Sabtu, 24 April 2021

KHATAMAN ALQUR'AN

 

KHATAMAN ALQUR’AN

 

Oleh

 

Dr.H. Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I

 

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَإِ الْقُرْآنَ فِي شَهْرٍ

 

Abdullah bin Amr berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Bacalah Alqur’an (hingga khatam) dalam satu bulan” (HR. al-Bukhari No. 5054).

 

Status Hadis

              Hadis tersebut dinilai sahih oleh Imam al-Bukhari dalam Sahih al-Bukhari No. 5054. Selain Imam al-Bukhari, beberapa imam ahli hadis yang meriwayatkan hadis tersebut adalah Imam Abu Dawud dalam Sunan Abi Dawud No. 1390, Imam al-Nasai dalam Sunan al-Nasai No. 2400, Imam Ahmad dalam Musnad Ahmad No. 6506, Imam Ibn Abi Syaibah dalam Mushannaf Ibn Abi Syaibah No. 8584, Imam al-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir No. 1486, Imam al-Baihaqi dalam al-Sunan al-Kubra No. 4228, Imam al-Bazzar dalam Musnad al-Bazzar No. 2346, dan Imam Abu Awanah dalam Mustakhraj Abi Awanah No. 3147.  Muhammad Nashiruddin al-Albani juga menilai hadis tersebut sahih (al-Albani, al-Silsilah al-Sahihah al-Kamilah, IV/87).

 

Kandungan Hadis

              Hadis tersebut berisi perintah Nabi saw. kepada sahabat bernama Abdullah bin Amr bin al-Ash untuk membaca Alqur’an hingga khatam dalam satu bulan. Beberapa hadis tentang perintah mengkhatamkan Alqur’an tersebut di atas, ditemukan beragam redaksi tentang berapa lama sebaiknya untuk mengkhatamkan Alqur’an. Bila dirangkum antara satu dengan yang lain maka dapat dinarasikan sebagai berikut:

Pada mulanya, ketika Abdullah bin Amr meminta saran berapa lama sebaiknya mengkhatamkan Alqur’an, Nabi saw. memerintahkan agar mengkhatamkannya dalam satu bulan. Lalu Abdullah mengatakan bahwa dirinya sanggup mengkhatamkannya kurang dari sebulan. Kemudian Nabi saw. memerintahkan mengkhatamkannya dalam 20 hari. Abdullah masih mengatakan bahwa dirinya sanggup mengkhatamkannya kurang dari itu. Nabi saw. memerintahkan mengkhatamkannya dalam 15 hari. Abdullah masih mengatakan bahwa dirinya sanggup mengkhatamkannya kurang dari itu. Nabi saw. memerintahkan mengkhatamkannya dalam 10 hari. Abdullah masih mengatakan bahwa dirinya sanggup mengkhatamkannya kurang dari itu. Lalu Nabi saw. memerintahkan mengkhatamkannya dalam 7 hari atau 5 hari. Abdullah masih mengatakan bahwa dirinya sanggup mengkhatamkannya kurang dari itu. Lalu Nabi saw. membatasinya minimal tiga hari saja (jangan kurang dari tiga hari).

Larangan atau batasan mengkhatamkan Alqur’an kurang dari tiga hari tersebut dimaksudkan agar saat membaca Alqur’an bisa disertai pemahaman. Dalam hadis Riwayat Abu Dawud, al-Tirmidzi, dan Ahmad diterangkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan dapat memahami atau menghayati Alqur’an, orang yang membacanya kurang dari tiga hari” (HR. Abu Daud No. 1392, al-Tirmidzi No. 2946, Ahmad No. 6546). Al-Albani menilai hadis ini sahih (al-Albani, al-Silsilah al-Sahihah al-Kamilah, IV/87).

