Selasa, 25 Februari 2025

Amal Utama Di Bulan Ramadan

 AMALAN UTAMA

DI BULAN RAMADAN

 

Oleh:


DR.H. Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I

 

Permasalahan:

            Sudah maklum, Ramadan adalah bulan yang sangat mulia dan istimewa. Karena itu sungguh beruntung orang yang bisa memanfaatkannya untuk beramal sebanyak dan sebaik mungkin. Melalui rubrik konsultasi Agama, mohon Pengasuh berkenan mengulas dan membahas amalan apa saja yang sebaiknya diprioritaskan di bulan Ramadan. Atas perkenannya kami sampaikan banyak terima kasih dengan iringan doa jazakumullah khairal jaza’ (Kasih, Sidoarjo).

Pembahasan:

Berdasarkan beberapa ayat al-Qur’an dan Hadis dapat diketahui, setidaknya, ada tujuh amalan utama yang bisa diamalkan di bulan Ramadan, yaitu berpuasa (al-shaum), qiyam Ramadan (salat tarawih), tadarus al-Qur’an, bersadaqah, umrah, iktikaf dan memburu lailatul qadar, serta memperbanyak dzikir, doa dan istighfar.

1.    Berpuasa (al-Shaum).

Amalan terpenting pada bulan Ramadan adalah shaum atau shiyam (berpuasa). Perintah berpuasa ini termaktub dalam firman Allah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelummu agar kamu bertaqwa (QS. al-Baqarah, 183).

Tentang keutamaan berpuasa, Rasulullah saw. bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Siapa berpuasa Ramadan dengan keimanan dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu (HR. al-Bukhari 1802 dan Muslim 760).

Pahala besar ini akan diberikan kepada orang yang berpuasa tidak sekedar meninggalkan makan dan minum. Jabir bin Abdillah berkata:

إِذَا صُمْتَ فَلْيَصُمْ سَمْعُكَ، وبَصَرُكَ، وَلِسَانُكَ، عَنِ الْكَذِبِ، وَالْمَحَارِمِ، وَدَعْ أَذَى الْخَادِمِ، وَلْيَكُنْ عَلَيْكَ وَقَارٌ وَسَكِينَةٌ يَوْمَ صِيَامِكَ، وَلَا تَجْعَلْ يَوْمَ فِطْرِكَ وَصَوْمِكَ سَوَاء

Jika Anda berpuasa, maka puasakan juga pendengaran, penglihatan, dan lisanmu dari dusta dan hal-hal lain yang dilarang. Tinggalkan perbuatan yang dapat menyakiti pelayan, dan bersikaplah yang lembut dan tenang pada hari puasamu. Jangan samakan antara hari saat berpuasamu dan saat tidak berpuasa (HR. al-Baihaqi 3374 dan Ibn Aby Syaibah 8880).

2.  Qiyam Ramadan (Salat al-Tarawih)

Ulama sepakat bahwa Qiyamu Ramadaan (Salat Tarwih) itu disyariatkan. Nabi saw. menganjurkan agar selama Ramadan kita menghidupkan malam-malamnya dengan salat tersebut. Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. menganjurkan (salat) qiyam Ramadan kepada para shahabat, tanpa perintah wajib. Beliau bersabda:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa mengerjakan (salat) qiyam Ramadan karena iman dan mengharap pahala, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu (HR. Muslim 1816).

Dalam melaksanakan Qiyam Ramadan, hendaklah mencontoh tata cara salat Nabi saw., baik mengenai jumlah rakaatnya maupun tata-caranya. Nabi melaksanakan Qiyamu Ramadan sebanyak 11 rakaat dengan cara-cara yang bervariasi. Di antaranya dengan jumlah rakaat 4+4+3 atau 2+2+2+2+3. Dasarnya Hadis berikut ini:

 عَنْ أَبِى سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ كَيْفَ كَانَتْ صَلاَةُ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى رَمَضَانَ قَالَتْ مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَزِيدُ فِى رَمَضَانَ وَلاَ فِى غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّى أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّى أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّى ثَلاَثًا  

Dari Abu Salamah bahwasanya Aisyah ra. ketika ditanya tentang salat Nabi di bulan Ramadan, Aisyah berkata: pada bulan Ramadan maupun yang lainnya, Nabi tidak pernah melakukan salat lebih dari sebelas rakaat. Nabi saw. kerjakan empat rakaat, jangan engkau tanyakan tentang elok dan lamanya, kemudian Nabi kerjakan lagi empat rakaat dan jangan engkau tanyakan tentang elok dan lamanya. Lalu Nabi kerjakan salat tiga rakaat (HR. al-Bukhari 2013 dan Muslim 1757).

