Rabu, 29 Desember 2021

KEISTIMEWAAN HAMDALAH

 

KEISTIMEWAAN HAMDALAH

Oleh


Dr. H. Achmad Zuhdi Dh

 

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلَّهِ (رواه الترمذى)

Dari Jabir bin Abdillah ra., ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Dzikir yang paling utama adalah La ilaha illallah, sedangkan doa yang paling utama adalah Alhamdulillah (HR. al-Tirmidzi No. 3383).

Status Hadis

              Hadis tersebut, selain diriwayatkan oleh Imam al-Tirmidzi dalam Sunan al-Tirmidzi No. 3383, juga diriwayatkan oleh sejumlah imam ahli hadis. Di antaranya Imam al-Nasai dalam Sunan al-Nasai No. 10667; Imam Ibn Majah dalam Sunan Ibn Majah No. 3800; Imam Ibn Hibban dalam Shahih Ibn Hibban No. 846; Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak No. 1852; dan Imam al-Bayhaqi dalam Syu’ab al-Iman No. 4061. Ibn Hibban dan al-Hakim menilai sanad hadis tersebut sahih. Sedangkan Syu’ayb al-Arnout dan Al Albani menilai hadis tersebut hasan (al-Albani, Shahih al-Targhib Wa al-Tarhib, II/103).

 

Kandungan Hadis

Hadis tersebut menerangkan bahwa dzikir yang paling utama adalah bacaan La ilaha Illallah, karena bacaan La ilaha Illallah (tahlil) mengandung kalimat tauhid. Kalimat tauhid adalah merupakan penegas dan pembeda antara keimanan dan kekafiran. Tauhid berarti meniadakan sesembahan yang lain, yakni hanya Allah yang disembah. Tauhid juga membersihkan jiwa dan batin dari segala hal yang mengotorinya. Bila seseorang berdzikir dengan kalimat tauhid, maka ia akan mengisi hatinya dengan keimanan bahwa setiap ibadah atau amalan yang ia lakukan hanyalah untuk Allah. Karena itu, kalimat tauhid juga mengandung ungkapan keikhlasan, yakni hanya karena Allah semata dalam beramal ibadah, dan keikhlasan adalah merupakan syarat diterimanya suatu amal ibadah (Al-Mubarakfuri, Tuhfat al-Ahwadzi, IX/229 dan  Ibn Bathal, Syarah Shahih al-Bukhari, X/132). Dalam hadis riwayat al-Nasai, Nabi saw. bersabda bahwa hanya amalan yang dilandasi keikhlasan semata yang akan diridhai dan diterima oleh Allah swt. (HR. al-Nasai No. 3140).

Hadis tersebut juga menerangkan bahwa doa yang paling utama adalah bacaan Alhamdulillah (hamdalah). Dalam hadis Riwayat al-Tirmidzi No. 3383 tersebut, Rasulullah saw. mengategorikan bacaan hamdalah sebagai doa, bahkan sebagai doa yang paling utama. Doa adalah merupakan bagian dari dzikir kepada Allah dan untuk memohon pertolongan kepada-Nya. Bacaan hamdalah mengandung keduanya, yaitu dzikir dan doa sekaligus. Bacaan hamdalah merupakan ungkapan pujian kepada Allah, dan pujian kepada Allah atas suatu nikmat mengandung permintaan atau doa untuk mendapatkan nikmat lagi atau nikmat-nikmat berikutnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Ibrahim, ayat 7: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka pasti azabKu sangat berat (al-Suyuti et al., Syarah Sunan Ibn Majah, I/270).  Imam al-Hasan al-Bashri berkata:

مَا أَنْعَمَ اللهُ عَلَى عَبْدٍ نِعْمَةً، فَحَمِدَ اللهَ عَلَيْهَا، إِلَّا كَانَ حَمْدُهُ أَعْظَمَ مِنْهَا كَائِنَةً مَا كَانَتْ

"Kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada seorang hamba, lalu sang hamba merespons dengan memuji Allah (membaca alhamdulillah), maka ucapan hamdalah atau pujiannya kepada Allah itu lebih besar nilainya ketimbang nikmat yang diterimanya" (Badr al-Din al-Aini al-Hanafi, Umdat al-Qari Syarh Shahih al-Bukhari, XXX/438).

Orang yang memuji Allah, sebenarnya juga sedang berdoa dan meminta kepada-Nya. Hanya saja dengan bahasa yang halus untuk mendapatkan perhatian. Orang yang memuji Allah, hakikatnya ia sedang mensyukuri nikmat Allah, dan orang yang mensyukuri nikmat Allah, akan berpeluang besar untuk mendapatkan tambahan nikmat dari-Nya. Jadi, orang yang membaca hamdalah, memuji Allah, sejatinya ia juga sedang berdoa kepada-Nya. Banyak ayat al-Qur’an yang mengisyaratkan hal tersebut. Di antaranya firman Allah QS. Yunus ayat 10 yang artinya: “Penutup doa mereka adalah alhamdulillahi rabbil’alamin (segala puji bagi Allah Rabb semesta alam)”. Selanjutnya firman Allah QS. Al-Mu’min ayat 65 yang artinya: “Dialah yang Maha hidup, tidak ada yang berhak disembah selain Dia. Maka berdoalah kepada-Nya dengan tulus ikhlas beragama. Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam”.

 

Keutamaan membaca hamdalah

Banyak sekali keutamaan membaca hamdalah, di antaranya adalah sebagai berikut:

1.      Orang yang suka membaca hamdalah, besok hari kiamat akan berada dalam naungan bendera Rasulullah saw.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ القِيَامَةِ وَلاَ فَخْرَ، وَبِيَدِي لِوَاءُ الحَمْدِ وَلاَ فَخْرَ، وَمَا مِنْ نَبِيٍّ يَوْمَئِذٍ آدَمُ فَمَنْ سِوَاهُ إِلاَّ تَحْتَ لِوَائِي

Dari Abu Said ra, Rasulullah saw. bersabda: “Aku adalah pemimpin anak Adam pada hari kiamat. Aku katakan ini bukan untuk menyombongkan diri. Di tanganku bendera pujian. Aku katakan ini bukan untuk menyombongkan diri. Pada hari itu seluruh nabi termasuk Adam akan berada di bawah benderaku” (HR. al-Tirmidzi No.3615).  al-Albani menilai hadis ini shahih (Shahih Wa Dhaif Sunan al-Tirmidzi, VIII/115).

Hadits tersebut menjelaskan bahwa pada hari kiamat, Rasulullah saw. akan membawa bendera pujian. Dan yang berhak bergabung di bawah bendera tersebut adalah hamba-hamba Allah yang sering bertahmid dan banyak memuji-Nya.

2.      Allah akan membangunkan rumah pujian di surga bagi siapa saja yang suka bertahmid.  

عَنْ أَبِي مُوسَى الأَشْعَرِيِّ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا مَاتَ وَلَدُ العَبْدِ قَالَ اللَّهُ لِمَلاَئِكَتِهِ: قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي، فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ، فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: مَاذَا قَالَ عَبْدِي؟ فَيَقُولُونَ: حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ، فَيَقُولُ اللَّهُ: ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الجَنَّةِ، وَسَمُّوهُ بَيْتَ الحَمْدِ.

“Jika salah seorang anak manusia meninggal, maka Allah akan bertanya kepada malaikat-Nya: “Kalian telah mencabut nyawa anak hamba-Ku?”. “Ya”, jawab mereka. “Kalian telah mencabut nyawa buah hatinya?”. Mereka menjawab lagi, “Ya”. “Apa yang diucapkan hamba-Ku?”. “Ia memuji-Mu dan mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un!”. Allah pun berfirman, “Bangunkan untuk hamba-Ku rumah di surga dan namailah dengan rumah pujian” (HR. al-Tirmidzi No. 1021). Hadis ini dinyatakan hasan oleh Tirmidzi dan al-Albani (Shahih al-Targhib Wa al-Tarhib, III/201).

3.  Hamdalah adalah kalimat pertama yang diucapkan Adam ‘Alahis Salam.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ وَنَفَخَ فِيهِ الرُّوحَ عَطَسَ فَقَالَ: الحَمْدُ لِلَّهِ، فَحَمِدَ اللَّهَ بِإِذْنِهِ، فَقَالَ لَهُ رَبُّهُ: رَحِمَكَ اللَّهُ يَا آدَمُ

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda: “Ketika Allah menciptakan Adam dan meniupkan ruh di dalamnya, maka ia bersin, lalu mengucapkan Alhamdulillah, ia memuji Allah dengan izinNya. Allah saw. kemudian berkata kepadanya: “Semoga Allah memberikan rahmat kepadamu wahai Adam!” (HR. Tirmidzi No. 3368). Al-Albani menilai hadis ini hasan shahih (Shahih Wa Dhaif Sunan al-Tirmidzi, VII/368).

4.  Ucapan alhamdulillah adalah sebaik-baik doa.

 عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلَّهِ (رواه الترمذى)

Dari Jabir bin Abdillah ra., ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Dzikir yang paling utama adalah La ilaha illallah, sedangkan doa yang paling utama adalah Alhamdulillah (HR. al-Tirmidzi No. 3383). Al Albani menilai hadis tersebut hasan (Shahih al-Targhib Wa al-Tarhib, II/103).

5.   Hamba yang paling utama di hari kiamat adalah al-hammadun.

عَنْ عِمْرَانَ بن حُصَيْنٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: "إِنَّ أَفْضَلَ عِبَادِ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْحَمَّادُونَ

Dari Imran bin Hushain, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya seutama-utamanya hamba pada hari kiamat adalah al-hammaduun, yaitu hamba-hamba yang gemar membaca alhamdulillah (HR. al-Thabrani No.14673). al-Albani menilai hadis ini shahih (al-Silsilah al-Shahihah al-Kamilah, IV/158).

6.   Ucapan hamdalah dapat memenuhi timbangan amal

عَنْ أَبِى مَالِكٍ الأَشْعَرِىِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلأُ الْمِيزَانَ

Dari Abu Malik al-Asy’ari, Rasulullah saw. bersabda: “Kesucian itu Sebagian dari iman dan alhamdulillah dapat memenuhi timbangan (HR. Muslim No. 556).

7.  Bertahmid (membaca alhamdulillah) sama dengan membawa kuda berpelana di jalan Allah.

Suatu saat Ummi Hani’ binti Abu Thalib berkata kepada Rasulullah saw.: “Wahai Rasulullah, saya sudah tua dan lemah, maka perintahkanlah kepadaku dengan amalan yang bisa saya lakukan sambil duduk. Rasulullah saw. bersabda:

...وَاحْمَدِى اللَّهَ مِائَةَ تَحْمِيدَةٍ فَإِنَّهَا تَعْدِلُ لَكِ مِائَةَ فَرَسٍ مُسْرَجَةٍ مُلْجَمَةٍ تَحْمِلِينَ عَلَيْهَا فِى سَبِيلِ اللَّهِ

“…Bertahmidlah kepada Allah seratus kali, karena itu sama dengan seratus kuda berpelana yang memakai kekang di mulutnya, yang kamu bawa di jalan Allah… (HR. Ahmad No. 26911). Al-Albani menilai hadis ini hasan (Shahih al-Targhib Wa al-Tarhib, II/109).

8. Membaca hamdalah dapat pahala 30 kebajikan dan menghapus dosa 30 kesalahan.

      Nabi saw. bersabda:

وَمَنْ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ كُتِبَتْ لَهُ ثَلاَثُونَ حَسَنَةً وَحُطَّ عَنْهُ ثَلاَثُونَ سَيِّئَةً

…Dan barangsiapa mengucapkan alhamdulillahi Rabbil ‘aalamiin dari relung hatinya maka akan dituliskan tiga puluh kebaikan untuknya dan digugurkan tiga puluh dosa darinya.” (HR. Ahmad No. 8093). Syaikh Syu’aib Al Arnauth menilai bahwa sanadnya shahih, demikian juga Syekh Al-Albani (Shahih al-Targhib Wa al-Tarhib, II/109).

9.   Mengucapkan alhamdulillah tiga kali dapat pahala berlipat ganda

عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَى عَبْدٍ مِنْ نِعْمَةٍ فَقَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ إِلاَّ وَقَدْ أَدَّى شُكْرَهَا، فَإِنْ قَالَهَا الثَّانِيَةَ جَدَّدَ اللَّهُ لَهُ ثَوَابَهَا، فَإِنْ قَالَهَا الثَّالِثَةَ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ذُنُوبَهُ.

Dari Jabir ra., Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah Allah memberi nikmat kepada seorang hamba kemudian ia mengucapkan Alhamdulillah, kecuali Allah menganggap hambanya itu telah benar-benar mensyukuri nikmat itu. Apabila ia mengucapkan Alhamdulillah yang kedua kali, maka Allah akan memberinya pahala yang baru lagi, apabia ia mengucakan Alhamdulillah yang ketiga kalinya, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya" (HR. al-Hakim No. 1871 dan al-Baihaqi No. 4090).

       Hadis ini dinilai shahih oleh al-Hakim, tetapi banyak ulama yang men-daif-kannya bahkan ada yang menilainya maudu’ atau palsu karena ada perawinya bernama Abu Muawiyah al-Za’farani yang dinilai sangat lemah (al-Asqalani, Lisan al-Mizan, VII/283, al-Albani, Dha’if al-Targhib Wa al-Tarhib, I/240).

Artikel ini pernah dimuat di Majalah MATAN (Majalah Muhammadiyah Jawa Timur) pada Oktober 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar