TERTOLONG KARENA MENOLONG
Oleh
Dr.H. Achmad Zuhdi Dh,
M.Fil I
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم ... وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ
يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ...(رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda: …”Dan siapa yang memberi
kemudahkan kepada orang yang sedang mengalami kesulitan, niscaya Allah akan
memberikan kemudahan kepadanya di dunia dan akhirat…(HR. Muslim No. 7028)
Status Hadis
Hadis tersebut
dinilai sahih oleh Imam Muslim dalam Sahih Muslim No. 7027. Selain Imam
Muslim, beberapa ulama ahli hadis yang meriwayatkan hadis tersebut adalah Abu
Dawud dalam Sunan Abi Dawud No. 4948, al-Tirmidzi dalam Sunan
al-Tirmidzi No. 1425, Ibn Majah dalam Sunan Ibn Majah No. 225, Ahmad
dalam Musnad Ahmad No. 7427, Ibn
Abi Syaibah dalam Musannaf Ibn Abi Syaibah No. 26567, al-Hakim dalam al-Mustadrak
No. 8159, al-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir No. 651, al-Nasai dalam Sunan
al-Nasai al-Kubra No. 7287, al-Bayhaqi dalam Syu’ab al-Iman No.
11250, dan Ibn Hibban dalam Sahih Ibn Hibban No. 534. Muhammad
Nasiruddin al-Albani juga mensahihkan hadis ini (al-Albani, Sahih al-Targhib
Wa al-Tarhib, I/16).
Kandungan Hadis
Hadis tersebut
menerangkan bahwa siapa pun yang mau menolong, memberikan kemudahan kepada
orang lain dalam suatu urusan, maka orang itu dijamin akan mendapatkan
pertolongan dan kemudahan dari Allah swt., baik di dunia ini maupun di akhirat
nanti. Abd al-Rauf al-Munawi dalam kitabnya Faid al-Qadir Syarh al-Jami’
al-Shaghir menjelaskan bahwa maksud hadis tersebut adalah siapa yang
memberi kemudahan kepada orang yang sedang mengalami kesulitan dengan cara
membebaskan (hutang), memberikan sedekah, atau membantu membebaskan dari
berbagai kesulitannya, maka Allah akan memberikan kemudahan kepada orang itu dalam
mencapai keinginan atau cita-citanya dan segala urusannya di dunia ini dengan
meluaskan rizkinya, menyelamatkannya dari berbagai bencana, dan memberikan
kemudahan dalam melaksanakan amal kebaikan. Selanjutnya di akhirat, ia akan
dimudahkan hisabnya dan diampuni hukumannya (al-Munawi, Faid al-Qadir, VI/243).
Pernyataan
Nabi saw. bahwa Allah akan menolong dan memudahkan urusan hambaNya apabila ia
mau menolong dan memudahkan orang lain, telah tebukti di banyak peristiwa. Di
antaranya kisah nyata terjadi di Riyadh Saudi Arabia. Di sebuah desa Huraimla, ada
seorang wanita(majikan) yang sudah divonis oleh Dokter terkena kanker darah,
kondisi fisiknya sudah tidak bisa lagi berbuat apa-apa. Untuk merawat dirinya
dan memenuhi semua keperluan sehari-harinya, dia mendatangkan pembantu
(TKW) dari Indonesia. Pembantu ini adalah seorang wanita yang taat beragama,
salihah.
Satu minggu
setelah bekerja, sang majikan merasa pekerjaan si pembantu sangat bagus.
Majikan selalu memperhatikan apa yang dia kerjakan. Suatu waktu majikan
memperhatikan kelakukan aneh si pembantu. Seringkali, saat pembantunya ke kamar
mandi, berdiam cukup lama. Dengan tutur kata yang lemah lembut, si majikan
bertanya: "Apa yang sebenarnya engkau lakukan di kamar mandi?"
Pembantu itu tidak menjawab, tetapi justru menangis tersedu-sedu. Si majikan
menjadi iba dan kemudian menghiburnya sambil menanyakan apa yang sebenarnya
terjadi.
Akhirnya si pembantu
pun bercerita bahwa dirinya baru 20 hari melahirkan anaknya. Karena desakan
ekonomi itulah ia terpaksa berangkat bekerja sebagai TKW di Arab Saudi.
"Saya lama di kamar mandi karena harus membuang air susu saya, Bu! Kalau
tidak dibuang, dada saya terasa sesak dan penuh karena tidak disusui oleh anak
saya". Air susu yang menumpuk dan tidak tersalurkan itulah yang membuatnya
sakit sehingga harus diperas dan dibuang di kamar mandi.
"Subhanallah,
Anda berjuang untuk anak dan keluarga Anda," kata majikan. Ternyata majikannya
tidak seburuk yang diceritakan di koran-koran atau televisi. Seketika itu juga
si majikan mengatakan: “Kalau begitu, kamu pulanglah dulu, uang saya berikan
penuh untuk 2 tahun kontrakmu (nilainya sekitar 120-150 juta rupiah), kamu
susui anakmu secara penuh selama 2 tahun dan jika kamu igin kembali bekerja,
kamu bisa menghubungi telepon ini, dan sekaligus saya akan mengirim uang untuk
tiket keberangkatanmu".
Sang pembantu
terperanjat, lalu menangis dan berucap: "Subhanallah, apa Ibu tidak
apa-apa saya tinggal?" Si majikan waktu itu hanya menggelengkan kepala dan
mengatakan bahwa bayi yang harus diurusnya itu lebih berharga daripada mengurus
majikan.
