PENYAKIT FUTUR
Oleh
Dr.H. Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I
Permasalahan
Saya pernah mendengar seorang
Ustadz menerangkan tentang futur. Katanya, futur itu adalah kondisi yang
menimpa seseorang menjadi jenuh dan malas melakukan kebaikan, termasuk
beribadah dan menuntut ilmu. Melalui majalah MATAN ini saya mohon kepada Pengasuh
Konsultasi Agama berkenan membahasnya tentang apa itu futur, apa penyebabnya,
apa gejalanya, dan bagaimana cara pemulihannya?
Demikian, atas perkenannya saya
sampaikan terima kasih dengan iringan doa jazakumullah khairal jaza’ (Yusrin,
Surabaya).
Pembahasan
Futur berasal dari Bahasa Arab fatara-yafturu-futur
(فتر يفتر فتور), yang
berarti tenang, reda, lemas, lesu. Menurut istilah, futur adalah:
فَهُوَ دَاءٌ يُمْكِنُ أَنْ يُصِيْبَ بَعْضَ الْعَامِلِيْنَ
بَلْ قَدْ يُصِيْبُهُمْ باِلْفِعْلِ. أَدْنَاهُ: الْكَسَلُ أَوِ التَّرَاخِي أَوِ
التَّبَاطُؤِ. وَأَعْلاَهُ: الْاِنْقِطَاعُ أَوِ السُّكُوْنُ بَعْدَ النَّشَاطِ
الدَّائِبِ وَالْحَرَكَةِ الْمُسْتَمِرَّةِ
(Futur)
adalah penyakit (hati) yang bisa menimpa pada sebagian pegiat, aktivis atau
pejuang, bahkan benar-benar menimpa mereka. Seringan-ringannya menjadi malas,
lamban, dan lesu. Separah-parahnya menjadi putus, berhenti, tidak giat lagi,
tidak beramal lagi yang sebelumnya rajin, giat, dan tekun beramal (al-Sayid Muhammad Nuh, Afat Ala al-Thariq, I/1).
Intinya, futur adalah kondisi malas atau mengendurnya semangat untuk
beribadah atau menjalankan ajaran agama. Setiap orang terkadang mengalami pasang surut
dalam mengamalkan ajaran agama. Adakalanya rajin dan giat sekali, namun suatu
saat terkadang timbul rasa malas, jenuh, dan tak bersemangat. Ulama salaf mengatakan:
وَأَنَّ الإِيمَانَ يَزِيدُ وَيَنْقُصُ
Bahwasanya iman itu bisa bertambah dan bisa
berkurang, bisa naik bisa turun. Iman
bisa bertambah atau naik dengan ketaatannya yang semakin meningkat, dan imannya
bisa turun dengan banyaknya kemaksiatan yang dilakukan (Ibn Abd al-Barr, al-Tamhid, IX/252).
Penyakit futur bisa menimpa pada siapa saja. Nabi saw telah mengisyaratkan
tentang kemungkinan timbulnya penyakit futur
ini. Dalam sebuah hadis dikisahkan bahwa Abdullah bin ‘Amr telah menikahi
wanita dari Quraisy, namun ia tidaklah mendatanginya (menyetubuhinya) karena
sibuk puasa dan salat (malam). Lalu ia menceritakan hal ini kepada Nabi saw., kemudian beliau bersabda: “Berpuasalah setiap bulannya
selama tiga hari.” “Aku mampu lebih daripada itu”,
jawabnya. Lalu ia terus menjawab yang sama sampai Nabi saw. katakan padanya: “Puasalah sehari dan tidak
berpuasa sehari”. Lalu Nabi saw. juga berkata
padanya: “Khatamkanlah Al-Qur’an dalam sebulan sekali”. “Aku mampu lebih daripada itu”, jawabnya. Kalau begitu kata
Nabi saw.: “Khatamkanlah Al-Qur’an setiap
15 hari”. “Aku mampu lebih daripada itu”,
jawabnya. Kalau begitu kata Nabi saw.: “Khatamkanlah Al-Qur’an setiap 7 hari”. Lalu ia terus
menjawab yang sama sampai Nabi saw. bersabda: “Khatamkanlah setiap 3 hari”. Nabi saw. pun bersabda:
إِنَّ
لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَةً وَلِكُلِّ شِرَةٍ فَتْرَةً فَمَنْ كَانَتْ شِرَتُهُ إِلَى
سُنَّتِى فَقَدْ أَفْلَحَ وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ
هَلَكَ
“Sesungguhnya setiap amalan itu
ada masa semangatnya, dan setiap masa semangat itu ada masa malasnya (futur).
Siapa yang masa semangatnya masih dalam koridor ajaranku, maka ia sungguh
beruntung. Namun siapa yang masa malasnya hingga keluar dari ajaranku, maka ia
akan binasa” (HR. Ahmad No. 6764). Sanad hadis ini
shahih sesuai syarat al-Bukhari-Muslim (al-Albani, Shifat Shalat al-Nabi,
II/517).
Hadis tersebut menegaskan bahwasanya setiap manusia ada
masa semangat untuk beramal ibadah, dan pada kesempatan lain ada masa malasnya.
Selama masih dalam koredor sunnah (ajaran) Nabi, maka saat masa semangatnya ia
masih selamat. Namun, bila saat masa malasnya (futurnya) menyebabkan ia melenceng
dari sunnahnya, maka ia akan binasa.
Futur adalah
suatu penyakit (hati) yang bisa datang dan menyerang siapa saja termasuk para
ahli ibadah, para da’i, para mujahid, dan para penuntut ilmu. Ada tiga kondisi
orang yang mengalami penyakit futur ini. Pertama, golongan yang sudah berhenti
sama sekali dari aktivitasnya, dan golongan ini banyak. Kedua, golongan
yang terus dalam kemalasan dan patah semangat, namun tidak sampai
berhenti sama sekali dari aktivitasnya, dan golongan ini lebih banyak
lagi. Ketiga, golongan yang pulih kembali pada keadaan semula, dan
golongan ini tidak banyak.
Gejala Futur
Gejala
futur tampak pada seseorang dalam beberapa kondisi, di antaranya: 1. Bermalas-malasan
dalam melaksanakan ibadah dan ketaatan, namun tidak sampai meninggalkan
ibadah-ibadah fardu; 2. Merasakan kekerasan dan kekasaran hati; 3. Merasa tidak
bertanggung jawab terhadap beban yang ada di pundaknya. Ia tidak mau memikul
beban dakwah, cuek dengan kondisi umat yang tengah tercabik-cabik, kehilangan
jati diri, dan jauh dari Allah swt.; 4. Perhatian yang besar terhadap
dunia, sibuk dengan urusan-urusan duniawi dengan jalan merusak kehidupan
akhiratnya. 5. Banyak membicarakan hal-hal yang tidak bermanfaat dan
menyia-nyiakan waktu tanpa faedah. Majlis orang-orang futur diketahui dengan
banyaknya pembincangan tak berguna di dalamnya; 6. Meremehkan dosa-dosa kecil,
padahal tidak ada dosa yang kecil jika dilakukan berkali-kali atau
terus-terusan; 7. Gemar menunda-nunda pekerjaan.
Penyebab Futur
Di antara
hal-hal yang menyebabkan munculnya penyakit futur yaitu: 1. Hilangnya
keikhlasan; 2. Berlebih-lebihan dalam beramal; 3. Lemahnya ilmu agama; 4. Memisahkan
diri dari jamaah; 5. Ketergantungan hati kepada dunia dan melupakan akhirat; 6.
Masuknya barang haram ke dalam perut; 7. Hidup di tengah masyarakat yang rusak;
8. Melakukan maksiat dan dosa; 9. Tidak memiliki orientasi
akhirat
Kiat Mengobati
Penyakit Futur
Secara
batin dapat dilakukan dengan:
Pertama, meluruskan niat ikhlas setiap beramal. Ikhlas yang dimaksudkan di sini
adalah mengkondisikan hati saat beramal hanya berharap agar Allah meridhai amal
yang dilakukan. Tidak peduli apakah dengan amalnya itu orang lain akan
memujinya atau mencacinya. Yang diinginkan hanya Allah yang memperhatikannya kemudian
meridhainya.
Kedua, husnudzdzan kepada Allah. Berprasangka baik kepada Allah bahwa Allah
itu Maha Baik, Maha Penyanyang, dan Maha Adil. Apa pun yang terjadi dan menimpa
kita, baik atau buruk, menyenangkan atau menyakitkan, semuanya sudah dengan
segala pertimbangan dan kebijaksanaan Allah. Allah tidak mungkin berbuat
dzalim. Allah pasti adil dan sudah punya rencana baik untuk kita.
Ketiga, sabar dalam menghadapi musibah. Sebagai kelanjutan husnudzdzan kepada
Allah, maka saat Allah menguji kita suatu musibah semisal sakit, maka setelah
berprasangka baik bahwa Allah pasti punya rencana baik untuk kita, berikutnya
saat menerima musibah yang mungkin menyedihkan dan menyakitkan, maka kita tetap
harus sabar dan tabah, kemudian berharap kepada Allah untuk memberikan kekuatan
iman dan ketabahan dalam menghadapi musibah itu dan selanjutnya mohon kepada
Allah agar kita diberi keringanan dan kebebasan atau lepas dan lulus dari
musibah.
Adapun
secara dhahir, Ibrahim al-Khawwas memberikan rersep untuk mengobati penyakit
hati (termasuk futur) dengan lima cara (al-Qusyairi, al-Risalah
al-Qusyairiyah, I/23):
Pertama, membaca al-Qur’an disertai maknanya. Prof. Hamka saat lima hari pertama
dijebloskan dalam penjara, tanpa diketahui penyebabnya, beliau stress berat.
Untuk menghilangkan stressnya itu beliau kemudian membaca al-Qur’an. Pagi,
siang, sore, dan malam, sebagian besar waktunya digunakan untuk membaca al-Qur’an.
Akhirnya Allah menenteramkan hatinya. Selanjutnya hari-hari di penjara beliau
mendapatkan kemudahan melakukan berbagai hal di antaranya menulis Tafsir al-Qur’an.
Dalam waktu 2 tahun 4 bulan se masa di penjara Hamka berhasil menyelesaikan Tafsir
al-Qur’an yang diberi nama Tafsir Al Azhar sebanyak 30 juz dan khatam al-Qur’an
lebih dari 150 kali.
Kedua, melaksanakan puasa. Berpuasa berarti belajar sabar, belajar menahan
diri, dan belajar mengendalikan diri. Bila orang terbiasa puasa maka ia akan
terlatih menjadi orang yang kuat mental, tahan sakit, dan bisa mengendalikan
diri. Dengan demikian, ia akan menjadi orang yang sanggup mengendalikan diri
dan mengontrol dirinya sendiri.
Ketiga, bangun malam salat tahajjud. Salat malam atau salat tahajjud adalah
salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah. Bila seseorang sudah bisa salat
tahajjud, apalagi membiasakan salat tahajjud setiap malamnya, maka ia akan
menjadi semakin dekat dengan Allah, akhirnya ia mendapatkan ketenangan hati.
Saat itu, ia akan menjadi kebal dari penyakit, dan bisa mengusir penyakit dari
dalam tubuh (HR. al-Tirmidzi No.3472).
Keempat, dzikir malam terutama istighfar. Berdzikir kepada Allah terutama saat malam
hari adalah saat yang paling mudah untuk mendapatkan respons dari Allah. Allah
menjamin, dengan banyak dzikir maka hati akan menjadi tenteram (QS. Al-Ra’d,
28). Di antara dzikir terpenting di malam hari adalah istighfar, minta ampun
kepada Allah. Nabi saw. menjanjikan, barangsiapa suka beristighfar maka Allah
akan memberikan solusi dari problem yang dihadapi, kemudian memberikan kelonggaran
di tengah kesempitan, dan kucuran rizki yang tak disangka-sangka datangnya (HR.
Abu Dawud No. 1518 dan Ibn Majah No. 3819). Sebagian ulama menilai hadis ini dha’if
tetapi maknanya sahih, selaras dengan al-Qur’an surat Hud ayat 3 (al-Utsaimin, Fatawa
Nur ‘Ala al-Darb, II/245).
Kelima, bergaul dengan orang-orang shalih. Bila kita gemar duduk-duduk atau
berkumpul dengan orang shalih, maka yang kita dengar adalah ucapan atau
tausiyahnya yang meneteramkan hati. Gerak-gerik yang kita lihat dari beliau
adalah perilaku yang santun dan menyejukkan dipandang mata. Yang lebih penting
adalah doa-doanya untuk kebaikan dan kebahagiaan kita. Nabi bersabda bahwa
gambaran orang duduk dengan orang shalih itu seperti dekat dengan penjual
minyak wangi yang serba menguntungkan. Dalam hal ini engkau bisa membeli minyak
wanginya atau jika tidak engkau pun dapat bau harumnya (HR. al-Bukhari No.
2101).
(Artikel ini pernah dimuat di Majalah MATAN edisi Oktober 2023).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar