BUAH SHIYAM RAMADHAN
oleh
Dr.H.Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I
Pertanyaan:
Ustadz AZ yang dirahmati Allah!
Saya mohon kepada Ustadz untuk menjelaskan tentang
orang-orang yang berhasil meraih taqwa setelah melaksanakan ibadah shiyam
Ramadhan. Adakah tanda-tanda yang dapat diketahui bagi orang yang sukses meraih
buah shiyam Ramadhan?
Terima kasih atas penjelasannya (Abdullah, Sidoarjo).
Jawab:
Pada surat al-Baqarah ayat 183 Allah
menegaskan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ
عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Wahai oang-orang yang beriman, telah diwajibkan
berpuasa atas kamu sebagaimana telah diwajibkan puasa kepada orang-orang
sebelum kamu, agar kamu menjadi orang yang bertaqwa (al-Baqarah, 183).
Pada ujung ayat 183 surat al Baqarah tersebut ditegaskan
bahwa tujuan ibadah shiyam Ramadhan adalah (لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ), “Agar kalian bertaqwa”.
Thalq Bin Habib mengatakan bahwa takwa itu
adalah
العَمَلُ بِطَاعَةِ اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ
اللهِ، رَجَاءَ ثَوَابِ اللهِ، وَتَرْكِ مَعَاصِي اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ،
مَخَافَةَ عَذَابِ اللهِ
“Taqwa adalah mengamalkan ketaatan kepada
Allah dengan cahaya (petunjuk) Allah, karena mengharap pahala Allah, dan
meninggalkan maksiat dengan cahaya (petunjuk) Allah, karena takut terhadap
adzab Allah”. (Shalih bin Abdillah, Nadlrat al-Na’im Fi Makarim Akhlaq
al-Rasul al-Karim, II/411).
Berdasarkan
pengertian taqwa tersebut dapat difahami bahwa hakikat taqwa itu adalah tumbuhnya
ketaatan kepada Allah, baik taat dalam melaksanakan perintah-perintahNya maupun
taat dalam menjauhi berbagai prilaku kemakshiyatan (menjauhi berbagai
laranganNya). Sehubungan dengan buah shiyam Ramadhan yang diharapakan bisa
menghasilkan pribadi taqwa, maka tepat sekali yang dikatakan oleh Ibn Rajab
tentang orang yang benar-benar ber-idul fitri. Ibnu Rajab mengatakan:
لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ
إِنَّمَا الْعِيْدُ لِمَنْ طَاعَاتُهُ تَزِيْدُ
لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ تَجَمَّلَ بِاللِّبَاسِ وَالرُّكُوْبِ إِنَّمَا
الْعِيْدُ لِمَنْ غُفِرَتْ لَهُ الذُّنُوْبُ
Tidaklah
dikatakan ber-idul fitri orang yg berbaju baru, tetapi
orang yg benar-benar ber-idul fitri adalah orang yang
ketaatannya kepada Allah semakin bertambah.
Tidaklah
dikatakan ber-idul fitri orang yang berbaju dan
berkendaraan bagus, tetapi orang yg benar-benar ber-idul fitri adalah orang yang
dosa-dosanya diampuni oleh Allah. (Ibn Rajab, Lathaif alMa’arif, I/277).
Ungkapan
Ibn Rajab tersebut menunjukkan bahwa orang yang berhasil dalam melaksanakan
ibadah shiyam Ramadhan adalah mereka yang ketaatannya kepada Allah semakin meningkat.
Setelah Idul fitri tiba, pada bulan Syawal dan hari-hari berikutnya, ketaatannya
kepada Allah tampak dalam ibadahnya
sehari-sehari yang semakin baik. Misalnya, shalat lima waktu dan shalat-shalat
sunnah seperti shalat tahajjud dan shalat dhuha semakin terpelihara dengan
baik; ibadah puasa sunnah seperti puasa Syawal, puasa Senin-Kamis dan lain-lain
dikerjakan secara istiqamah; sedekah-sedekah sunnah juga tak diabaikan, dan
amalan-amalan lain seperti membaca al-Qur’an juga dilakukannya secara tertib, berusaha
dilakukannya setiap hari. Inilah
beberapa tanda orang yang telah sukses meraih taqwa dengan ibadah shiyam
selama Ramadhan.
Hasan Al-Bashri menggambarkan tentang sosok
muttaqin sejati, orang yang benar-benar bertakwa adalah teguh dalam keyakinan,
tegas tapi bijaksana, tekun dalam menuntut ilmu, semakin berilmu semakin
merunduk, semakin berkuasa semakin bijaksana, tampak wibawanya di depan
umum, jelas syukurnya di kala beruntung, menonjol qana’ahnya dalam pembagian
rezeki yang telah Allah tentukan, senantiasa berhias walau miskin, selalu
cermat, tidak boros walau kaya, murah hati dan murah tangan (suka memberi),
tidak menghina, tidak menghabiskan waktu dalam permainan, tidak berjalan
membawa fitnah, disiplin dalam tugasnya, tinggi dedikasinya, terpelihara
identitasnya, tidak menuntut yang bukan haknya, dan tidak menahan hak orang
lain.
Bagaimana dengan diri kita? Sudahkah tanda-tanda takwa tersebut ada
dalam diri kita? Kita berdoa semoga
Allah menerima seluruh amal ibadah kita, dan semoga kita tergolong orang-orang yang berhasil menyemaikan takwa dalam diri kita.
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