TANDA-TANDA
HUSNUL KHATIMAH
Oleh
Dr.H. Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا
اسْتَعْمَلَهُ" قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا اسْتِعْمَالُهُ ؟ قَالَ:"يُوَفِّقُهُ
لِعَمَلٍ صَالِحٍ قَبْلَ مَوْتِهِ" (رواه احمد)
Artinya: “Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada
seseorang, maka Allah akan membuatnya beramal”. Para sahabat bertanya;
“Bagaimana membuatnya beramal?”. Beliau menjawab: “Allah akan memberikan taufiq
kepadanya untuk melaksanakan amal shalih sebelum dia meninggal.” (HR. Ahmad No.
13408).
Status Hadis:
Hadis tersebut
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam al-Musnad hadis no. 13408. Menurut Syu’ayb al-Arnout, hadis tersebut berstatus sahih
sesuai syarat al-Sahihayn (Sahih al-Bukhari dan Muslim). Selain Imam
Ahmad, beberapa ulama ahli hadis yang meriwayatkannya adalah al-Tirmidzi dalam al-Sunan
hadis no. 2142; Abu Ya’la dalam al-Musnad hadis no. 3821; Ibn al-Mubarak
dalam al-Zuhd hadis no. 970; Ibn Abi Ashim dalam al-Sunnah hadis
no. 397; al-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath hadis no. 4656; al-Hakim
dalam al-Mustadarak hadis no. 1257; al-Haytsami dalam al-Majma’
al-Zawaid hadis no. 11933; al-Dhiya al-Muqaddasi dalam al-Ahadis
al-Mukhtarah hadis no. 1936; al-Suyuti dalam Jami’ al-Ahadis hadis
no. 1250. Muhammad Nashiruddin al-Albani juga menilai hadis tersebut sahih (al-Albani,
Dzilal al-Jannah Fi Takhrij al-Sunnah, I/186).
Kandungan Hadis
Hadis tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang dikehendaki Allah
sebagai hamba yang baik, maka Allah akan mengkondisikan orang itu bisa beramal.
Yang dimaksud dengan bisa beramal adalah terciptanya keadaan atau kondisi di
mana seseorang bisa atau berkesempatan melakukan amal salih sebelum datangnya
kematian. Kondisi inilah yang kemudian disebut dengan istilah husnul
khatimah. Husnul khatimah adalah suatu kondisi di mana seorang
hamba diberi taufik oleh Allah sebelum kematiannya untuk meninggalkan segala
perbuatan yang mendatangkan murka Allah swt., berkesempatan taubat dari segala
dosa dan maksiat, bersemangat melakukan ketaatan dan berbagai amal kebajikan,
kemudian ia menuju kematiannya setelah dalam kondisi yang baik ini (Ali Bin
Nayif al-Syuhud, al-Isti’dad Li al-Maut, I/182).
Tanda-Tanda Husnul Khatimah
Meninggal dalam keadaan husnul khatimah itu bisa diketahui dengan
beberapa tanda. Di antara tanda-tandanya ada yang dapat diketahui oleh
dirinya sendiri yang sedang menghadapi kematian, dan beberapa tanda lainnya
dapat diketahui orang lain. Tanda husnul
khatimah yang hanya diketahui oleh seseorang yang hendak meninggal adalah
berupa ‘al-bisyarah’ atau kabar gembira dari Allah bahwa dia telah
mendapat keridhaan Allah dan berhak mendapat kemuliaan dari-Nya sebagai bentuk
keutamaan yang diberikan Allah kepadanya. Allah swt. berfirman: “Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah
mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS.
Fushshilat:30).
Dalam menafsirkan
ayat tersebut, Syeikh Abdurrahman Al-Sa’dy mengatakan bahwa ini adalah kabar gembira (al-bisyarah) bagi mereka pada
saat menghadapi kematian (Abdurrahman al-Sa’di, Tafsir al-Sa’di, I/748).
Imam al-Thabari meriwayatkan dari Mujahid bahwa kalimat “maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah
kamu takut dan janganlah merasa sedih” adalah ucapan yang di dengar dari malaikat pada saat
seseorang menghadapi kematiannya (al-Thabari, Tafsir al-Thabari,
XXI/466). Sedangkan
Ibn Abbas menjelaskan bahwa maksud ayat tersebut adalah…”malaikat akan turun
pada saat jelang kematiannya (dicabut nyawanya) dengan memberitahukan agar ia
tidak khawatir nantinya (karena terbebas) dari siksaan (Ibn Abbas, Tanwir
al-Miqbas, I/499).
Keterangan
tersebut diperkuat lagi dengan hadis dari Anas ra, Nabi saw.bersabda: “…seorang
yang beriman apabila menghadapi sakaratul maut, maka sang pemberi kabar gembira
utusan Allah (malaikat) datang menghampirinya seraya menunjukkan tempat
kembalinya, hingga tidak ada sesuatu yang lebih dia sukai kecuali bertemu
dengan Allah. Lalu Allah pun suka bertemu dengannya (HR Ahmad No. 12047). Al-Albani menilai hadis ini sahih (al-Albani,
Sahih al-Tarhgib Wa al-Tarhib, III/200).
Adapun
tanada-tanda husnul khatimah yang dapat diketahui orang lain di antaranya
adalah:
1. Mengucapkan kalimat
tauhid di
saat menjelang wafat;
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-« مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ».
Dari
Mu’adz bin Jabal ra, Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa pada akhir
kalimatnya mengucapkan “Laa ilaaha illallah” maka ia dimasukkan ke dalam
surga (HR. Abu Dawud no. 3118 dari Mu’adz bin jabal). Al-Albani
menilai hadits ini sahih (al-Albani, Sahih
al-Jami al-Saghir, II/1105).
2. Mati dengan berkeringat
pada dahinya;
عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُؤْمِنُ يَمُوتُ بِعَرَقِ
الْجَبِينِ
Dari
Ibnu Buraidah dari Bapaknya bahwa Nabi Saw bersabda: "Orang mukmin jika
meninggal dahinya berkeringat. " (HR. Ahmad 21944 dan
Ibn Majah no. 1442). Al-Albani menilai hadits ini
sahih (al-Albani, al-Silsilah al-Sahihah,
VI/413).
3. Mati
pada hari Jum'at atau pada malam Jum'at;
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِي
قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ مَاتَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ
لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ وُقِيَ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
Dari
Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash dia berkata; Rasulullah Saw bersabda:
"Barangsiapa meninggal di hari jumat atau pada malam jumatnya,
maka akan terjaga dari fitnah kubur." (HR. Ahmad No. 6359). Hadits
ini kesahihannya diperselisihkan ulama. Ibn Hajar melemahkannya, demikian juga
Syu’aib al-Arnout, tetapi Muhammad Nashiruddin al-Albani
memandangnya hasan atau sahih, setelah
memperhatikan sanad dari berbagai jalur (al-Albani, Ahkam
al-Jana-iz, I/35).
4.
Mati syahid di medan jihad;
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ
اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (169) فَرِحِينَ
بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ
يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ
يَحْزَنُونَ (170) يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ
اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ (171)
Janganlah kamu mengira
bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu
hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki. Mereka
dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada
mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di
belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan
karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala
orang-orang yang beriman (QS.
Ali Imran, 169-171).
5. Mati
karena terkena penyakit thaa'uun
(wabah), mati karena sakit perut, mati karena tenggelam, dan mati karena
reruntuhan;
Dari
Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Ketika laki-laki sedang
berjalan dan menemukan ranting berduri di tengah jalan, kemudian dia
menyingkirkan ranting tersebut maka
Allah memuji kepadanya lalu mengampuni dosa-dosanya." Lalu beliau bersabda:
الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ
وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
"Syuhada'
itu ada lima macam; meninggal karena penyakit wabah,
orang yang meninggal karena sakit perut, orang yang tenggelam, orang yang
meninggal karena reruntuhan, dan orang yang syahid karena berjuang di jalan
Allah 'azza wajalla" (HR. Al-Bukhari no. 653 dan Muslim
no. 5049).
6.
Mati karena melahirkan;
Dari
Abu Hurairah ra, dia berkata; Rasulullah Saw bersabda: "siapa yang kalian
anggap sebagai orang yang mati syahid di antara kalian?" Para sahabat
berkata; "Yaitu orang yang terbunuh di jalan Allah, " Rasulullah Saw
Bersabda:
إِنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيلٌ الْقَتْلُ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ شَهَادَةٌ وَالْبَطَنُ شَهَادَةٌ وَالْغَرَقُ شَهَادَةٌ
وَالنُّفَسَاءُ شَهَادَةٌ وَالطَّاعُونُ شَهَادَةٌ
"Kalau
begitu orang yang mati syahid dari umatku sedikit sekali, terbunuh di jalan
Allah adalah syahid, mati karena sakit perut adalah syahid, mati karena
tenggelam adalah syahid, mati karena melahirkan adalah
syahid, dan mati karena wabah (tha`un) adalah
syahid." (HR. Ahmad No.7745). Menurut
Syekh Syu’aib al-Arnout hadits tersebut sahih dengan syarat Muslim (Musnad
Ahmad bin Hanbal, II/310).
7.
Mati karena terbakar;
Dari
Rasyid bin Hubais, Rasulullah Saw menemui 'Ubadah bin Shamit untuk menjenguknya
ketika dia sakit. Rasulullah Saw bersabda: "Apakah kalian tahu, siapa yang
diistilahkan syahid di antara umatku?" Semua terdiam. 'Ubadah berkata;
"Sandarkanlah saya", mereka pun menyandarkannya. Lalu Ubadah berkata;
"Wahai Rasulullah, yang dinamakan syahid adalah orang sabar yang
mengharapkan balasan dari Allah". Rasulullah Saw bersabda:
إِنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيلٌ الْقَتْلُ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ شَهَادَةٌ وَالطَّاعُونُ شَهَادَةٌ وَالْغَرَقُ
شَهَادَةٌ وَالْبَطْنُ شَهَادَةٌ وَالنُّفَسَاءُ يَجُرُّهَا وَلَدُهَا بِسُرَرِهِ
إِلَى الْجَنَّةِ قَالَ وَزَادَ فِيهَا أَبُو الْعَوَّامِ سَادِنُ
بَيْتِ الْمَقْدِسِ وَالْحَرْقُ وَالسَّيْلُ
"Kalau
begitu orang yang syahid dari ummatku sangat sedikit, padahal orang yang
terbunuh di jalan Allah Azzawajalla adalah syahid, orang yang mati
terkena tha’un (wabah) adalah
syahid, orang mati tenggelam adalah syahid, orang yang mati karena sakit perut
adalah syahid, wanita yang meninggal karena melahirkan anaknya, anaknya
menariknya dengan tali pusar untuk masuk ke surga". Abu Al 'Awwam, pengurus
Baitul Maqdis menambahnya, "Orang yang mati karena terbakar, dan yang mati karena terseret sungai" (HR.
Ahmad No.15426). Menurut Syekh Syu’aib
al-Arnout hadis tersebut sahih lighairih (Musnad
Ahmad bin Haanbal,III/489).
8. Mati karena
membela harta, keluarga, darah dan agamanya;
عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ أَهْلِهِ
أَوْ دُونَ دَمِهِ أَوْ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ
Dari
Sa'id bin Zaid dari Nabi Saw, beliau bersabda: "Siapa yang dibunuh karena membela hartanya maka
ia syahid, siapa yang dibunuh karena membela keluarganya maka ia syahid, atau
karena membela darahnya, atau karena membela agamanya maka ia syahid."
(HR. Abu Dawud No. 4142, dan lain-lain). Al-Albani
menilai hadis ini sahih (Al-Albani, Irwa
al-Ghalil, III/164).
Semua tanda tersebut benar-benar menjadi husnul khatimah
bila jelang kematiannya ia masih dalam keadaan beriman dan mentauhidkan Allah
swt. Syekh Zainuddin
al-Malibari (Irsyad al-Ibad, I/375) mengajarkan doa untuk meraih husnul
khatimah, yaitu: “Allahumma innaa nas-aluka husnal khaatimah wa na’uudzu
bika min suu’il khaatimah”, Ya Allah kami mohon kepada-Mu akhir
kerhidupan yang baik, dan mohon perlindungan kepada-Mu dari akhir kehidupan
yang buruk. Amien !
Maaf ustadz
BalasHapusArtikelnya sy posting lagi
Untuk pengingat bagi kita semua