Rabu, 10 Maret 2021

LAYLA AL-HULW: Penderita Kanker SembuhTanpa Dokter

 

LAYLA AL-HULW:

Penderita Kanker SembuhTanpa Dokter

oleh

Dr.H.Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I

 

Layla al-Hulw adalah seorang wanita asal Maroko yang sebelumnya jarang mengingat Allah dan suka melalaikanNya. Suatu ketika (2005), ia diberi cobaan dengan penyakit yang menakutkan, menjijikkan dan mematikan selama sembilan tahun, yakni penyakit kanker (السرطان). Di Maroko, orang menyebutnya “momok” (الغول) yakni sejenis penyakit kotor (الخبيث). Penyakit ini menyerang bagian payudaranya. Saat itu jiwanya guncang. Ia pernah berpikir mau bunuh diri. Akhirnya ia menyadari bahwa penyakit yang dideritanya bisa menjadi penyebab turunnya hidayah kepadanya untuk mengakui kekuasaan Allah Swt.

Pada mulanya, bersama sang suami ia pergi ke Belgia untuk berobat menemui beberapa dokter terkenal, namun hampir semua dokter sepakat mengatakan kepada suaminya bahwa payudaranya (Layla al-Hulw) harus diangkat dan menjalani kemoterapi,  yang dapat menimbulkan efek samping seperti dapat merontokkan rambut, melenyapkan bulu mata, kedua alis mata, menumbuhkan seperti jenggot di atas wajah bahkan merontokkan juga kuku dan gigi. Karena itu, ia menolaknya sama sekali dan berkata:"Aku lebih baik mati dengan tetap memiliki payudara dan rambut serta semua apa yang diciptakan Allah untukku dari pada harus cacat”.

Karena menolak, ia hanya diberi obat ringan, kemudian kembali ke Maroko, tetapi obat-obat itu tidak membawa kesembuhan. Setelah enam bulan kemudian, berat badannya susut, warna kulitnya berubah dan merasakan berbagai keluhan sakit. Selanjutnya ia bersama suaminya pergi lagi ke Belgia dengan maksud untuk berobat. Saat itu para dokter Belgia mengatakan kepada suaminya bahwa penyakit yang diderita isterinya sudah menyerang seluruh tubuhnya, termasuk kedua paru-parunya. Mereka menyatakan tidak memiliki resep apa pun yang dapat menyembuhkannya dan menyarankan agar dibawa pulang ke negerinya hingga menemui ajalnya. Saat itu, ia bersama sang suami tidak pulang tetapi malah pergi ke Perancis dengan harapan ada obat yang bisa menyembuhkannya. Namun di sana juga tidak membawa hasil. Akhirnya sang suami menyarankan agar ia melakukan ibadah ‘umrah, ziarah ke Baitullah Makkah al-Mukarramah untuk memohon kesembuhan kepada Allah di hadapan Kakbah. Dari Perancis ia membeli mush}af al-Qur’an untuk dibawa ke masjid al-Haram. Di hadapan Allah, sambil melihat Ka‘bah ia banyak menangis, menyesali perbuatannya yang telah lewat yang banyak melalaikan kewajiban sebagai hambaNya. Dalam munajahnya itu ia berkata:"Wahai Tuhan, `para dokter sudah tak berdaya menghadapi penyakit yang kuderita ini, tidak ada lagi obat dari dokter yang bisa menyembuhkan. Aku percaya bahwa segala penyakit berasal dariMu dan Engkau pulalah yang memiliki obat penyembuhnya. Semua pintu telah tertutup di hadapanku, yang tinggal hanyalah pintu-Mu. Karena itu, janganlah Engkau kunci pintu-Mu untukku."

Saat itu ia pun melakukan t}awa>f  di Ka‘bah dan banyak memohon kepada-Nya agar Dia tidak menyia-nyiakan harapannya dan tidak menghinakannya serta dapat membuat tercengang para dokter yang telah memvonisnya. Selama di Makkah, ia sempat mendatangi  beberapa ulama dan shaykh yang berada di sana seraya meminta nasihatnya dan menunjukkan buku dan doa yang mudah dan ringkas untuk dijadikan pegangan. Para ulama dan shaykh itu menasehatinya agar banyak-banyak membaca al-Qur'an dan meminum air zam-zam sepuas-puasnya. Mereka juga menasehatinya agar memperbanyak berdzikir kepada Allah dan membaca shalawat kepada Rasulullah SAW.

Selama berada di Baitulla>h, ia merasakan ketenangan jiwa yang luar biasa, setelah banyak berdhikir dan banyak membaca al-Qur’an serta banyak meminum air zam-zam. Karena itu, ia meminta izin kepada suaminya untuk tetap tinggal di al-Haram dan tidak pulang ke hotel. Saat itu sang suami pun mengizinkannya.

Di al-Haram ia bertemu beberapa wanita seiman dari  Mesir dan Turki yang setia menemaninya untuk beri‘tikaf, karena mereka mengerti bahwa ia tengah menderita sakit kanker. Mereka berusaha meberi semangat agar tetap sabar dan terus berdoa.