Setelah pembantu
itu pulang, majikan malah mengalami perubahan luar bisa. Pikirannya menjadi
terfokus pada kesembuhan, dan hatinya menjadi sangat senang karena dapat
membantu orang yang sedang kesulitan. Hari-harinya tidak lagi memikirkan
sakitnya, yang ada hanyalah rasa bahagia.
Sebulan
kemudian, majikan baru kembali lagi ke rumah sakit untuk kontrol. Dokter yang
menanganinya segera melakukan pemeriksaaan mendetail. Tapi apa yang terjadi?
Dokter yang pernah menanganinya tidak melihat ada penyakit seperti diagnosa
sebelumnya. Dia tidak melihat ada penyakit kanker darah yang diderita
pasiennnya. Dokter itu terkagum-kagum, bagaimana mungkin bisa sedahsyat dan
secepat itu penyakitnya bisa sembuh, apalagi kanker darah. Apa telah terjadi
salah diagnosa? Akhirnya Dokter itupun bertanya, apa sebenarnya yang telah
dilakukan oleh pasien?
Wanita (majikan)
itupun menjawab: "Saya tidak melakukan apa-apa dengan sakit saya, Dokter.
Mungkin sedekah yang telah saya lakukan kepada pembantu saya tempo hari. Nyatanya
setelah saya menolong meringankan bebannya, hati saya menjadi lebih bergairah
untuk sembuh dan hidup”. Majikan itu kemudian menceritakan pengalamannya yang
telah menolong pembantunya untuk pulang, meski kerja baru satu pekan, gaji
tetap diberikan penuh untuk kontrak kerja 2 tahun. “Mungkin karena saya telah
memberi kemudahan dan meringankan bebannya itu, akhirnya Allah memberikan kesembuhan
dari sakit saya, Dokter”, kata majikan itu.
Dokter itupun
akhirnya tersadar, bahwa sakit apapun bisa saja sembuh atas kehendak Allah swt.
(islamidia.com). Nabi saw. menegaskan bahwa siapa pun yang berusaha memberi
kemudahkan kepada orang yang sedang mengalami kesulitan, niscaya Allah akan
memberikan kemudahan kepadanya di dunia dan akhirat (HR. Muslim No.7028). Ini
berarti bahwa salah satu cara untuk mendapatkan kemudahan (termasuk
bisa sembuh dari suatu penyakit) adalah dengan cara
menolong dan memberi kemudahan kepada orang lain yang mengalami kesulitan dan
penderitaan.
Satu lagi kisah
menarik untuk membuktikan bahwa kehidupan seseorang akan tertolong apabila suka
menolong orang lain. Kisah ini
tentang seorang lelaki dari India dan temannya yang sedang mendaki
gunung Himalaya. Mereka berdua dalam perjalanan turun dari gunung dan berjuang
melawan suhu dingin yang ekstrem. Di tengah perjalanan, mereka menjumpai
seorang pendaki lain yang kakinya terjepit di antara bebatuan. Sang lelaki itu
memutuskan untuk menolong orang yang terjepit itu, sementara temannya justru
memilih untuk terus berjalan menyelamatkan dirinya sendiri. Maka tubuh orang
yang tidak berdaya itu dipikul di atas punggung sang lelaki dan mereka berdua
melanjutkan perjalanan dengan tertatih-tatih. Sesekali sang lelaki merasa
kelelahan, ia istirahat sejenak hingga tenaganya pulih kembali.
Meski penuh perjuangan, mereka
berdua akhirnya tiba di kaki gunung dengan selamat. Namun anehnya, justru
temannya yang sudah berjalan jauh di depannya ternyata belum sampai. Seharusnya
ia sudah tiba lebih dulu. Beberapa jam kemudian, tim SAR memberikan kabar bahwa
temannya itu mati membeku di tengah perjalanan. Tubuhnya tak sanggup melawan
cuaca dingin yang menusuk tulang itu.
Tersadarlah si lelaki itu, justru
karena beban berat yang ia pikul tadi yang menyebabkan tubuhnya berkeringat dan
menjaganya tidak membeku. Ditambah lagi punggungnya yang bersentuhan badan
dengan orang yang ia tolong, dapat menjaga panas tubuhnya (aksara.co). Ini juga
membuktikan kebenaran sabda Nabi saw. bahwa barangsiapa memberikan kemudahan
kepada orang lain, maka Allah akan memberikan kemudahan kepada dirinya di dunia
dan akhiat nanti, …(HR. Muslim No. 7028).
Dari dua kisah (peristiwa) di
atas dapat dijadikan pelajaran yang sangat berharga bahwa menolong orang
lain itu sebenarnya menolong dirinya sendiri. Karena itu, jika kita ingin
mendapatkan kemudahan dalam hidup ini, maka terlebih dulu harus memberikan
kemudahan atau pertolongan kepada orang lain yang mengalami kesulitan. Misalnya,
saat kita menginginkan suatu kesuksesan, atau terbebas dari suatu penderitaan, maka
carilah obyek untuk bisa memberikan pertolongan kepada orang lain yang
mengalami kesulitan. Cari, di mana ada anak yatim yang memerlukan bantuan.
Cari, di mana ada anak miskin yang tidak bisa membayar SPP. Cari, di mana ada
orang tua yang butuh pertolongan dibawa ke RS, dan lain-lain. Nabi
mengingatkan: “Wallahu fi ‘auni al‘abdi ma kana al‘abdu fi ‘auni akhihi”,
Allah akan menolong hambNya apabila hambanya suka menolong saudaranya (HR.
Muslim No. 7028).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar