Sabtu, 29 Oktober 2016

BUMI BULAT ATAU DATAR

BUMI BULAT ATAU DATAR

Oleh:



Dr.H. Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I



Pertanyaan:

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Kepada yang terhormat Ustad Zuhdi, semoga kita senantiasa dalam lindungan Allah Swt. Sebelum saya mengajukan pertanyaan kepada Ustad Zuhdi,  saya ingin memaparkan beberapa firman Allah, sebagai berikut: (1)Surat Al-Hijr ayat 19: “Dan kami (Allah) telah menghamparkan bumi…”; (2)Surat Al-Baqarah ayat 22: “Dialah (Allah) yang telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan (Firasy) bagimu”; dan (3)Surat Al-Naba ayat 6-7 “Bukankah kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak?”.
Dalam al-Quran sudah dijelaskan bahwa sesungguhnya bumi yang kita tempati adalah sebuah hamparan seperti yang disebutkan dalam ayat-ayat di atas dan mungkin masih banyak lagi ayat-ayat yang lain, lalu bagaimana dengan hasil penelitian dari Nasa yang sekarang beredar di masyarakat dan diterima dengan baik? Apakah benar bumi yang digambarkan oleh Nasa yang berbentuk bulat itu fakta atau hanya pembodohan semata? Dan jika bumi memang berbentuk hamparan maka bagaimana caranya untuk meyakinkan umat muslim yang sudah terlanjur percaya atau yakin terhadap temuan Nasa tersebut?
Atas jawabannya kami ucapkan syukran wa jazakumullah khairan katsiran!
Wassalamu’alaikum Wr. Wb. (Habibur – Sidoarjo)

Jawaban:

            Perbincangan mengenai bumi itu bulat atau datar, sudah berabad-abad silam menjadi bahan diskusi para ulama dan cendekiawan, baik di kalangan muslim maupun non muslim. Di kalangan non muslim Eropa sempat gempar ketika  Galileo Galilei(1546-1642 M) mengatakan dengan tegas bahwa bumi berbentuk bulat. Pernyataannya ini oleh otoritas Gereja dianggap  menyimpang sehingga dia harus dihadapkan pada hukuman mati.
            Di kalangan ilmuwan muslim sendiri juga terjadi perbedaan pendapat mengenai bentuk bumi. Sebagian ulama berpendapat bahwa bumi itu datar, dan sebagian ulama yang lain berpendapat bumi itu bulat.
Di antara ulama yang berpendapat bahwa bumi itu datar adalah penulis tafsir al-Jalalayn dan penulis tafsir al-Qurthubi. Dalam tafsir al-Jalalayn, ketika menafsirkan ayat (وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ), yang artinya: “Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (Al-Ghasyiyah: 20), dijelaskan bahwa dzahir ayat bumi itu (سُطِحَتْ) “sutihat” menunjukkan bumi itu (سطحية) “sathiyyah”. Makna ‘sutihat’ zahirnya menunjukkan bahwa bumi itu datar dan dijelaskan oleh ‘ulama’, bukan bulat sebagaimana dikatakan oleh ahli astronomi” (al-Mahalli dan al-Suyuti, Tafsir al-Jalalayn, I/805). Demikian juga Imam Al-Qurthubi (1214-1273 M) dalam tafsirnya, membantah bahwa bumi bulat, ketika menafsirkan surat al-Hijr ayat 19, yang artinya: “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran” (Al-Hijr: 19). Al-Qurthubi berkata: “Ini adalah bantahan bagi mereka yang menyangka bahwa bumi itu seperti bola”(al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, X/13).
            Sementara ulama yang lain berpendapat bahwa bumi itu bulat. Di antara ulama Islam yang berpendapat bahwa bumi itu bulat adalah Imam Ibnu Hazm (994 M), Ibn Taymiyah (1263-1328 M), dan Ibnu Khaldun (1332 - 1406 M).
Ibnu Hazm (994 M) berkata: “Para Imam kaum muslimin yang berhak mendapat gelar al-Imam radhiyallahu ‘anhum  tidak mengingkari bahwa bumi itu bulat. Tidak pula diketahui dari mereka yang membantah sama sekali, bahkan bukti-bukti dari Al-Quran dan Sunnah membuktikan bahwa bumi itu bulat” (Ibn Hazm, al-Fishal Fi al-Milal, II/87). Kemudian Ibnu Taimiyah (1263-1328 M) berkata: “Ketahuilah, bahwa mereka (para ulama) sepakat bahwa bumi berbentuk bulat. Yang ada di bawah bumi hanyalah tengah, dan paling bawahnya adalah pusat….” (Ibn Taymiyah, Majmu’ al-Fatawa, V/150). Selanjutnya Ibnu Khaldun (1332–1406 M) berkata: “Ketahuilah, sudah jelas di kitab-kitab para ilmuwan dan peneliti tentang alam bahwa bumi berbentuk bulat….” (Ibn Khaldun, Muqaddimah, I/66). 
           Selain mereka, masih banyak ilmuwan dan ulama Islam klasik yang menyebutkan di dalam bukunya bahwa bumi berbentuk bulat. Di antara buku tersebut adalah: (1). Muruj Al-Dzahab wa Ma’adin Al-Jauhar, oleh Mas’udi Ali Husain Ali bin Husain (w. 346 H); (2). Ahsan Taqasim fi Ma’rifah Al-Aqalim, oleh Al-Maqdisi (w. 375 H); (3). Kitab Shurah Al-Ardh, oleh Ibnu Hauqal; (4). Al-Masalik wa Al-Mamalik, oleh Al-Ishthikhry; (5). Ruh Al-Ma’ani, oleh Imam Al-Alusi (ulama tafsir Al-Qur’an); (6). Mafatih Al-Ghaib, oleh Fakhru Ar-Razi (ulama tafsir Al-Qur’an); Dan lain-lain.
            Pendapat bahwa bumi itu bulat didukung oleh al-Qur’an, di antaranya surat al-Zumar ayat 5, Allah Swt berfirman:
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى أَلَا هُوَ الْعَزِيزُ الْغَفَّار
“Dia (Allah) menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar. Dia memasukkan malam atas siang dan memasukkan siang atas malam dan menundukan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah! Dialah Yang Maha Mulia, Maha Pengampun.” (QS.Al-Zumar, 5).