Keutamaan Mengkhatamkan Alqur’an

Mengkhatamkan Alqur’an adalah amalan sunnah, mengikuti petunjuk Rasulullah saw. Dari Abdullah bin Amru bin Ash, beliau berkata, “Wahai Rasulullah saw., berapa lama aku sebaiknya membaca (hingga khatam) Alqur’an?” Beliau menjawab: “Khatamkanlah dalam satu bulan.” Aku berkata lagi, “Sungguh aku masih mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam dua puluh hari.” Aku berkata lagi, “Aku masih mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam lima belas hari.” “Aku masih mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam sepuluh hari.” Aku menjawab, “Aku masih lebih mampu lagi, wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam lima hari.” Aku menjawab, “Aku masih lebih mampu lagi, wahai Rasulullah.” Namun beliau tidak memberikan izin bagiku. Dalam riwayat versi lain dikatakan bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Tidak akan sanggup memahami Alqur’an bila dibaca hingga khatam dalam waktu kurang dari tiga hari” (HR. Tirmidzi No. 2946; Abu Dawud No. 1390). Al-Albani menilai hadis tersebut shahih (al-Albani, al-Silsilah al-Shahihah, IV/87).

Membaca Alqur’an hingga khatam adalah salah satu amalan yang paling disukai Allah swt. Dari Ibnu Abbas r.a., beliau mengatakan ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw: “Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling disukai Allah?” Beliau menjawab, “al-hal al-murtahil (الْحَالُّ الْمُرْتَحِلُ).” Orang ini bertanya lagi, “Apa itu al-hal al-murtahil, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu yang membaca Alqur’an dari awal hingga akhir. Setiap kali selesai ia mengulanginya lagi dari awal.” (HR. Tirmidzi No. 2948). Menurut Al-Tirmidzi, hadis ini lebih sahih daripada hadis Riwayat Nashr bin Ali dari al-Haitsam bin al-Rabi’ (al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, V/197).

              Mengkhatamkan Alqur’an adalah saat yang mustajabah untuk berdoa. Al-Darimi meriwayatkan bahwa Mujahid telah berkata: “Bahwasanya doa itu mudah dikabulkan saat khataman Alqur’an”. Lebih lanjut beliau berkata: “Maka berdoalah dengan doa-doa apa saja” (HR. al-Darimi, al-Sunan No. 3482; al-Bayhaqi, Syu’ab al-Iman No. 1909). Husain Salim Asad menilai sanad riwayat ini shahih.

              Mengkhatamkan Alqur’an akan mendatangtkan rahmat dari Allah. Ibn Abi Syaibah meriwayatkan dalam al-Mushannaf dari Sufyan dari Manshur dari al-Hakam dari Mujahid, ia berkata: (الرحمة تنزل عند ختم القرآن), rahmat akan turun ketika khataman Alqur’an (Ibn Abi Syaibah, al-Mushannaf, VII/169). 

              Betapa besar fadilah atau keutamaan mengkhatamkan Alqur’an, sahabat Nabi saw. bernama Anas bin Malik, biasanya apabila mengkhatamkan Alqur’an, maka beliau mengumpulkan keluarganya dan anak-anaknya, kemudian mendoakan untuk mereka (al-Darimi, al-Sunan No. 3474; al-Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir No. 673; Said bin Manshur, al-Sunan No. 27; dan al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman No. 2070). Para ahli hadis menilai bahwasanya Riwayat ini shahih (Jami’ Shahih al-Adzkar Li al-Albani, VI/2).   

Ibn Saad memberitakan bahwa Al-A’raj Maula Ali al-Zubair bin al-Awwam, seorang qari (ahl qiraat Alqur’an) penduduk Makkah biasa membacakan Alqur’an di masjid, dan mengumpulkan orang-orang pada saat khatam Alqur’an (Ibn Saad, al-Thabaqat al-Kubra, V/486; Abu al-Hajjaj al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal, VII/388).

 

Doa Khataman Alqur’an

              Doa saat khataman Alqur’an secara khusus tidak ditemukan dalam hadis-hadis shahih. Memang ada hadis yang meriwayatkan adanya doa setelah khatam Alqur’an, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Manshur al-Mudhaffar bin al-Husain al-Arjani dalam kitab Fadhail al-Quran, juga Abu Bakar bin al-Dhahhak dalam kitab al-Syamail, keduanya dari jalan Abu Dzar al-Harawi dari riwayat Abu Sulaiman Daud bin Qays, ia berkata: “Rasulullah saw. ketika khatam Alqur’an membaca doa:

اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي بِالْقُرْآنِ وَاجْعَلْهُ لِي إِمَامًا وَنُورًا وَهُدًى وَرَحْمَةً، اللَّهُمَّ ذَكِّرْنِي مِنْهُ مَا نُسِّيتُ وَعَلِّمْنِي مِنْهُ مَا جَهِلْتُ وَارْزُقْنِي تِلَاوَتَهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ وَاجْعَلْهُ لِي حُجَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ

(Ya Allah sayangilah aku dengan sebab Alqur’an dan jadikanlah Alqur’an untukku sebagai pemimpin, cahaya, petunjuk dan rahmat. Ya Allah, ingatkanlah aku akan ayat-ayat Alqur’an yang kulupa, ajarilah aku tentang isi Alqur’an yang tidak aku ketahui dan berilah aku nikmat bisa membacanya di waktu malam. Jadikanlah Alqur’an sebagai pembelaku wahai Tuhan semesta alam).

              Hadis tersebut telah popular dan dimuat di sejumlah kitab. Di antaranya oleh al-Ghazali dalam Ihya Ulum al-Din, I/278; al-Zarkasyi dalam al-Burhan Fi Ulum al-Quran, I/475; Abu al-Khair Ibn al-Jazari dalam al-Nasyr Fi Qiraat al-Asyr, II/464; Muhammad Thahir al-Kurdi dalam Tarikh al-Quran al-Karim, 207; Abu al-Fadl al-Iraqi dalam al-Mughni An Haml al-Asfar, I/226; al-Bahuti dalam Kasysyaf al-Qina, I/428; dan Abu al-Wafa dalam al-Qaul al-Sadid Fi Ilm al-Tajwid, 267.

Dalam kitab-kitab tersebut, Sebagian besar penyusunnya berkomentar bahwa hadis tersebut berstatus mu’dhal (معضلاً). Hadits mu’dhal adalah salah satu jenis hadis dhaif, yang tingkatannya di bawah hadits munqathi’ dan mursal. Hadits mu’dhal adalah  hadis yang pada sanadnya terdapat dua perawi atau lebih yang hilang (tidak disebutkan namanya) secara berturut-turut.

 Al-Hafidh al ‘Iraqi mengatakan: “Hadits di atas diriwayatkan oleh Abu Manshur al-Muzhaffar bin al-Husain al-Arjani dalam kitabnya Fadha-il al-Qur’an dan Abu Bakr bin al-Dhahhak dalam Al-Syama-il. Sanad yang ada di dalam kedua kitab tersebut semuanya bersumber dari Abu Dzar al-Harawi dari Sulaiman Dawud bin Qais dengan periwayatan secara mu’dhal” (Abu al-Fadl al-Iraqi, al-Mughni An Haml al-Asfar, I/226).

Mengingat hadis tentang doa khataman Alqur’an tersebut statusnya dhaif, maka membaca doa khataman Alqur’an dengan doa tersebut tidak bernilai sunnah, karena dianggap tidak ada tuntunan yang sah dari Rasulullah saw. Namun demikian, boleh saja membaca doa tersebut karena isinya baik dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Hal ini berarti bahwa berdoa pada saat khataman Alqur’an boleh dengan doa apa saja, boleh dengan doa tersebut atau doa yang lainnya.

Kesimpulan

              Mengkhatamkan Alqur’an adalah sunnah Rasulullah saw. Beliau menyarankan kepada sahabatnya agar mengkhatamkan Alqur’an sekali dalam sebulan. Bila dirutinkan sebulan sekali, maka membacanya bisa dilakukan dengan cara satu hari satu juz atau one day one juz (ODOJ). Adapun tradisi khataman Alqur’an dengan upacara atau tata cara tertentu memang tidak ada tuntunannya dari Nabi saw. Namun dari kalangan sahabat, ada contoh dari mereka ketika melakukan khataman. Misalnya sahabat Anas bin Malik pernah melakukan khataman Alqur’an dengan cara mengumpulkan keluarga dan anak-anaknya kemudian berdoa untuk mereka. Karena itu mengadakan acara khataman Alqur’an merupakan suatu amalan yang baik untuk dilakukan, dan acara tersebut merupakan acara yang dapat menjadi syiar Islam serta memberikan semangat dalam membaca dan mengkaji Alqur’an (SM. 10 Juni 2020). Wallahu A’lam!

 

 

 

1 komentar: