KEISTIMEWAAN HAMDALAH
Oleh
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَفْضَلُ
الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلَّهِ (رواه الترمذى)
Dari Jabir bin Abdillah ra., ia berkata: Aku
mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Dzikir yang paling utama adalah La
ilaha illallah, sedangkan doa yang paling utama adalah Alhamdulillah
(HR. al-Tirmidzi No. 3383).
Status Hadis
Hadis
tersebut, selain diriwayatkan oleh Imam al-Tirmidzi dalam Sunan al-Tirmidzi
No. 3383, juga diriwayatkan oleh sejumlah imam ahli hadis. Di antaranya Imam
al-Nasai dalam Sunan al-Nasai No. 10667; Imam Ibn Majah dalam Sunan
Ibn Majah No. 3800; Imam Ibn Hibban dalam Shahih Ibn Hibban No. 846;
Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak No. 1852; dan Imam al-Bayhaqi dalam Syu’ab
al-Iman No. 4061. Ibn Hibban dan al-Hakim menilai sanad hadis
tersebut sahih. Sedangkan Syu’ayb al-Arnout dan Al Albani menilai hadis
tersebut hasan (al-Albani, Shahih al-Targhib Wa
al-Tarhib, II/103).
Kandungan Hadis
Hadis tersebut menerangkan bahwa dzikir yang paling utama adalah bacaan La ilaha
Illallah, karena bacaan La ilaha Illallah (tahlil) mengandung
kalimat tauhid. Kalimat tauhid adalah merupakan penegas dan pembeda antara
keimanan dan kekafiran. Tauhid berarti meniadakan sesembahan yang lain, yakni hanya
Allah yang disembah. Tauhid juga membersihkan jiwa dan batin dari segala hal
yang mengotorinya. Bila seseorang berdzikir dengan kalimat tauhid, maka ia akan
mengisi hatinya dengan keimanan bahwa setiap ibadah atau amalan yang ia lakukan
hanyalah untuk Allah. Karena itu, kalimat tauhid juga mengandung ungkapan
keikhlasan, yakni hanya karena Allah semata dalam beramal ibadah, dan keikhlasan
adalah merupakan syarat diterimanya suatu amal ibadah (Al-Mubarakfuri, Tuhfat
al-Ahwadzi, IX/229 dan Ibn Bathal, Syarah
Shahih al-Bukhari, X/132). Dalam hadis riwayat
al-Nasai, Nabi saw. bersabda bahwa hanya amalan yang dilandasi keikhlasan
semata yang akan diridhai dan diterima oleh
Allah swt. (HR. al-Nasai
No. 3140).
Hadis tersebut juga
menerangkan bahwa doa yang paling utama adalah bacaan Alhamdulillah
(hamdalah). Dalam hadis Riwayat al-Tirmidzi No.
3383
tersebut, Rasulullah
saw. mengategorikan bacaan hamdalah sebagai doa, bahkan sebagai doa yang paling
utama. Doa adalah merupakan bagian dari dzikir kepada Allah dan untuk memohon
pertolongan kepada-Nya. Bacaan hamdalah mengandung keduanya, yaitu dzikir dan
doa sekaligus. Bacaan hamdalah merupakan ungkapan pujian kepada Allah, dan
pujian kepada Allah atas suatu nikmat mengandung permintaan atau doa untuk
mendapatkan nikmat lagi atau nikmat-nikmat berikutnya. Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam QS. Ibrahim, ayat 7: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari
(nikmatKu), maka pasti azabKu sangat berat (al-Suyuti
et al., Syarah
Sunan Ibn Majah, I/270).
Imam
al-Hasan al-Bashri berkata:
مَا
أَنْعَمَ اللهُ عَلَى عَبْدٍ نِعْمَةً، فَحَمِدَ اللهَ عَلَيْهَا، إِلَّا كَانَ
حَمْدُهُ أَعْظَمَ مِنْهَا كَائِنَةً مَا كَانَتْ
"Kenikmatan
yang diberikan oleh Allah kepada seorang hamba, lalu sang hamba merespons
dengan memuji Allah (membaca alhamdulillah), maka ucapan hamdalah atau
pujiannya kepada Allah itu lebih besar nilainya ketimbang nikmat yang
diterimanya" (Badr al-Din al-Aini
al-Hanafi, Umdat al-Qari Syarh Shahih al-Bukhari, XXX/438).
Orang yang memuji Allah,
sebenarnya juga sedang berdoa dan meminta kepada-Nya. Hanya saja dengan bahasa
yang halus untuk mendapatkan perhatian. Orang yang memuji Allah, hakikatnya ia
sedang mensyukuri nikmat Allah, dan orang yang mensyukuri nikmat Allah, akan
berpeluang besar untuk mendapatkan tambahan nikmat dari-Nya. Jadi, orang
yang membaca hamdalah, memuji Allah, sejatinya ia juga sedang berdoa
kepada-Nya. Banyak ayat al-Qur’an yang mengisyaratkan hal tersebut. Di
antaranya firman Allah QS. Yunus ayat 10 yang artinya: “Penutup doa mereka
adalah alhamdulillahi rabbil’alamin (segala puji bagi Allah Rabb semesta
alam)”. Selanjutnya firman Allah QS. Al-Mu’min ayat 65 yang artinya: “Dialah
yang Maha hidup, tidak ada yang berhak disembah selain Dia. Maka berdoalah
kepada-Nya dengan tulus ikhlas beragama. Segala puji bagi Allah Rabb seluruh
alam”.
Keutamaan membaca
hamdalah
Banyak sekali keutamaan membaca hamdalah, di
antaranya adalah sebagai berikut:
1.
Orang yang suka membaca hamdalah, besok hari kiamat
akan berada dalam naungan bendera Rasulullah saw.
عَنْ
أَبِي سَعِيدٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ القِيَامَةِ وَلاَ فَخْرَ، وَبِيَدِي لِوَاءُ
الحَمْدِ وَلاَ فَخْرَ، وَمَا مِنْ نَبِيٍّ يَوْمَئِذٍ آدَمُ فَمَنْ سِوَاهُ
إِلاَّ تَحْتَ لِوَائِي
Dari
Abu Said ra, Rasulullah saw. bersabda: “Aku adalah pemimpin anak Adam pada hari kiamat.
Aku katakan ini bukan untuk menyombongkan diri. Di tanganku bendera pujian. Aku
katakan ini bukan untuk menyombongkan diri. Pada hari itu seluruh nabi termasuk
Adam akan berada di bawah benderaku” (HR. al-Tirmidzi No.3615). al-Albani menilai hadis ini shahih (Shahih Wa Dhaif Sunan al-Tirmidzi,
VIII/115).
Hadits tersebut
menjelaskan bahwa pada hari kiamat, Rasulullah saw. akan membawa bendera
pujian. Dan yang berhak bergabung di bawah bendera tersebut
adalah hamba-hamba Allah yang sering bertahmid dan banyak memuji-Nya.
2.
Allah akan membangunkan rumah pujian di
surga bagi siapa saja yang suka bertahmid.
عَنْ
أَبِي مُوسَى الأَشْعَرِيِّ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا مَاتَ وَلَدُ العَبْدِ قَالَ اللَّهُ لِمَلاَئِكَتِهِ:
قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي، فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ
فُؤَادِهِ، فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: مَاذَا قَالَ عَبْدِي؟ فَيَقُولُونَ:
حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ، فَيَقُولُ اللَّهُ: ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي
الجَنَّةِ، وَسَمُّوهُ بَيْتَ الحَمْدِ.
“Jika salah seorang anak
manusia meninggal, maka Allah akan bertanya kepada malaikat-Nya: “Kalian telah
mencabut nyawa anak hamba-Ku?”. “Ya”, jawab mereka. “Kalian telah mencabut
nyawa buah hatinya?”. Mereka menjawab lagi, “Ya”. “Apa yang diucapkan
hamba-Ku?”. “Ia memuji-Mu dan mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi
raji’un!”. Allah pun berfirman, “Bangunkan untuk hamba-Ku rumah di surga
dan namailah dengan rumah pujian” (HR. al-Tirmidzi No. 1021). Hadis ini
dinyatakan hasan oleh Tirmidzi dan al-Albani (Shahih al-Targhib Wa
al-Tarhib, III/201).
3. Hamdalah adalah kalimat pertama yang
diucapkan Adam ‘Alahis Salam.
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ وَنَفَخَ فِيهِ الرُّوحَ عَطَسَ فَقَالَ: الحَمْدُ
لِلَّهِ، فَحَمِدَ اللَّهَ بِإِذْنِهِ، فَقَالَ لَهُ رَبُّهُ: رَحِمَكَ اللَّهُ
يَا آدَمُ
Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah
saw. bersabda: “Ketika Allah menciptakan Adam dan meniupkan ruh di dalamnya,
maka ia bersin, lalu mengucapkan Alhamdulillah, ia memuji Allah dengan
izinNya. Allah saw. kemudian berkata kepadanya: “Semoga Allah memberikan rahmat
kepadamu wahai Adam!” (HR. Tirmidzi No. 3368). Al-Albani menilai hadis ini hasan
shahih (Shahih Wa Dhaif Sunan al-Tirmidzi, VII/368).
4. Ucapan alhamdulillah adalah sebaik-baik doa.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ (رواه الترمذى)
Dari Jabir bin Abdillah ra., ia berkata: Aku
mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Dzikir yang paling utama adalah La
ilaha illallah, sedangkan doa yang paling utama adalah Alhamdulillah
(HR. al-Tirmidzi No. 3383). Al Albani menilai hadis tersebut hasan (Shahih
al-Targhib Wa al-Tarhib, II/103).