Boleh juga dengan cara 2+2+2+2+2+1. Dasarnya Hadis berikut ini:

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى فِيمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلاَةِ الْعِشَاءِ - وَهِىَ الَّتِى يَدْعُو النَّاسُ الْعَتَمَةَ - إِلَى الْفَجْرِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُسَلِّمُ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَيُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ فَإِذَا سَكَتَ الْمُؤَذِّنُ مِنْ صَلاَةِ الْفَجْرِ وَتَبَيَّنَ لَهُ الْفَجْرُ وَجَاءَهُ الْمُؤَذِّنُ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ ثُمَّ اضْطَجَعَ عَلَى شِقِّهِ الأَيْمَنِ حَتَّى يَأْتِيَهُ الْمُؤَذِّنُ لِلإِقَامَةِ.

Dari ‘Aisyah isteri Nabi saw, dia berkata; Rasulullah saw. pernah salat antara habis salat isya yang biasa disebut ‘atamah hingga waktu fajar. Beliau melakukan sebelas rakaat, setiap dua rakaat beliau salam, dan beliau juga melakukan witir satu rakaat. Jika muazin salat fajar telah diam, dan fajar telah jelas, sementara muazin telah menemui beliau, maka beliau melakukan dua kali rakaat ringan, kemudian beliau berbaring di atas lambung sebelah kanan hingga datang muazin untuk iqamat (HR. Muslim 1752).

3. Tadarus al-Qur’an

            Dalam sebuah Hadis dijelaskan bahwa setiap Ramadan Rasulullah saw. melakukan tadarus al-Qur’an bersama Jibril:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ (أَجْوَدَ) مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ  

Ibnu Abbas ra. berkata: Rasulullah saw. adalah orang yang paling dermawan, apalagi pada bulan Ramadan. Ketika ditemui oleh Malaikat Jibril, yakni pada setiap malam Ramadan, maka ia mengajaknya membaca dan mempelajari al-Qur’an (HR. al-Bukhari 4711 dan Muslim 2307).

Oleh karena itu pada bulan Ramadan, umat Islam sedapat mungkin bisa berinteraksi dengan al-Qur’an untuk meraih keberkahan hidup dan menuju umat yang terbaik dengan mau membacanya, memahaminya, mengamalkannya dan mengajarkannya.

4. Sadaqah dan Zakatul Fitri

Dalam Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Abbas ra. diberitakan bahwa:

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ (أَجْوَدَ) مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ  

 Rasulullah saw. adalah orang yang paling dermawan di antara manusia lainnya, dan beliau semakin dermawan saat di bulan Ramadan (HR. al-Bukhari 4711 dan Muslim 2307).

Salah satu bentuk sadaqah yang dianjurkan selama Ramadan adalah memberikan ifthar (santapan berbuka puasa) kepada orang-orang yang berpuasa. Dari Zaid bin Khalid al-Juhani, Nabi saw. bersabda:

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ أَوْ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الصَّائِمِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

Barangsiapa memberi ifthar kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut (HR. Ahmad 21676, al-Tirmidzi 807 dan Ibnu Majah 1746). Al-Albani: Hadis ini sahih (Sahih al-Jami’al-Shaghir, II/1095).

            Selain itu juga ada sadaqah wajib berupa zakatul fitri:

فَرَضَ رَسُولُ اللهِ ﷺ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ الرَّفَثِ وَاللَّغْوِ، وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ، مَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلَاةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ، وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلَاةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ

 Rasulullah saw. mewajibkan zakatul fitri sebagai pembersih bagi orang yang puasa dari segala perbuatan sia-sia, dan ucapan tidak baik, dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin. Siapa yang menunaikannya sebelum salat hari raya maka zakatnya diterima, dan siapa yang menunaikannya setelah salat hari raya maka termasuk sedekah biasa (HR. Abu Daud 1611). Al-Albani: hasan.

5. Iktikaf dan Memburu Lailatul Qadar

Termasuk amalan yang dicontohkan Nabi saw. di bulan Ramadan adalah beriktikaf di masjid. Dalam sebuah Hadis disebutkan:

عَنْ عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، زَوْجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِه.

Aisyah ra. menerangkan bahwa Nabi saw. beriktikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadan hingga wafatnya, kemudian isteri-isteri beliau pun beriktikaf setelah kepergian beliau (HR. al-Bukhari 2016 dan Muslim 1172).

Nabi saw. juga menyuruh sahabatnya agar memburu lailatul qadar dengan sabdanya:

إِنِّى أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ وَإِنِّى نَسِيتُهَا - أَوْ أُنْسِيتُهَا - فَالْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ كُلِّ وِتْرٍ

Sesungguhnya aku telah melihat lailatul qadar, saya lupa (kapan kajadiannya) atau aku sengaja dibuat lupa (oleh Allah). Karena itu maka carilah (burulah) lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir pada tanggal yang ganjil (HR. Muslim 2829).

Dari ‘Aisyah, ia berkata: Wahai Rasulullah, jika aku mendapatkan Lailatul Qadar, apa yang harus aku baca? Beliau menjawab, “Ucapkan:

اللهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ، فَاعْفُ عَنِّي

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, suka memaafkan, maka maafkanlah aku (HR. Ahmad 25384, dan al-Tirmidzi 3513, disahihkan Al-Albani).

6. Umrah

Rasulullah saw. pernah menganjurkan kepada seorang wanita Ansar (Ummu Sinan) yang tidak sempat berhaji bersama beliau agar berumrah Ramadan:

Dari Ibnu Abbas ra, dikatakan bahwa ketika Rasulullah saw. pulang dari hajinya, beliau berkata kepada seorang wanita Ansar (Ummi Sinan): “Apa yang menghalangimu untuk ikut berhaji bersama kami?” Ia menjawab, “Kami tidak memiliki kendaraan kecuali dua ekor unta yang dipakai untuk mengairi tanaman. Bapak dan anaknya berangkat haji dengan satu ekor unta dan meninggalkan satu ekor lagi untuk kami yang digunakan untuk mengairi tanaman”. Nabi bersabda: “Apabila datang Ramadan, berumrahlah,

 فَإِنَّ عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ تَقْضِي حَجَّةً مَعِي.

Karena sesungguhnya umrah di bulan Ramadan menyamai ibadah haji bersamaku (HR. al-Bukhari 1863). 

7. Memperbanyak dzikir, doa dan istighfar

Sesungguhnya Ramadan adalah waktu yang mulia dan utama untuk memperbanyak dzikir, doa, dan istighfar.

Pertama, saat berpuasa hingga berbuka; Nabi Saw bersabda:

 ﺛَﻼَﺛَﺔٌ ﻻَ ﺗُﺮَﺩُّ ﺩَﻋْﻮَﺗُﻬُﻢُ ﺍﻹِﻣَﺎﻡُ ﺍﻟْﻌَﺎﺩِﻝُ ﻭَﺍﻟﺼَّﺎﺋِﻢُ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻔْﻄِﺮَ ﻭَﺩَﻋْﻮَﺓُ ﺍﻟْﻤَﻈْﻠُﻮﻡِ

Ada tiga doa yang tidak tertolak: (1) doa pemimpin yang adil, (2) doa orang yang berpuasa sampai ia berbuka, (3) doa orang yang terzalimi (HR. Ahmad 8043). Al-Albani: sahih.

Kedua, saat sepertiga malam terakhir:

إِنَّ فِى اللَّيْلِ لَسَاعَةً لاَ يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ

Di malam hari terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah berkaitan dengan dunia dan akhiratnya bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberikan apa yang ia minta. Hal ini berlaku setiap malamnya (HR. Muslim 757).

Ketiga, saat waktu sahur untuk memperbanyak istighfar.

وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

 Dan di waktu sahur (akhir malam) mereka memohon ampun (kepada Allah) (QS. Al-Dzariyat: 18). 


(Artikel ini telah dimuat di Majalah MATAN pada Bulan Pebruari 2025)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar