BUAH KESABARAN
Oleh
عَنِ ابْنِ عَبَّاس قَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ... وَأَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْر
(رواه احمد)
Dari Ibn
Abbas ra., Nabi saw. bersabda: “…bahwasanya pertolongan itu (datang) setelah
kesabaran…” (HR. Ahmad No. 2803).
Status Hadis
Hadis tersebut diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dalam al-Musnad No. 2803, dan Syekh Syu’aib al-Arnout menilai
hadis tersebut shahih. Selain Imam
Ahmad, beberapa ulama ahli hadis yang juga meriwayatkan hadis tersebut adalah
Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak No. 6303, Imam al-Thabrani dalam al-Mu’jam
al-Kabir No. 11080, Imam al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman No. 1074, dan
Abu Nu’aym al-Ashbahani dalam kitab Hilyat al-Awliya, I/314. Syekh
Muhammad Nashiruddin al-Albani juga menilai hadis tersebut shahih (al-Albani, al-Silsilah
al-Shahihah al-Kamilah, V/381).
Kandungan
Hadis
Hadis tersebut merupakan nasihat
Nabi saw. kepada Ibn Abbas. Di antara isi nasihatnya adalah mengingatkan bahwasanya
pertolongan Allah itu akan datang setelah kesabaran atau datang bersamaan
saat bersikap sabar. Pernyataan Nabi saw. tersebut merupakan bagian dari
hadis yang agak panjang. Selengkapnya sebagai berikut:
“Ibnu
Abbas berkata: Aku dibonceng oleh Nabi saw. lalu beliau bersabda: "Wahai
ananda, maukah kamu aku ajari beberapa kalimat yang Allah akan memberimu
manfaat". Aku menjawab: "Ya." Lalu beliau bersabda:
"Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu, Jagalah Allah niscaya engkau
mendapatiNya di hadapanmu. Ingatlah Dia di waktu lapang niscaya Dia akan ingat
kepadamu di waktu sempit. Jika engkau meminta maka mintalah kepada Allah, dan
jika engkau memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Telah
kering pena dengan apa yang telah terjadi. Seandainya seluruh makhluk hendak
memberi manfaat kepadamu dengan sesuatu yang Allah tidak menetapkan padamu,
niscaya mereka tidak akan mampu memberikan manfaat kepadamu. Dan seandainya
mereka hendak mencelakakan dirimu dengan sesuatu yang Allah tidak menetapkan padamu, niscaya
mereka tidak akan mampu mencelakakanmu. Ketahuilah bahwa dalam kesabaran yang
engkau benci, di sana terdapat banyak kebaikan. Bahwasanya pertolongan itu
(datang) setelah kesabaran, dan kelapangan itu (datang) setelah kesempitan
serta kemudahan itu (datang) setelah kesulitan”(HR. Ahmad No. 2803).
Hadis tersebut merupakan
prinsip agung dalam muraqabah (merasa selalu dalam
pengawasan Allah), prinsip kepatuhan, ketundukan dan ketaatan kepada-Nya, prinsip tawakkal
dan kepasrahan kepada-Nya, prinsip mentauhidkan Allah dan pengakuan serta kesadaran
bahwa semua makhluk di hadapan Allah adalah lemah dan tak berdaya
sehingga butuh pertolongan-Nya (Ali Mubarak, Tathriz Riyadh
al-Shalihin, I/66). Salah satu cara untuk
mendapatkan pertolongan Allah adalah dengan bersikap sabar.
Makna Sabar
Sabar berasal dari Bahasa
Arab shabara yang berarti tabah hati. Secara etimologis, sabar adalah حَبْس
النَّفْسِ, menahan diri (Ibn Rajab, Syarah al-Arba’in, 83). Sedangkan
secara terminologis, sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak
disukai karena mengharap ridha Allah SWT. Sabar menurut syarak adalah sabar
dalam mentaati Allah, sabar dalam menghindari maksiat, dan sabar dalam menghadapi
musibah serta aneka kehidupan yang tidak menyenangkan di dunia ini (Ibn Daqiq
al-‘Id, Syarah al-Arba’in, 61).
Ada tiga
tingkatan sabar. Pertama, tidak mengeluh. Ini adalah sabarnya
orang-orang dari ahli taubat. Kedua, ridha dengan ketetapan Allah. Ini
adalah sabarnya orang-orang dari para ahli zuhud; dan ketiga, menyukai
apa pun yang ditetapkan oleh Allah terhadap hamba-Nya. Ini merupakan sabarnya
orang-orang dari kalangan al-Shiddiqin (Muhammad Ali al-Tahawani, Kisyafu
Ishthilahat al-Funun wa al-Ulum, II/1057-1058).
Ibrahim al-Khawas berkata
bahwa shabar itu adalah selalu berpegang teguh kepada al-Kitab (al-Qur’an) dan
al-Sunnah dalam keadaan apapun. Sabar adalah bertahan saat menghadapi cobaan dengan tetap berakhlak baik. Abu Ali
al-Daqqaq mengatakan bahwa sabar itu adalah tidak menentang takdir. Adapun
menampakkan kesedihan di
hadapan Allah saat menghadapi cobaan, hal itu masih dalam batas kesabaran.
Hal ini sebagaimana pernyataan Allah terhadap Nabi Ayyub as, dalam QS.
Al-Anbiya ayat 83:
وَاَيُّوْبَ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ
اَنِّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ ۚ
(Ingatlah) Ayyub ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya
Tuhanku,) sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang
Maha Penyayang dari semua yang penyayang” (QS. al-Anbiya, 83).
Kemudian pernyataan Allah dalam QS. Shad ayat 44:
وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِبْ بِّهٖ وَلَا تَحْنَثْ
ۗاِنَّا وَجَدْنٰهُ صَابِرًا ۗنِعْمَ الْعَبْدُ ۗاِنَّهٗٓ اَوَّابٌ
Ambillah dengan tanganmu seikat rumput, lalu pukullah
(istrimu) dengannya dan janganlah engkau melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami
dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya
dia selalu kembali (kepada Allah dan sangat taat kepadanya).
Kesabaran yang dilakukan oleh Nabi Ayyub as. adalah
kesabaran yang indah, yaitu kesabaran yang tidak mengeluh kepada makhluk melainkan
hanya kepada Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dikisahkan bahwa suatu
saat Allah memberikan ujian kepada Nabi Ayyub as. dengan ujian yang sangat
berat. Hampir seluruh kenikmatan yang dimiliknya diambil oleh Allah. Parasnya yang
menawan dan tubuh yang gagah tiba-tiba terkena penyakit kulit yang menjijikkan.
Tidak ada satu pori-pori pun dari tubuh Nabi Ayyub as. yang selamat dari
penyakit judzam (kusta) itu.
Badannya yang semula sehat, kuat, dan segar-bugar,
akibat penyakit itu menjadi sangat lemah. Karena lemahnya sampai Nabi Ayyub as.
tidak sanggup berjalan sendiri untuk buang hajat ke kamar mandi, sehingga
isterinya yang mendampinginya. Anak-anaknya pun diambil Allah. Semuanya
meninggal. Harta kekayaan yang tadinya melimpah, sirna diambil oleh Allah, sehingga
ia benar-benar jatuh miskin dan tak berdaya. Akibat sakit yang menjijikkan itu
semua orang tidak mau mendekatinya, hanya sang isteri yang masih setia
menemaninya. Sungguhpun demikian, Nabi Ayyub as. tetap sabar menjalaninya.
Karena kesabaran Nabi Ayyub as., doanya pun kemudian
dikabulkan oleh Allah swt. (baca Surat Shad 41-44). Konon, Nabi Ayyub a.s.
menderita penyakit kulit dalam waktu yang lama (sekitar 18 tahun). Dia memohon
kepada Allah swt. untuk disembuhkan. Akhirnya Allah swt. mengabulkan permohonan
tersebut dan memerintahkannya untuk mengentakkan kakinya ke tanah. Nabi Ayyub
a.s. menaati perintah itu. Maka, keluarlah air dari bekas entakan kakinya. Dia pun
mandi dan minum dari air itu. Akhirnya, ia sembuh dari penyakitnya dan dapat
berkumpul kembali dengan keluarganya. Tidak lama, hartanya pun kembali melimpah
lebih dari sebelumnya. Mereka kemudian hidup bahagia. Bukan hanya harta yang
melimpah, keluarganya pun bertambah banyak sehingga menjadi keluarga besar (baca Ibn
Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adzim, XII/837 dan al-Zuhayli, Tafsir
al-Wasit, II/1605).
Keuntungan Bersabar
Banyak ayat al-Qur’an dan hadis Nabi saw yang
menerangkan tentang keuntungan bagi orang yang bisa bersabar. Di antaranya, pertama,
orang yang bersabar akan mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat yang
banyak (QS. Al-Baqarah, 155-157); kedua, orang yang bersabar akan
dibebaskan dari api neraka (QS. Ali Imran, 16-17); ketiga, orang yang
bersabar akan mendapatkan pahala tanpa batas (QS. Al-Zumar, 10); keempat,
orang yang bersabar akan mendapatkan keutamaan (QS. Al-Syura, 43); kelima,
orang yang bersabar, segala urusannya jadi baik (HR. Muslim No. 7692); keenam,
orang yang bersabar akan mendapatkan kemenangan dan keberuntungan (HR. HR. Al-Thabrani No. 11243; al-Hakim No.6304; dan
al-Bayhaqi No.9528); dan ketujuh, orang yang bersabar akan mendapatkan
perhatian dan pengawalan dari Allah swt. (QS. Al-Baqarah, 153).
Diriwayatkan,
dahulu ada seorang laki-laki yang tinggal di pedalaman Arab. Orang ini memiliki
seekor ayam, keledai, dan anjing yang sangat membantu dan
berguna dalam hidupnya. Ayam jantan biasanya membangunkannya untuk shalat
Subuh, kemudian keledai membantunya mengangkat barang-barang bawaan, dan anjing
menjaganya dari gangguan orang-orang jahat.
Pada
suatu hari datanglah serigala memangsa ayam jantannya. Orang ini sangat
sedih dengan kematian ayam kesayangannya itu. Tapi, karena taat kepada Allah,
ia berkata, semoga kejadian ini menjadi kebaikan. Ia bersabar. Beberapa hari
kemudian, serigala itu datang lagi dan memangsa keledainya. Ia pun bersedih
hati karena tidak ada lagi binatang yang akan membantunya membawa barang-barang.
Namun, ia berkata, semoga kejadian ini juga menjadi kebaikan. Ia masih
bersabar. Beberapa hari kemudian, anjing kesayangannya pun mati sehingga
membuat ia makin bersedih hati. Namun, ia tetap saja mengatakan dengan penuh
kesabaran, semoga kejadian ini juga menjadi kebaikan.
Suatu
saat setelah kejadian yang membuat sedih itu berlalu, ketika bangun pagi, ia
kaget karena melihat orang-orang di sekelilingnya telah ditawan (ditangkap).
Yang tersisa hanyalah ia dan keluarganya. Ternyata, mereka ditawan karena
memiliki binatang-binatang peliharaan yang selalu menimbulkan keributan. Sementara
itu, ia dan keluarganya selamat karena ayam, keledai, dan anjing yang
sebelumnya menjadi miliknya telah tiada dimangsa serigala. Rupanya, kematian
binatang-binatang tersebut telah menjadi suatu kebaikan baginya sesuai dengan
yang telah ditakdirkan Allah.
Itulah
keutamaan dan keistimewaan bersabar. Dengan sabar, masalah yang kita hadapi
jadi terasa lebih ringan. Dengan sabar, masalah yang kita hadapi bisa
diselesaikan dengan lebih efektif. Dengan sabar, masalah yang kita hadapi dapat
diselesaikan tanpa menyisakan rasa sakit hati. Dengan sabar, kita akan
senantiasa menjalani kehidupan dengan lebih tenang dan tenteram tanpa merasa
resah gelisah. Dengan sabar pula kita akan mendapatkan kemenangan dan
keberuntungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar