PENYAKIT ‘AIN
Oleh
Dr.H. Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I
إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مِنْ نَفْسِهِ أَوْ مَالِهِ أَوْ أَخِيهِ
مَا يُعْجِبُهُ فَلْيَدْعُ بِالْبَرَكَةِ فَإِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ
Ketika salah seorang
di antara kalian kagum saat melihat dirinya sendiri, barang miliknya atau saat
melihat saudaranya, maka doakanlah dengan keberkahan, karena ‘ain itu nyata (HR. al-Nasa’i No.
10872 dan al-Hakim No. 7499).
Status Hadis
Hadis tersebut
diriwayatkan oleh al-Nasai dalam Sunan al-Nasai al-Kubra No. 10872,
al-Hakim dalam al-Mustadrak No. 7499, Ahmad dalam al-Musnad No.
15700, Ibn Abi Syaibah dalam Mushannaf Ibn Abi Syaibah No. 23594,
al-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir No. 5447, al-Thahawi dalam Syarh Musykil al-Atsar No. 2901, dan Abu Ya’la
dalam al-Musnad No. 7195. Al-Albani menilai hadis tersebut sahih (al-Albani, al-Jami
al-Shaghir, I/158).
Kandungan Hadis
Hadis tersebut menerangkan bahwa serangan
(penyakit) ‘ain itu nyata dapat menimpa kepada orang yang dipandangnya,
sesuai dengan qada dan takdir Allah bukan karena perbuatan orang yang melakukan
‘ain (al-Munawai, Faid al-Qadir, I/492). Karena itu apabila
seseorang di antaramu melihat sesuatu yang mengagumkan, apakah saat melihat
dirinya sendiri, barang-barang miliknya, atau melihat orang lain maka hendaklah
berdoa untuk keberkahannya. Berikut ini akan dipaparkan tentang apa itu ‘ain,
bagaimana gejala-gejalanya, apa saja penyebabnya, dan bagaimana cara
mengantisipasinya.
Pengertian
Al-Lajnah
Al-Daimah menerangkan bahwa ‘ain itu:
مأخوذة من عان يَعين إذا أصابه بعينه، وأصلها: من
إعجاب العائن بالشيء، ثم تَتبعه كيفية نفْسه الخبيثة، ثم تستعين على تنفيذ سمها
بنظرها إلى المَعِين
‘Ain
dari kata ‘aana – ya’iinu yang artinya terkena sesuatu hal dari mata. Asalnya
dari kekaguman orang yang melihat sesuatu, lalu diikuti oleh respons jiwa yang
negatif, lalu jiwa tersebut menggunakan media pandangan mata untuk menyalurkan
racunnya kepada yang dipandang tersebut (Fatawa
al-Lajnah Ad Daimah, 1/271).
Keterangan tersebut dapat
difahami bahwa ‘ain adalah kekuatan
negatif yang berasal dari pandangan seseorang yang disebabkan adanya rasa kagum
dan rasa dengki yang dapat membahayakan orang lain. ‘Ain disebut
juga dengan mata jahat atau evil eye.
Ibn Hajar
al-Asqalani menjelaskan makna ‘ain sebagai berikut:
وَالْعَيْنُ
نَظَرٌ بِاسْتِحْسَانٍ مَشُوبٍ بِحَسَدٍ مِنْ خَبِيثِ الطَّبْعِ يَحْصُلُ
لِلْمَنْظُورِ مِنْهُ ضَرَرٌ
‘Ain adalah pandangan kagum atau takjub disertai
dengan rasa iri dengki dari seseorang yang memiliki tabiat buruk yang
mengakibatkan adanya bahaya pada orang yang dilihatnya (Ibn Hajar al- ‘Asqalani,
Fath al-Bari, X/ 200).
Selanjutnya, al-Munawi
menerangkan bahwa yang dimaksud dengan ‘ain
adalah
وهي النظر إلى شيء على غلة واستحسانه والحسد عليه من
غير ذكر الله
‘Ain adalah pandangan pada sesuatu dalam keadaan lalai
dengan rasa kagum kepadanya dan rasa dengki tanpa disertai berdzikir kepada
Allah (Al-Munawi, Faid al-Qadir, IV/397).
Dari beberapa
pengertian tersebut dapat difahami bahwa ‘ain
ada dua macam. Pertama, pandangan dari orang yang memiliki tabiat buruk
yang dalam hatinya terdapat rasa hasud, dengki, dan ingin mencelakai terhadap
orang yang dipandangnya. Kedua, pandangan kekaguman atau ketakjuban dari
orang yang tidak sedang merasa dengki, tetapi kekaguman tersebut tidak disertai
dengan berdzikir kepada Allah.
Dalam Al-Qur’an
terdapat ayat yang mengisyaratkan adanya ‘ain
sebagai berikut:
وَإِن يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُواْ لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ
لَمَّا سَمِعُواْ الذِّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُ لَمَجْنُونٌ
Dan sesungguhnya
orang-orang kafir itu hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka,
tatkala mereka mendengarkan Al-Qur’an dan mereka berkata: Sesungguhnya ia
(Muhammad) benar-benar orang yang gila (QS. al-Qalam, 51).
Ibnu Katsir
menerangkan maksud dari kata “pandangan” dalam ayat tersebut adalah pandangan
yang disertai dengan kekuatan ‘ain. Efek dari terkena pandangan ‘ain
ini bermacam-macam, yakni ada yang bisa membuat orang yang dipandangnya
langsung sakit, celaka, atau bahkan bisa sampai menyebabkan kematian. Seperti
kejadian di zaman Rasulullah saw., yaitu ketika sahabat Amir bin Rabiah mandi
bersama Sahabat Sahl bin Hanif. Amir bin Rabiah terkagum-kagum saat melihat
badan Sahl bin Hanif yang putih dan bersih. Seketika itu Sahl bin Hanif
pingsan, lalu para sahabat yang lain memanggil Rasulullah ﷺ. Setelah
meruqyah Sahl bin Hanif, beliau bersabda:
إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مِنْ نَفْسِهِ أَوْ مَالِهِ أَوْ أَخِيهِ مَا يُعْجِبُهُ
فَلْيَدْعُ بِالْبَرَكَةِ فَإِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ
Ketika salah seorang
di antara kalian kagum saat melihat dirinya sendiri, barang miliknya atau saat
melihat saudaranya, maka doakanlah dia dengan keberkahan, karena ‘ain itu nyata (HR. al-Nasa’i No.
10872 dan al-Hakim No. 7499). Al-Albani: hadis ini sahih (al-Albani, al-Jami
al-Shaghir, I/158).
Gejala penyakit ‘ain
Seperti penyakit lainnya, penyakit ‘ain juga memiliki beberapa
gejala. Adapun tanda atau gejala terkena gangguan ‘ain menurut Syaikh
Abdul Aziz Al-Sadhan adalah, jika bukan karena penyakit jasmani (penyakit
medis), maka umumnya dalam bentuk seperti: 1. Sakit kepala yang
berpindah-pindah. 2. Wajah pucat. 3. Sering berkeringat dan buang air kecil. 4.
Nafsu makan lemah. 5. Mati rasa. 6. Panas atau dingin di anggota badan. 7.
Detak jantung yang cepat dan tidak beraturan. 8. Rasa sakit yang berpindah dari
bawah punggung dan bahu. 9. Bersedih dan merasa sempit (sesak) di dada. 10.
Berkeringat di malam hari. 11. Perilaku (emosi) berlebihan. 12. Ketakutan yang
tidak wajar. 13. Sering bersendawa. 14. Menguap atau terengah-engah. 15.
Menyendiri atau suka mengasingkan diri. 16. Diam atau malas bergerak. 17.
Senang (terlalu banyak) tidur. 18. Adanya masalah kesehatan tertentu tanpa ada
sebab-sebab medis yang diketahui (Muhammad Shalih
al-Munajjid, Mawqi’ al-Islam Sual Wa Jawab, I/531).
Penyebab penyakit ‘ain
Penyakit ‘ain terjadi karena
adanya pandangan negatif dari orang yang memiliki rasa dengki, hasud, dan
mencelakai orang yang dipandanganya. Penyakit ini dapat juga muncul ketika
pandangan kagum seseorang tidak disertai dengan zikir kepada Allah swt. Syaikh al-Utsaimin mengatakan: “Engkau terkena ‘ain bukan sebab rumahmu besar atau semisalnya. Tapi sebab kurang berdzikir”.
Dalil bahwa hasad
dan orang yang hasad dapat memberikan keburukan adalah surat al-Falaq ayat 5:
وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
“… dan dari kejahatan pendengki bila
ia dengki”.
Sedangkan untuk
dalil bahwa kagum juga dapat mengakibatkan keburukan ‘ain adalah hadis
dari Nabi saw. yang menerangakan bahwa pada suatu waktu ada seorang sahabat
yang terkena ‘ain karena pujian dan kekaguman sahabat lainnya, kemudian
Rasulullah saw. bersabda:
قَالَ عَلَامَ يَقْتُلُ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ أَلَّا
بَرَّكْتَ
“Atas dasar apa engkau hendak
membunuh saudaramu (dengan pujian tersebut)? Mengapa engkau tidak memohonkan
keberkahan untuknya?” (HR. al-Nasai No. 10036 dan Ibnu Majah No. 3509). Al-Albani: hadis ini sahih (al-Albani, Shahih
Wa Dhaif Ibn Majah, VIII/9).
Jadi ketika kita
memuji orang lain jangan lupa ucapkan doa keberkahan seperti “baarakallahu
fiik” (semoga Allah memberikan keberkahan kepadamu), dan sejenisnya.
Di balik ‘ain
ada hikmah yang luar biasa. Hikmah dari ‘ain adalah agar kita tidak
sombong dan pamer. Bukan masalah kita dianugerahkan kekayaan, yang menjadi
masalah adalah ketika kita sombong di hadapan manusia dan kita pamerkan, di
situlah bisa mengundang adanya ‘ain.
Cara menghindari penyakit ‘ain
Hal
pertama yang perlu dilakukan agar terhindar dari penyakit ‘ain adalah menghindari sikap suka pamer, sebaliknya
hendaknya berhias diri dengan sifat rendah hati (tawaduk).
Rasulullah saw. bersabda:
وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا
حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
“Sungguh
Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling berendah hati agar tidak ada
seorang pun yang berbangga diri pada yang lain dan agar tidak seorang pun
berlaku zalim pada yang lain” (HR.
Muslim No. 2865).
Selanjutnya,
berusaha menghindari menyebut-nyebut kekayaan, kesuksesan usaha,
kebahagiaan keluarga, juga memamerkan foto anak, foto diri, foto istri atau suami, dan
hal-hal lain yang bisa menimbulkan hasud, iri-dengki dari orang yang
melihatnya. Atau juga yang bisa menyebabkan kekaguman berlebihan dari
orang yang melihatnya. Karena pandangan kagum juga bisa menyebabkan ‘ain,
sebagaimana sudah disebutkan tadi.
Selain
itu, di antara upaya pencegahan penyakit ‘ain
adalah dengan menjaga dan memelihara semua kewajiban dan menjauhi segala
larangan, kemudian bertaubat dari
segala macam kesalahan dan dosa, juga membentengi diri dengan banyak berdzikir,
berdoa, dan ber-ta’awudz (mohon perlindungan kepada Allah) sesuai
yang disyariatkan.
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ
أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan
musibah apa pun yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan
kalian sendiri, dan Allah mema’afkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu)” (QS. Al-Syuura, 30).
Allah swt.
juga berfirman:
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Al- Ra’d, 28).
Adapun
dzikir atau doa pencegah ‘ain yang bisa dibacakan kepada
anak-anak agar tidak terkena ‘ain adalah sebagaimana yang ada dalam
hadis Ibnu Abbas ra., bahwa Nabi saw. mendoakan Hasan dan Husain
dengan bacaan:
أُعِيذُكُمَا
بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ
عَيْنٍ لاَمَّةٍ
“Aku meminta perlindungan untuk kalian
dengan kalimat Allah yang sempurna, dari gangguan setan dan racun, dan gangguan
‘ain yang buruk”. Lalu Nabi bersabda: “Dahulu ayah kalian (Nabi Ibrahim)
meruqyah Ismail dan Ishaq dengan doa ini” (HR. Abu Daud No. 4739,
al-Tirmidzi No. 2060, al-Nasai No.7762, dan Ibn Majah
No. 3525). Al-Albani: hadis
isi sahih (al-Albani, Shahih Wa Dhaif Ibn Majah, VIII/25).
Artikel ini telah dimuat di majalah MATAN PWM Jawa Timur pada Nopember 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar