015 M)
[5] Baca “al-Urdun” dalam al-Mawsu>‘ah al-‘Arabi>yah al-‘A<lami>yah, 21.
[6] Shari>f H{usayn bin Ali> (1856-1931) ialah Gubernur Makkah yang diangkat pada 1908 dan Raja Hijaz antara  1916-1924. Ia memberontak terhadap kekhalafahan Turki Usmani pada Juni 1916 dikarenakan administrasi Turki Utsmani yang semakin nasionalis karena pengaruh gerakan revolusi Turki Muda. Ibnu Saud menyerang dan mengalahkannya pada 1924, sehingga Syarif Husain harus turun tahta Hijaz dan memilih Siprus sebagai tempat tinggalnya sejak itu. Syarif Husayn meninggal di Amman, Yordania. Keturunan dari Syarif Husain ini yang kemudian memegang kekuasaan di Yordania sampai sekarang dan Iraq pada masa kerajaan. http://id.wikipedia.org/wiki/Syarif_Husain.
[8] Sira>j al-Di>n Ibn al-Wardi>, ‘Aja>ib al-Bulda>n min Khila>l Makht}u>t} Khari>dat al-‘Aja>ib Wa Fari>dat al-Ghara>ib, I/ 68.
[9] Mars, Jordan A Glorious Country, 54.
[10] Kitab Kejadian, 19:23-29.
[11] QS.11 (Hu>d), 82-83.
[12] Muh}ammad Abu> Jari>r al-T{abari>, Ta>ri>kh al-Umam Wa al-Rusul Wa al-Muluk, Vol. I (Bayru>t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah, 1407 H), 182-183.
[13] Muh}ammad bin  ‘Abd al-Mun‘im al-H{imayri>, al-Rawd} al-Mu‘at}t}a>r Fi> Khayr al-Aqt}a>r, Vol. I (Bayru>t: Mu’assasah Na>s}ir Li al-Thaqa>fah, 1980), 308.
[15] Ibn al-Athi>r, al-Ka>mil Fi> al-Ta>ri>kh, Vol.I (Bayru>t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah, 1415 H), 119-120.
[16] QS. 11 (Hud), 94-95.
[17] Al-Qur’an, 18 (al-Kahfi), 9-12.
[18] Al-Qur’an, 18 (al-Kahfi), 25.
[19] http://madufm-campurdarat.blogspot.com/2009/01/foto-gua-ashhabul-kahfi.html
[20] Musa (bahasa Ibrani: מֹשֶׁה, Standar Mošé Tiberias Mōšeh; bahasa Arab: موسى, Mūsā; bahasa Ge'ez: ሙሴ Musse) (lahir di Mesir, ~1527 SM – meninggal di Gunung Nebo, dataran Moab, tepi timur Sungai Yordan, ~ 1407 SM pada umur 120 tahun) adalah seorang pemimpin dan nabi orang Israel yang menyampaikan Hukum Taurat dan menuliskannya dalam Pentateveh/Pentateukh (Lima Kitab Taurat) dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Ia ditugaskan untuk membawa Bani Israil (Israel) keluar dari Mesir. Namanya disebutkan sebanyak 873 kali dalam 803 ayat dalam 31 buku di Alkitab Terjemahan Baru dan 136 kali di dalam Al-Quranhttps://id.wikipedia.org/wiki/Musa
[21] Mohd Nadzri bin Haji Abdul Rahman Ibrahim, “Gunumg Nebo dan Sejarah Nabi Musa” dalam http://roy-nadzri.blogspot.com/2010/03/gunung-nebo-dan-sejarah-nabi-musa.html.
[22] Al-Qur’an, VII (al-A’raf), 74.
[23] Al-Qur’an, 26 (al-Shu’ara>), 149.
[24] Muh}ammad Sayyid T{ant}a>wi>, al-Tafsi>r al-Wasi>t}, Vol.I (t.t: t.p, t.th), 1639.
[25] Al-Quzwi>ni>, A{tha<r al-Bila>d Wa Akhba>r al-‘Iba>d, Vol. I (T.tp: t.p, t.th), 111.
[26] Syahid Muhammad, “Petra, Kota Batu Peninggalan Suku Nabatean Yang Cerdas”, https://www.facebook.com/notes/sejarah-dunia/petra-kota-batu/ 22 Juni 2014.
[28] Ibn Hisha>m, al-Si>rah al-Nabawi>yah, Vol.II (Bayru>t: Da>r al-Ji>l, 1411 H), 6.
[29] Muh}ammad bin Sa’d, al-T{abaqa>t al-Kubra>, Vol.I (Bayru>t: Da>r S{a>dir, 1968), 121.
[30] Muh}ammad Ibn Jari>r al-T{abari>, Ta>ri>kh al-Umam Wa al-Rusul Wa al-Mulu>k, Vol. I (Bayru>t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah, 1407 H), 119-121.
[31] Ibn Kathi>r, al-Bida>yah Wa al-Niha>yah, Vol.II (Bayru>t: Maktabah al-Ma’a>rif, t.th), 286. Abu al-H{asan bin Ali bin H{abi> al-Ma>wardi>, A’la>m al-Nubuwwah, Vol.I (Bayru>t: Da>r al-Kita>b al-‘Arabi>, 1987), 198.
[32] http://www.islamedia.co/2015/04/pohon-sahabi-pohon-kesaksian-rasulullah.html
[33] https://www.islampos.com/pohon-nabi-masih-tumbuh-subur-sampai-saat-ini-101722/