Jumat, 28 Januari 2022

BUAH KESABARAN

 

BUAH KESABARAN

 

Oleh


Dr.H. Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I

 

عَنِ ابْنِ عَبَّاس قَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ... وَأَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْر

(رواه احمد)

Dari Ibn Abbas ra., Nabi saw. bersabda: “…bahwasanya pertolongan itu (datang) setelah kesabaran…” (HR. Ahmad No. 2803).

Status Hadis

              Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam al-Musnad No. 2803, dan Syekh Syu’aib al-Arnout menilai hadis tersebut shahih.  Selain Imam Ahmad, beberapa ulama ahli hadis yang juga meriwayatkan hadis tersebut adalah Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak No. 6303, Imam al-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir No. 11080, Imam al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman No. 1074, dan Abu Nu’aym al-Ashbahani dalam kitab Hilyat al-Awliya, I/314. Syekh Muhammad Nashiruddin al-Albani juga menilai hadis tersebut shahih (al-Albani, al-Silsilah al-Shahihah al-Kamilah, V/381).

Kandungan Hadis

              Hadis tersebut merupakan nasihat Nabi saw. kepada Ibn Abbas. Di antara isi nasihatnya adalah mengingatkan bahwasanya pertolongan Allah itu akan datang setelah kesabaran atau datang bersamaan saat bersikap sabar. Pernyataan Nabi saw. tersebut merupakan bagian dari hadis yang agak panjang. Selengkapnya sebagai berikut:

Ibnu Abbas berkata: Aku dibonceng oleh Nabi saw. lalu beliau bersabda: "Wahai ananda, maukah kamu aku ajari beberapa kalimat yang Allah akan memberimu manfaat". Aku menjawab: "Ya." Lalu beliau bersabda: "Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu, Jagalah Allah niscaya engkau mendapatiNya di hadapanmu. Ingatlah Dia di waktu lapang niscaya Dia akan ingat kepadamu di waktu sempit. Jika engkau meminta maka mintalah kepada Allah, dan jika engkau memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Telah kering pena dengan apa yang telah terjadi. Seandainya seluruh makhluk hendak memberi manfaat kepadamu dengan sesuatu yang Allah tidak menetapkan padamu, niscaya mereka tidak akan mampu memberikan manfaat kepadamu. Dan seandainya mereka hendak mencelakakan dirimu dengan sesuatu yang Allah tidak menetapkan padamu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu. Ketahuilah bahwa dalam kesabaran yang engkau benci, di sana terdapat banyak kebaikan. Bahwasanya pertolongan itu (datang) setelah kesabaran, dan kelapangan itu (datang) setelah kesempitan serta kemudahan itu (datang) setelah kesulitan”(HR. Ahmad No. 2803).

Hadis tersebut merupakan prinsip agung dalam muraqabah (merasa selalu dalam pengawasan Allah), prinsip kepatuhan, ketundukan dan ketaatan kepada-Nya, prinsip tawakkal dan kepasrahan kepada-Nya, prinsip mentauhidkan Allah dan pengakuan serta kesadaran bahwa semua makhluk di hadapan Allah adalah lemah dan tak berdaya sehingga butuh pertolongan-Nya (Ali Mubarak, Tathriz Riyadh al-Shalihin, I/66). Salah satu cara untuk mendapatkan pertolongan Allah adalah dengan bersikap sabar.

 

Makna Sabar

Sabar berasal dari Bahasa Arab shabara yang berarti tabah hati. Secara etimologis, sabar adalah حَبْس النَّفْسِ, menahan diri (Ibn Rajab, Syarah al-Arba’in, 83). Sedangkan secara terminologis, sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah SWT. Sabar menurut syarak adalah sabar dalam mentaati Allah, sabar dalam menghindari maksiat, dan sabar dalam menghadapi musibah serta aneka kehidupan yang tidak menyenangkan di dunia ini (Ibn Daqiq al-‘Id, Syarah al-Arba’in, 61).

Ada tiga tingkatan sabar. Pertama, tidak mengeluh. Ini adalah sabarnya orang-orang dari ahli taubat. Kedua, ridha dengan ketetapan Allah. Ini adalah sabarnya orang-orang dari para ahli zuhud; dan ketiga, menyukai apa pun yang ditetapkan oleh Allah terhadap hamba-Nya. Ini merupakan sabarnya orang-orang dari kalangan al-Shiddiqin (Muhammad Ali al-Tahawani, Kisyafu Ishthilahat al-Funun wa al-Ulum, II/1057-1058).

Ibrahim al-Khawas berkata bahwa shabar itu adalah selalu berpegang teguh kepada al-Kitab (al-Qur’an) dan al-Sunnah dalam keadaan apapun. Sabar adalah bertahan saat menghadapi cobaan dengan tetap berakhlak baik. Abu Ali al-Daqqaq mengatakan bahwa sabar itu adalah tidak menentang takdir. Adapun menampakkan kesedihan di hadapan Allah saat menghadapi cobaan, hal itu masih dalam batas kesabaran. Hal ini sebagaimana pernyataan Allah terhadap Nabi Ayyub as, dalam QS. Al-Anbiya ayat 83:

وَاَيُّوْبَ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ ۚ

(Ingatlah) Ayyub ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku,) sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang” (QS. al-Anbiya, 83).

Kemudian pernyataan Allah dalam QS. Shad ayat 44:

وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِبْ بِّهٖ وَلَا تَحْنَثْ ۗاِنَّا وَجَدْنٰهُ صَابِرًا ۗنِعْمَ الْعَبْدُ ۗاِنَّهٗٓ اَوَّابٌ

Ambillah dengan tanganmu seikat rumput, lalu pukullah (istrimu) dengannya dan janganlah engkau melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia selalu kembali (kepada Allah dan sangat taat kepadanya).

Kesabaran yang dilakukan oleh Nabi Ayyub as. adalah kesabaran yang indah, yaitu kesabaran yang tidak mengeluh kepada makhluk melainkan hanya kepada Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dikisahkan bahwa suatu saat Allah memberikan ujian kepada Nabi Ayyub as. dengan ujian yang sangat berat. Hampir seluruh kenikmatan yang dimiliknya diambil oleh Allah. Parasnya yang menawan dan tubuh yang gagah tiba-tiba terkena penyakit kulit yang menjijikkan. Tidak ada satu pori-pori pun dari tubuh Nabi Ayyub as. yang selamat dari penyakit judzam (kusta) itu.

Badannya yang semula sehat, kuat, dan segar-bugar, akibat penyakit itu menjadi sangat lemah. Karena lemahnya sampai Nabi Ayyub as. tidak sanggup berjalan sendiri untuk buang hajat ke kamar mandi, sehingga isterinya yang mendampinginya. Anak-anaknya pun diambil Allah. Semuanya meninggal. Harta kekayaan yang tadinya melimpah, sirna diambil oleh Allah, sehingga ia benar-benar jatuh miskin dan tak berdaya. Akibat sakit yang menjijikkan itu semua orang tidak mau mendekatinya, hanya sang isteri yang masih setia menemaninya. Sungguhpun demikian, Nabi Ayyub as. tetap sabar menjalaninya.

Karena kesabaran Nabi Ayyub as., doanya pun kemudian dikabulkan oleh Allah swt. (baca Surat Shad 41-44). Konon, Nabi Ayyub a.s. menderita penyakit kulit dalam waktu yang lama (sekitar 18 tahun). Dia memohon kepada Allah swt. untuk disembuhkan. Akhirnya Allah swt. mengabulkan permohonan tersebut dan memerintahkannya untuk mengentakkan kakinya ke tanah. Nabi Ayyub a.s. menaati perintah itu. Maka, keluarlah air dari bekas entakan kakinya. Dia pun mandi dan minum dari air itu. Akhirnya, ia sembuh dari penyakitnya dan dapat berkumpul kembali dengan keluarganya. Tidak lama, hartanya pun kembali melimpah lebih dari sebelumnya. Mereka kemudian hidup bahagia. Bukan hanya harta yang melimpah, keluarganya pun bertambah banyak sehingga menjadi keluarga besar (baca Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adzim, XII/837 dan al-Zuhayli, Tafsir al-Wasit, II/1605).

Keuntungan Bersabar

              Banyak ayat al-Qur’an dan hadis Nabi saw yang menerangkan tentang keuntungan bagi orang yang bisa bersabar. Di antaranya, pertama, orang yang bersabar akan mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat yang banyak (QS. Al-Baqarah, 155-157); kedua, orang yang bersabar akan dibebaskan dari api neraka (QS. Ali Imran, 16-17); ketiga, orang yang bersabar akan mendapatkan pahala tanpa batas (QS. Al-Zumar, 10); keempat, orang yang bersabar akan mendapatkan keutamaan (QS. Al-Syura, 43); kelima, orang yang bersabar, segala urusannya jadi baik (HR. Muslim No. 7692); keenam, orang yang bersabar akan mendapatkan kemenangan dan keberuntungan (HR. HR.  Al-Thabrani No. 11243; al-Hakim No.6304; dan al-Bayhaqi No.9528); dan ketujuh, orang yang bersabar akan mendapatkan perhatian dan pengawalan dari Allah swt. (QS. Al-Baqarah, 153).

Diriwayatkan, dahulu ada seorang laki-laki yang tinggal di pedalaman Arab. Orang ini memiliki seekor ayam, keledai, dan anjing yang sangat membantu dan berguna dalam hidupnya. Ayam jantan biasanya membangunkannya untuk shalat Subuh, kemudian keledai membantunya mengangkat barang-barang bawaan, dan anjing menjaganya dari gangguan orang-orang jahat.

Pada suatu hari datanglah serigala memangsa ayam jantannya. Orang ini sangat sedih dengan kematian ayam kesayangannya itu. Tapi, karena taat kepada Allah, ia berkata, semoga kejadian ini menjadi kebaikan. Ia bersabar. Beberapa hari kemudian, serigala itu datang lagi dan memangsa keledainya. Ia pun bersedih hati karena tidak ada lagi binatang yang akan membantunya membawa barang-barang. Namun, ia berkata, semoga kejadian ini juga menjadi kebaikan. Ia masih bersabar. Beberapa hari kemudian, anjing kesayangannya pun mati sehingga membuat ia makin bersedih hati. Namun, ia tetap saja mengatakan dengan penuh kesabaran, semoga kejadian ini juga menjadi kebaikan.

Suatu saat setelah kejadian yang membuat sedih itu berlalu, ketika bangun pagi, ia kaget karena melihat orang-orang di sekelilingnya telah ditawan (ditangkap). Yang tersisa hanyalah ia dan keluarganya. Ternyata, mereka ditawan karena memiliki binatang-binatang peliharaan yang selalu menimbulkan keributan. Sementara itu, ia dan keluarganya selamat karena ayam, keledai, dan anjing yang sebelumnya menjadi miliknya telah tiada dimangsa serigala. Rupanya, kematian binatang-binatang tersebut telah menjadi suatu kebaikan baginya sesuai dengan yang telah ditakdirkan Allah.

Itulah keutamaan dan keistimewaan bersabar. Dengan sabar, masalah yang kita hadapi jadi terasa lebih ringan. Dengan sabar, masalah yang kita hadapi bisa diselesaikan dengan lebih efektif. Dengan sabar, masalah yang kita hadapi dapat diselesaikan tanpa menyisakan rasa sakit hati. Dengan sabar, kita akan senantiasa menjalani kehidupan dengan lebih tenang dan tenteram tanpa merasa resah gelisah. Dengan sabar pula kita akan mendapatkan kemenangan dan keberuntungan.

 Artikel ini telah dimuat dalam Majalah MATAN PWM Jawa Timur pada Januari 2022