            Kata “at-takwir” artinya adalah menggulung. Pada ayat di atas dengan jelas Allah berfirman bahwa malam menggulung siang dan siang menggulung malam. Kalau malam dan siang dapat saling menggulung, pastilah karena keduanya berada pada satu tempat yang bulat secara bersama-sama. Bagaimana keduanya dapat saling menggulung jika berada pada tempat yang datar….? Kalau saja kejadian itu pada tempat yang datar, mestinya akan lebih tepat jika dipakai kata menimpa atau menindih.
Adapun firman Allah pada surat al-Ghasyiyah ayat 20 yang artinya: Dan bumi bagaimana dihamparkan? Ayat ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa bumi itu datar, karena sebuah benda yang bulat kalau semakin besar, maka akan semakin tidak kelihatan bulatnya dan akan nampak seperti datar.(Abd al-Karim, Hidayat al-Hayran Fi Masalat al-Dawrah, 56).
Syaikh Bin Baz mengatakan: “Keberadaan bumi itu bulat tidak bertentangan dengan pernyataan bahwa permukaan bumi itu datar yang layak untuk dijadikan tempat tinggal, sebagaimana firman Allah Swt (al-Baqarah, ayat 22) yang artinya: “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan”. Juga firmanNya (al-Naba, ayat 6-7) yang artinya: “Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak?”. Dan firmanNya (al-Ghasyiyah, 20), yang artinya: “Dan bumi bagaimana dihamparkan?”. Bin Baz menyimpulkan bahwa bumi itu bentuknya bulat namun permukaannya datar agar bisa dijadikan tempat tinggal dan dimanfaatkan oleh manusia. Dan saya tidak menemukan dalil naqli dan hissi yang menentang masalah ini. (Syekh Bin Baz, al-Adillah al-Naqliyah wa al-Hissiyah, 103).
Demikian diskusi para cendekiawan dan ulama dari dulu hingga kini tentang apakah bumi itu bulat atau datar. Dari pembahasan tersebut dapat diketahui bahwa penjelasan tentang apakah bumi datar atau bulat-bola, tidak kita dapatkan dalil yang tegas dan gamblang dari al-Qur’an maupun al-Hadis. Beberapa ayat al-Qur’an yang menyebut keadaan bumi memang memungkinkan difahami bumi itu bulat atau datar. Karena itu wajar bila di kalangan ulama terjadi perbedaan pendapat dalam hal tersebut.
Mana di antara dua pendapat tersebut yang benar, apakah bumi itu bulat atau datar? Karena tidak ditemukan dalil yang tegas, maka sebaiknya kita kembalikan kepada hasil penelitian ilmiah yang sudah diakui kebenarannya di kalangan ilmuwan. Jika menurut NASA bahwa bumi itu bulat, maka pendapat yang sesuai dengan fakta ilmiah inilah yang patut menjadi pegangan. Hal ini sesuai dengan sikap Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani yang meyakini bahwa bumi itu bulat dengan cara menggabungkan kedua ilmu, yaitu fakta ilmu dunia atau sains dan “yang tersirat” dalam Al-Quran maupun Sunnah (al-Albani, Kurawiyyat al-Ardl Wa Dawranuha hawla al-Syamsi, Youtube, published on Nov 24, 2012 dan Silsilah Huda wan Nur, kaset nomor 1/436).
 Wallahu A’lam!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar