Rabu, 12 Mei 2021

 

Khutbah Idul Fitri 1442 H/ 2021 M

 

 

 Tema:

 

IMPLEMENTASI TAKWA

DALAM KEHIDUPAN KESEHARIAN

 

 

 Oleh

 

 Dr.H.Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I

  


 

  

  السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

    اَلْحَمْدُ لِلَّهِ  الَّذِىْ صَدَقَ وَعْدَهُ  وَنصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ  أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ  ِإلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ  وَأَشْهَدُ  أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ  لاَ نَبِىَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ  وَعَلىَ  أَلِهِ  وَأَصْحَابِهِ  وَمَنْ وَالاَهُ  أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ  أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّاىَ  بِتَقْوَى اللهِ  فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قال الله تعالى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

أَللهُ اَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ  لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ    

 أَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah!

           Hari ini kita berkumpul bersama, duduk bersimpuh di atas tanah lapang, dinaungi langit yang membentang tak terbatas.

Baru saja di tempat ini kita bersama-sama menggemakan pujian kebesaran Allah Swt, sehingga langit di sekitar kita dipenuhi gemuruh suara takbir, tahlil dan tahmid.

أَللهُ اَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ  لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

   أَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

        Hari ini kita ber Idul Fitri, kembli berbuka, dan berharap dapat kembali kepada fitrah dan kesucian. 

         Selama Ramadan, kita telah rela berpuasa, kemudian bersedekah, dan mengeluarkan zakatul mal dan zakatul fitri. Kita juga berusaha memperbanyak ibadah ritual, seperti shalat, membaca al-Qur’an, berdzikir, beristighfar, bermunajat di malam hari dan berusaha berbuat baik kepada sesama. Semua ini adalah dalam rangka meraih tujuan berpuasa yang paling utama, yaitu agar benar-benar menjadi orang-orang yang bertakwa.

 

      أَللهُ اَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ  لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

   أَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah!

Pada surat al-Baqarah ayat 183 Allah menegaskan:

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Wahai oang-orang yang beriman, telah diwajibkan berpuasa atas kamu sebagaimana telah diwajibkan puasa kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu menjadi orang yang bertaqwa (al-Baqarah, 183).

Pada ujung ayat 183 surat al Baqarah tersebut Allah menegaskan bahwa tujuan ibadah shiyam Ramadhan adalah  (لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ), “Agar kalian bertaqwa”.

 

Thalq Bin Habib mengatakan bahwa takwa itu adalah:

العَمَلُ بِطَاعَةِ اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ، رَجَاءَ ثَوَابِ اللهِ، وَتَرْكِ مَعَاصِي اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ، مَخَافَةَ عَذَابِ اللهِ

“Taqwa adalah mengamalkan ketaatan kepada Allah dengan cahaya (petunjuk) Allah, karena mengharap pahala Allah, dan meninggalkan maksiat dengan cahaya (petunjuk) Allah, karena takut terhadap adzab Allah”. (Shalih bin Abdillah, Nadlrat al-Na’im Fi Makarim Akhlaq al-Rasul al-Karim, II/411).

 

Allahu Abar, Allahu Akbar walillahil hamd

Berdasarkan pengertian taqwa tersebut dapat difahami bahwa hakikat taqwa itu adalah tumbuhnya ketaatan kepada Allah, baik taat dalam melaksanakan perintah-perintahNya maupun taat dalam menjauhi berbagai prilaku kemakshiyatan (menjauhi berbagai laranganNya).

 

Sehubungan dengan buah shiyam Ramadhan yang diharapakan bisa menghasilkan pribadi taqwa, maka tepat sekali yang dikatakan oleh Ibn Rajab tentang orang yang benar-benar ber-idul fitri. Ibnu Rajab mengatakan:

 لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ إِنَّمَا الْعِيْدُ لِمَنْ طَاعَاتُهُ تَزِيْدُ

لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ تَجَمَّلَ بِاللِّبَاسِ وَالرُّكُوْبِ إِنَّمَا الْعِيْدُ لِمَنْ غُفِرَتْ لَهُ الذُّنُوْبُ

Tidaklah dikatakan ber-idul fitri orang yg berbaju baru, tetapi orang yg benar-benar ber-idul fitri adalah orang yang ketaatannya kepada Allah semakin bertambah.

                       Tidaklah dikatakan ber-idul fitri orang yang berbaju dan berkendaraan bagus, tetapi orang yg benar-benar ber-idul fitri adalah orang yang dosa-dosanya diampuni oleh Allah. (Ibn Rajab, Lathaif alMa’arif, I/277).

 

Allahu Abar, Allahu Akbar walillahil hamd

            Ungkapan Ibn Rajab tersebut menunjukkan bahwa orang yang berhasil dalam melaksanakan ibadah shiyam Ramadhan adalah mereka yang ketaatannya kepada Allah semakin meningkat. Setelah Idul fitri tiba, pada bulan Syawal dan hari-hari berikutnya, ketaatannya kepada Allah  tampak dalam ibadahnya sehari-sehari yang semakin baik. Misalnya, shalat lima waktu dan shalat-shalat sunnah seperti shalat tahajjud dan shalat dhuha semakin terpelihara dengan baik; ibadah puasa sunnah seperti puasa Syawal, puasa Senin-Kamis dan lain-lain dikerjakan secara istiqamah; sedekah-sedekah sunnah juga tak ditinggalkan, dan amalan-amalan lain seperti membaca al-Qur’an juga dilakukannya secara tertib, setiap hari. Inilah  beberapa tanda orang yang berhasil meraih taqwa dengan semakin meningkatnya ketaatan kepada Allah Swt.

 

Allahu Abar, Allahu Akbar walillahil hamd

Al-kisah, ketika Idul Fitri tiba, anak perempuan khalifah Bani Umayyah Umar bin Abdul Aziz meminta kepadanya dibelikan baju baru. Anak tersayangnya itu merasa iri dengan teman-teman sejawatnya yang sudah memiliki baju baru Lebaran.

"Ayah, semua orang mengenakan baju baru pada saat hari raya, aku juga sangat ingin mengenakannya. Berikanlah aku uang untuk membeli pakaian baru," pinta anak perempuan itu kepada ayahnya, Umar bin Abdul Aziz, (seperti dikutip dari buku 365 kisah teladan Islam tulisan Ariany Syurfah).

Pada waktu itu, sang khalifah tidak memiliki uang sepeserpun. Namun melihat putrinya memelas, Umar tidak tega, segera dia memanggil pelayannya untuk pergi ke baitul mal. "Bilang kepada penjaganya, jika aku ingin meminjam gaji bulan depanku sekarang. Aku ingin memakainya untuk membeli baju putriku," terang Umar.

Namun pelayan tersebut hanya terdiam, dia tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Umar yang merasa heran kemudian mendekati dan bertanya kepada pelayan setianya itu.

Ternyata, pelayan tidak setuju dengan rencana Umar. Menurutnya, siapa yang akan bisa menjamin seseorang bisa hidup hingga esok hari, dan membayar segala utang atau tanggungan yang dimiliki.

Tiba-tiba Umar terdiam setelah mendengarkan nasihat pelayannya, dia menyadari kebenaran ucapan orang kepercayaannya itu. Kemudian Umar mengurungkan niatnya itu, hatinya membenarkan jika Allah SWT saja yang bisa memberikan jaminan kehidupan kepada dirinya.

"Anakku, urungkanlah keinginanmu untuk memiliki pakaian baru. Apakah kamu mau mengenakan pakaian baru, sementara ayahmu masuk neraka?" tanya Umar kepada putrinya.

Putri umar menyadari kondisi ayahnya, dia memahami jika ayahnya berusaha untuk selalu menjadi pemimpin yang menjalankan amanah. Dalam benak putrinya, Umar bukan sosok ayah yang pelit kepadanya. Tetapi, semua itu dilakukan oleh ayahnya karena semata-mata ketakwaannya kepada Allah SWT.

 

Allahu Abar, Allahu Akbar walillahil hamd

Hasan Al-Bashri menggambarkan tentang sosok muttaqin sejati, bahwa orang yang benar-benar bertakwa adalah teguh dalam keyakinan, tegas tapi bijaksana, tekun dalam menuntut ilmu, semakin berilmu semakin merunduk, semakin  berkuasa semakin bijaksana, tampak wibawanya di depan umum, jelas syukurnya di kala beruntung, menonjol qana’ahnya dalam pembagian rezeki yang telah Allah tentukan, senantiasa berhias walau miskin, selalu cermat, tidak boros walau kaya, murah hati dan murah tangan (suka memberi), tidak menghina, tidak menghabiskan waktu dalam permainan, tidak berjalan membawa fitnah, disiplin dalam tugasnya, tinggi dedikasinya, terpelihara identitasnya, tidak menuntut yang bukan haknya, dan tidak menahan hak orang lain.

 

Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd

Saat ini kita masih hidup dalam suasana pandemic Covid 19. Banyak sekali segi kehidupan yang berubah. Bukan hanya tatanan social, politik, ekonomi, dan budaya, tetapi masalah peribadatan pun mengalami perubahan. Tidak seperti biasa, kini karena tuntutan kesehatan dan keselamatan, shalat berjamaah pun harus memakai masker dan menjaga jarak. Hal ini tak perlu diperdebatkan. Allah Maha Tahu. Allah telah memberikan kemudahan, dan tidak mempersulit hamba-Nya. Semoga kita semua tetap dalam ketakwaan, tabah dalam menghadapi musibah, dan tetap bersemangat dalam beribadah.

 

Allahu Abar, Allahu Akbar walillahil hamd

Kita berdoa semoga Allah segera membebaskan kita dari musibah Covid 19 yang masih bersemi di sekitar kita, dan semoga kita senantiasa diberikan kekuatan lahir dan batin untuk dapat melaksanakan ketaatan kepada Allah hingga akhir hayat kita sehingga akhir hidup kita nanti dalam keadaan husnul khatimah.

 

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّاوَمِنْكُمْ  مِنَ الْعَائِدِيْنَ  وَاْلفَائِزِيْنَ

رَبَّنَا أَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ  أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ وَصَلىَّ اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَّعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْن   سُبْحَانَكَ اللهَّمُ َّ وَبِحَمْدِكَ  أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ  إِلاَّ  أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ  وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ

وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