Selama di al-Haram ia mengurangi tidur, ia banyak berdhikir dengan sering melakukan t}awa>f, banyak meminum air zam-zam dan banyak membaca al-Qur’an. Begitulah siang-malam ia mengisi waktu-waktu senggangnya. Saat itu tubuhnya kurus sekali dan pada sebagian tubuhnya bagian atas banyak sekali tumbuh bintik dan benjolan yang menandakan bahwa kanker telah menyerang seluruh anggota badannya bagian atas. Teman-temannya menasihatinya  agar membasuh separuh tubuhnya bagian atas dengan air zam-zam, ia pun membasuhnya tetapi tanpa menyentuh tubuhnya.

Pada hari kelima, teman-temannya memaksanya agar menyapu seluruh tubuhnya dengan sedikit air zam-zam. Saat itu, tiba-tiba ia merasa mendapatkan kekuatan yang mendorongnya untuk mengambil sedikit air zam-zam lalu menyapunya ke tubuhnya. Pada mulanya ia merasa cemas, kemudian ia merasakan ada kekuatan lagi, tetapi masih ragu-ragu namun ketika untuk kali ketiganya tanpa terasa ia memegang tangannya lalu menyapu air zam-zam ke tubuh dan payudaranya yang mengeluarkan darah, nanah dan bintik-bintik. Di sinilah, terjadi sesuatu yang tidak pernah disangka-sangka. Rupanya, semua bintik-bintik itu lenyap seketika dan ia tidak menemukan sesuatu pun di tubuhnya, tidak ada lagi rasa sakit, darah atau pun nanah. Benjolan-benjolan pun hilang. Saat itu bulu kuduknya  merinding saking kagetnya, akan tetapi ia segera sadar  bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Lalu ia meminta salah seorang temannya untuk menyentuh tubuhnya dan mencari bintik-bintik serta benjolan-benjolan, barangkali masih ada. Tiba-tiba mereka berteriak tanpa sadar:  "Allahu Akbar, Allahu Akbar.!" Dengan keutamaan al-Qur’an yang banyak dibacanya di hadapan Baitullah, akhirnya ia mendapatkan kesembuhan total. Al-Qur’an memang kalam Allah yang salah satu fungsinya adalah dapat menjadi sarana penyembuh.

Tak berapa lama setelah itu, ia tidak kuasa lagi untuk segera kembali ke hotelnya dan memberitahukan perihal tersebut kepada suaminya. Ia memasuki hotel tempat mereka menginap, dan sesampai di hadapan suaminya, ia merobek bajunya seraya berkata: "Lihatlah rahmat Allah.!" Kemudian ia memberitahukan kepada suaminya apa yang telah terjadi tetapi suaminyaa tidak percaya. Saat itu suaminya menangis dan berteriak dengan suara kencang: "Tahukah kamu bahwa para dokter tempo hari telah bersumpah atas kematianmu setelah tiga minggu saja !" Lalu aku berkata, "Sesungguhnya ajal itu di tangan Allah Swt. dan tidak ada yang mengetahui hal yang gaib selain Allah."

Setelah itu, mereka tinggal di Baitullah selama seminggu penuh. Selama masa-masa itu, ia tidak putus-putusnya untuk memuji dan bersyukur kepada-Allah atas nikmat-nikmat-Nya yang tak terhingga. Kemudian mereka berziarah ke masjid nabawi untuk melakukan salat dan berziarah ke makam Rasulullah Saw setelah itu kembali ke Perancis.

Di Perancis, para dokter tampak benar-benar kaget dan bingung  melihat kejadian aneh yang menimpanya. Para dokter dengan antusias bertanya: “Apakah benar anda ini si ibu tempo hari yang pernah datang kemari.?"  Dengan penuh rasa bangga, ia tegaskan kepada mereka: "Ya, benar dan si fulan itu adalah suamiku. Aku telah kembali kepada Tuhanku dan aku tidak akan pernah takut lagi kepada siapa pun selain Allah. Semua takdir berada di tangan-Nya dan segala urusan adalah milik-Nya."

Para dokter itu berkata bahwa sesungguhnya kondisi wanita ini merupakan sesuatu yang sangat aneh sekali, sebab benjolan-benjolan itu sudah hilang sama sekali. Mereka kemudian mengadakan pemeriksaan sekali lagi. Hasilnya, mereka  tidak mendapatkan sesuatu pun. Sebelumnya, gara-gara benjolan-benjolan itu, wanita ini sama sekali sulit untuk bernafas akan tetapi ketika sampai di Baitullah al-Haram  dan ia meminta kesembuhan hanya kepada-Nya, maka sesak nafas itu pun hilang.

Setelah peristiwa aneh itu, ia bergiat mencari tahu mengenai riwayat hidup Nabi Muhammad SAW, riwayat hidup para shahabatnya dan ia banyak menangis. Ia menangisi masa lalunya karena sudah sekian lama melewatkan waktu dengan sia-sia dan tidak dapat mengecap rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Ia menyesali hari-hari yang telah ia sia-siakan dan membuatnya jauh dari Allah. Ia memohon kepada Allah agar menerima amalannya dan menerima taubtnya, suaminya dan seluruh kaum Muslimin. (Al-Mubarakfuri et.al, Sejarah Mekkah al-Mukarramah, 79; Arif, Alij Nafsaka, 13; Anwar, Sembuh Dengan Al-Qur’an, 39).

 

(Sumber: Buku Dr.H.Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I, Terapi Qur’ani, hal. 44-49)

 


1 komentar: