Minggu, 23 April 2023

Qarnul Manazil, Miqat Terdekat

 *Qarnul Manazil*

Oleh:

Dr.H. Achmad Zuhdi Dh, M.Fil l

Dosen UINSA Surabaya





Salah satu miqat makani, tempat (batas wilayah) dimulainya ihram untuk haji atau umrah adalah Qarnul Manazil.

Qarnul Manazil atau juga dikenal sebagai Qarnuts Tsa'alib adalah sebuah kampung kecil yang kini lebih banyak dikenal dengan nama al-Sail al-Kabir. Walaupun secara wilayah masuk di Kota Thaif, Provinsi Makkah, sebenarnya jaraknya masih 50 kilometer di sisi utara Kota Thaif.

Ada lima miqat yang disepakati para ulama. Empat di antaranya telah ditentukan oleh Rasulullah saw., yaitu Yalamlam untuk penduduk Yaman, Qarnul Manazil untuk penduduk Najd, Juhfah untuk penduduk Syam, dan Dzul Hulaifah untuk penduduk Madinah. Kemudian ada satu lagi miqat yang ditentukan berdasarkan ijtihad dari Amirul Mukminin Umar Bin Khattab, yaitu Dzatu Irqin untuk ummat Islam dari wilayah Iraq dan sekitarnya. Dari 5 miqat tersebut, Qarnul Manazil adalah miqat terdekat bagi penduduk non Mekkah, dengan jarak 2 marhalah atau sekitar 80-90 km dari Mekkah.

Miqat Qarnul Manazil ini diperuntukkan bagi jamaah haji yang datang dari arah Najd atau Riyadh. Selain itu, diperuntukkan bagi jamaah haji yang berasal dari timur Kota Makkah termasuk Indonesia terutama saat melintasi udara. Bila melalui udara, miqat ini berjarak sekitar 20 menit pesawat menuju Jeddah, Airport King Abdul Aziz. 

Di miqat ini telah dibangun Masjid Qarnul Manazil sebagai tempat jamaah umrah atau haji saat mengambil miqat dan memulai ihram.  Masjid ini memiliki halaman yang luas dan bersih. Kamar mandi dan tempat wudhunya juga banyak.

Menurut sejarahnya, Qarnul Manazil ini ada kaitannya dengan kisah Nabi Muhammad saw. di Thaif, yaitu kisah pertemuan Nabi dengan Malaikat Jibril. Ketika itu, tahun ke-10 kenabian (619 M), Nabi pulang dari Thaif dalam keadaan sedih atas sikap dan perlakuan penduduk Makkah dan Thaif terhadap beliau. Setelah pulang dari Thaif menuju Makkah inilah, Nabi dan Malaikat Jibril bertemu di Qarnul Manazil.

Imam al-Bukhari meriwayatkan: "Ketika Nabi sampai di Qarn al-Manazil (Qarnul Manazil), Jibril datang dan mengatakan kepada beliau:

“Sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan dan penolakan kaummu itu atasmu. Dan Allah telah mengutus kepadamu Malaikat Penjaga Gunung agar kamu dapat memerintahnya sesuai dengan keinginanmu untuk membalas (menghukum) mereka". Malaikat Penjaga Gunung itu lalu memanggilku dan mengucapkan salam kepadaku, lalu berkata: “Hai Muhammad, apa yang engkau inginkan. Jika engkau ingin aku menimpakan atas mereka dua gunung ini (Gunung Kubais dan Gunung Qaiqu’an/keduanya disebut al-Akhsyabain), maka akan aku lakukan”.

Kemudian Nabi saw. menjawab:

 بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلاَبِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ، لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا

 “Aku malah mengharap agar Allah menjadikan anak cucu mereka menjadi orang yang menyembah-Nya, meng-Esakan-Nya, dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu (HR. al-Bukhari No. 3085)."

Sungguh luar bisa, sudah disakiti dan diintimidasi, namun beliau tidak marah, tidak dendam, malah mendoakan agar mereka (warga Thaif) diberi hidayah oleh Allah sehingga menjadi hamba-hamba yg hanya menyembah Allah dan tidak menyekutukannya.