Senin, 27 Juli 2015

Buah Shiyam Ramadhan

BUAH SHIYAM RAMADHAN

oleh


Dr.H.Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I

Pertanyaan:

Ustadz AZ yang dirahmati Allah!
Saya mohon kepada Ustadz untuk menjelaskan tentang orang-orang yang berhasil meraih taqwa setelah melaksanakan ibadah shiyam Ramadhan. Adakah tanda-tanda yang dapat diketahui bagi orang yang sukses meraih buah shiyam Ramadhan?
Terima kasih atas penjelasannya (Abdullah, Sidoarjo).

Jawab:

Pada surat al-Baqarah ayat 183 Allah menegaskan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Wahai oang-orang yang beriman, telah diwajibkan berpuasa atas kamu sebagaimana telah diwajibkan puasa kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu menjadi orang yang bertaqwa (al-Baqarah, 183).
Pada ujung ayat 183 surat al Baqarah tersebut ditegaskan bahwa tujuan ibadah shiyam Ramadhan adalah  (لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ), “Agar kalian bertaqwa”.

Thalq Bin Habib mengatakan bahwa takwa itu adalah

العَمَلُ بِطَاعَةِ اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ، رَجَاءَ ثَوَابِ اللهِ، وَتَرْكِ مَعَاصِي اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ، مَخَافَةَ عَذَابِ اللهِ
“Taqwa adalah mengamalkan ketaatan kepada Allah dengan cahaya (petunjuk) Allah, karena mengharap pahala Allah, dan meninggalkan maksiat dengan cahaya (petunjuk) Allah, karena takut terhadap adzab Allah”. (Shalih bin Abdillah, Nadlrat al-Na’im Fi Makarim Akhlaq al-Rasul al-Karim, II/411).

            Berdasarkan pengertian taqwa tersebut dapat difahami bahwa hakikat taqwa itu adalah tumbuhnya ketaatan kepada Allah, baik taat dalam melaksanakan perintah-perintahNya maupun taat dalam menjauhi berbagai prilaku kemakshiyatan (menjauhi berbagai laranganNya). Sehubungan dengan buah shiyam Ramadhan yang diharapakan bisa menghasilkan pribadi taqwa, maka tepat sekali yang dikatakan oleh Ibn Rajab tentang orang yang benar-benar ber-idul fitri. Ibnu Rajab mengatakan:
 لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ إِنَّمَا الْعِيْدُ لِمَنْ طَاعَاتُهُ تَزِيْدُ
لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ تَجَمَّلَ بِاللِّبَاسِ وَالرُّكُوْبِ إِنَّمَا الْعِيْدُ لِمَنْ غُفِرَتْ لَهُ الذُّنُوْبُ
Tidaklah dikatakan ber-idul fitri orang yg berbaju baru, tetapi orang yg benar-benar ber-idul fitri adalah orang yang ketaatannya kepada Allah semakin bertambah.
 Tidaklah dikatakan ber-idul fitri orang yang berbaju dan berkendaraan bagus, tetapi orang yg benar-benar ber-idul fitri adalah orang yang dosa-dosanya diampuni oleh Allah. (Ibn Rajab, Lathaif alMa’arif, I/277).

            Ungkapan Ibn Rajab tersebut menunjukkan bahwa orang yang berhasil dalam melaksanakan ibadah shiyam Ramadhan adalah mereka yang ketaatannya kepada Allah semakin meningkat. Setelah Idul fitri tiba, pada bulan Syawal dan hari-hari berikutnya, ketaatannya kepada Allah  tampak dalam ibadahnya sehari-sehari yang semakin baik. Misalnya, shalat lima waktu dan shalat-shalat sunnah seperti shalat tahajjud dan shalat dhuha semakin terpelihara dengan baik; ibadah puasa sunnah seperti puasa Syawal, puasa Senin-Kamis dan lain-lain dikerjakan secara istiqamah; sedekah-sedekah sunnah juga tak diabaikan, dan amalan-amalan lain seperti membaca al-Qur’an juga dilakukannya secara tertib, berusaha dilakukannya setiap hari. Inilah  beberapa tanda orang yang telah sukses meraih taqwa dengan ibadah shiyam selama Ramadhan.

Hasan Al-Bashri menggambarkan tentang sosok muttaqin sejati, orang yang benar-benar bertakwa adalah teguh dalam keyakinan, tegas tapi bijaksana, tekun dalam menuntut ilmu, semakin berilmu semakin merunduk, semakin  berkuasa semakin bijaksana, tampak wibawanya di depan umum, jelas syukurnya di kala beruntung, menonjol qana’ahnya dalam pembagian rezeki yang telah Allah tentukan, senantiasa berhias walau miskin, selalu cermat, tidak boros walau kaya, murah hati dan murah tangan (suka memberi), tidak menghina, tidak menghabiskan waktu dalam permainan, tidak berjalan membawa fitnah, disiplin dalam tugasnya, tinggi dedikasinya, terpelihara identitasnya, tidak menuntut yang bukan haknya, dan tidak menahan hak orang lain.
Bagaimana dengan diri kita? Sudahkah tanda-tanda takwa tersebut ada dalam diri kita? Kita berdoa semoga Allah menerima seluruh amal ibadah kita, dan semoga kita tergolong orang-orang yang berhasil menyemaikan takwa dalam diri kita.


تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