5.
Hamba yang paling utama di hari kiamat adalah
al-hammadun.
عَنْ
عِمْرَانَ بن حُصَيْنٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
قَالَ: "إِنَّ أَفْضَلَ عِبَادِ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْحَمَّادُونَ
Dari
Imran bin Hushain, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya seutama-utamanya
hamba pada hari kiamat adalah al-hammaduun, yaitu hamba-hamba
yang gemar membaca alhamdulillah (HR. al-Thabrani No.14673).
al-Albani menilai hadis ini shahih (al-Silsilah al-Shahihah al-Kamilah,
IV/158).
6. Ucapan hamdalah dapat memenuhi timbangan
amal
عَنْ أَبِى مَالِكٍ الأَشْعَرِىِّ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلأُ الْمِيزَانَ
Dari
Abu Malik al-Asy’ari, Rasulullah saw. bersabda: “Kesucian itu Sebagian dari
iman dan alhamdulillah dapat memenuhi timbangan (HR. Muslim No. 556).
7. Bertahmid (membaca alhamdulillah) sama dengan
membawa kuda berpelana di jalan Allah.
Suatu saat Ummi Hani’ binti Abu Thalib berkata
kepada Rasulullah saw.: “Wahai Rasulullah, saya sudah tua dan lemah, maka
perintahkanlah kepadaku dengan amalan yang bisa saya lakukan sambil duduk.
Rasulullah saw. bersabda:
...وَاحْمَدِى
اللَّهَ مِائَةَ تَحْمِيدَةٍ فَإِنَّهَا تَعْدِلُ لَكِ مِائَةَ فَرَسٍ مُسْرَجَةٍ
مُلْجَمَةٍ تَحْمِلِينَ عَلَيْهَا فِى سَبِيلِ اللَّهِ
“…Bertahmidlah kepada Allah seratus kali, karena itu
sama dengan seratus kuda berpelana yang memakai kekang di mulutnya, yang kamu
bawa di jalan Allah… (HR. Ahmad No. 26911). Al-Albani
menilai hadis ini hasan (Shahih al-Targhib Wa al-Tarhib, II/109).
8. Membaca hamdalah dapat pahala 30 kebajikan dan menghapus dosa 30
kesalahan.
Nabi saw. bersabda:
وَمَنْ
قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ كُتِبَتْ لَهُ
ثَلاَثُونَ حَسَنَةً وَحُطَّ عَنْهُ ثَلاَثُونَ سَيِّئَةً
…Dan barangsiapa mengucapkan alhamdulillahi Rabbil ‘aalamiin dari relung
hatinya maka akan dituliskan tiga puluh kebaikan untuknya dan digugurkan tiga
puluh dosa darinya.” (HR. Ahmad No. 8093). Syaikh Syu’aib Al Arnauth menilai bahwa
sanadnya shahih, demikian juga Syekh Al-Albani (Shahih
al-Targhib Wa al-Tarhib, II/109).
9. Mengucapkan alhamdulillah tiga kali dapat
pahala berlipat ganda
عَنْ جَابِرٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: مَا أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَى عَبْدٍ مِنْ نِعْمَةٍ فَقَالَ: الْحَمْدُ
لِلَّهِ إِلاَّ وَقَدْ أَدَّى شُكْرَهَا، فَإِنْ قَالَهَا الثَّانِيَةَ جَدَّدَ
اللَّهُ لَهُ ثَوَابَهَا، فَإِنْ قَالَهَا الثَّالِثَةَ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ
ذُنُوبَهُ.
Dari Jabir
ra., Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah Allah memberi nikmat kepada seorang
hamba kemudian ia mengucapkan Alhamdulillah, kecuali
Allah menganggap hambanya itu telah benar-benar mensyukuri nikmat itu. Apabila
ia mengucapkan Alhamdulillah yang kedua
kali, maka Allah akan memberinya pahala yang baru lagi, apabia ia
mengucakan Alhamdulillah yang ketiga
kalinya, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya" (HR. al-Hakim No. 1871
dan al-Baihaqi No. 4090).
Hadis ini dinilai shahih oleh al-Hakim, tetapi
banyak ulama yang men-daif-kannya bahkan ada yang menilainya maudu’
atau palsu karena ada perawinya bernama Abu Muawiyah al-Za’farani yang dinilai
sangat lemah (al-Asqalani, Lisan al-Mizan, VII/283, al-Albani, Dha’if
al-Targhib Wa al-Tarhib, I/240).
Artikel ini pernah dimuat di Majalah MATAN (Majalah Muhammadiyah Jawa Timur) pada Oktober 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar