SHALAT MALAM (TARAWIH DAN WITIR)
(Varian Jumlah Rakaat dan
Tatacaranya)
Oleh:
Dr.H.Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I
Pengertian:
Tarawih atau al-Tarawih adalah bentuk jamak dari
kata tarwihah, yang berarti istirahat atau santai (Mu’jam Lughat
al-Fuqaha, I/127). Secara bahasa, tarwihah berarti jalsah (duduk),
yakni duduk pada bulan Ramadhan setelah
selesai shalat malam 4 rakaat, karena dengan duduk itu orang-orang bisa
beristirahat setelah lama melaksanakan qiyam Ramadhan.[1]
Ibn Mazdzur menjelaskan bahwa disebut dengan shalat tarawih karena mereka
beristirahat tiap-tiap di antara dua kali salam.[2]
Shalat tarawih adalah shalat sunnah yang dilakukan khusus pada
bulan Ramadhan, waktunya setelah shalat isya. Nabi
Saw biasa mengamalkannya sebanyak 11 rakaat atau 13 rakaat dengan waktu yang
lama. Pada masa Umar bin Khaththab, Ubay bin Ka’b diperintahkan untuk
mengimaminya sebanyak 20 rakaat selain witir dengan bacaan yang agak ringan.
Selanjutnya ada yang mengamalkannya sebanyak 36 rakaat selain witir dengan bacaan
yang lebih ringan, dan bahkan ada yang mengamalkannya sebanyak 40 rakaat selain
witir.[3]
Sedangkan shalat
Witir adalah shalat yang jumlah rakaatnya ganjil, minimal 1 rakaat dan maksimal
11 rakaat.[4]
Waktu pelaksanaannya adalah setelah shalat isya, boleh sebelum tidur atau
sesudah tidur.
Jumlah
rakaat Shalat Malam (Tarawih dan Witir) pada masa Nabi Saw dan Tatacaranya
Berdasarkan beberapa hadis,
jumlah rakaat shalat malam atau shalat tahajud atau shalat tarawih dan witir
yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
pernah lebih dari 11 atau 13 rakaat. Berikut ini rinciannya:
A.
Shalat
Malam (Tarawih dan Witir) sebanyak 13 rakaat dengan rincian sebagai berikut:
- Shalat
iftitah 2 rakaat yang ringan sebagai pembuka shalat malamnya;
- Kemudian
shalat 2 rakaat dengan bacaan yang sangat panjang.
- Kemudian
shalat 2 rakaat dengan bacaan tiap rakaat yang lebih pendek dari rakaat
sebelumnya;
- Kemudian
shalat 2 rakaat dengan bacaan tiap rakaat yang lebih pendek dari rakaat
sebelumnya;
- Kemudian
shalat 2 rakaat dengan bacaan tiap rakaat yang lebih pendek dari rakaat
sebelumnya;
- Kemudian
shalat 2 rakaat dengan bacaan tiap rakaat yang lebih pendek dari rakaat
sebelumnya;
- Kemudian
shalat witir 1 rakaat.
Cara
ini berdasarkan hadis riwayat Muslim berikut ini:
عَنْ
زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِىِّ أَنَّهُ قَالَ لأَرْمُقَنَّ صَلاَةَ رَسُولِ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- اللَّيْلَةَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ
خَفِيفَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ
طَوِيلَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَهُمَا دُونَ اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا
ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَهُمَا دُونَ اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا ثُمَّ صَلَّى
رَكْعَتَيْنِ وَهُمَا دُونَ اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ
وَهُمَا دُونَ اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا ثُمَّ أَوْتَرَ فَذَلِكَ ثَلاَثَ عَشْرَةَ
رَكْعَةً.
Dari Zaid bin Kholid al-Juhani, beliau berkata: “Sesungguhnya
aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat malam,
maka beliau memulai dengan shalat 2 rakaat yang ringan, kemudian beliau shalat
2 rakaat dengan bacaan yang panjang sekali, kemudian shalat 2 rakaat dengan
bacaan yang lebih pendek dari rakaat sebelumnya, kemudian shalat 2 rakaat
dengan bacaan yang lebih pendek dari rakaat sebelumnya, kemudian shalat 2
rakaat dengan bacaan yang lebih pendek dari rakaat sebelumnya, kemudian shalat
2 rakaat dengan bacaan yang lebih pendek dari rakaat sebelumnya, kemudian
shalat witir (1 rakaat), semuanya 13 rakaat.”.[5]
B.
Shalat
Malam (Tarawih dan Witir) sebanyak 13 rakaat dengan rincian sebagai berikut:
1.
Melakukan
shalat 8 rakaat dengan sekali salam setiap 2 rakaat.
- Kemudian
melakukan shalat witir langsung 5 rakaat sekali salam.
Cara ini
berdasarkan hadis riwayat Ahmad berikut ini:
أَنَّ عَائِشَةَ، حَدَّثَتْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَانَ يَرْقُدُ، فَإِذَا اسْتَيْقَظَ تَسَوَّكَ، ثُمَّ تَوَضَّأَ، ثُمَّ
صَلَّى ثَمَانَ رَكَعَاتٍ، يَجْلِسُ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ فَيُسَلِّمُ، ثُمَّ
يُوتِرُ بِخَمْسِ رَكَعَاتٍ لَا يَجْلِسُ إِلَّا فِي الْخَامِسَةِ، وَلَا
يُسَلِّمُ إِلَّا فِي الْخَامِسَةِ
Aisyah
ra. berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa
melakukan tidur malam, maka apabila beliau bangun dari tidur langsung bersiwak
kemudian berwudhu. Setelah itu beliau shalat delapan rakaat dengan duduk dan bersalam
setiap 2 rakaat, kemudian beliau melakukan shalat witir lima rakaat yang tidak
melakukan duduk dan salam kecuali pada rakaat yang kelima”.[6]
Menurut al-Albani, hadis ini shahih menurut syarat al-shahihayn.[7]
C.
Shalat
Malam (Tarawih dan Witir) 11 rakaat dengan rincian sebagai berikut:
1.
Melakukan
shalat 10 rakaat dengan sekali salam setiap 2 rakaat.
2.
Kemudian
melakukan shalat witir 1 rakaat.
Cara ini
berdasarkan hadis riwayat Muslim berikut ini
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلّ الله عليه و
سلّم يُصَلىِّ فِيْمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلاَةِ الْعِشَاءِ – وَ هِيَ
الَّتِي يَدْعُوْ النَّاسُ الْعَتَمَةَ – إِلىَ الْفَجْرِ إِحْدَى عَشْرَةَ
رَكْعَةً، يُسَلَّمُ بَيْنَ كُلّ رَكْعَتَيْنِ وَيُوْتِرُ بِوَاحِدَةٍ
“Rasulullah Saw
melakukan shalat (malam atau tarawih) setelah shalat Isya’-manusia menyebutnya
shalat ‘atamah- hingga fajar sebanyak 11 rakaat. Beliau melakukan salam
setiap dua rakaat dan beliau berwitir satu rakaat.”.[8]
D.
Shalat
Malam (Tarawih dan Witir) 11 rakaat dengan rincian sebagai berikut:
1.
Melakukan
shalat 8 rakaat dengan sekali salam setiap 4 rakaat;
2.
Kemudian
shalat witir langsung 3 rakaat dengan sekali salam.
Cara
ini berdasarkan hadis berikut ini:
عَنْ أَبِى سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ كَيْفَ كَانَتْ صَلاَةُ رَسُولِ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- فِى رَمَضَانَ قَالَتْ مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- يَزِيدُ فِى رَمَضَانَ وَلاَ فِى غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ
رَكْعَةً يُصَلِّى أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ
يُصَلِّى أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّى
ثَلاَثًا
Abu
Salamah bin Abd al-Rahman pernah bertanya kepada Aisyah ra tentang bagaimana
cara Rasulullah Sawa shalat di bulan Ramadhan, maka Aisyah menjawab: “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah bilangan pada bulan Ramadhan dan tidak
pula pada bulan selain Ramadhan dari 11 Rakaat. Beliau shalat 4 rakaat sekali
salam maka jangan ditanya tentang kebagusan dan panjangnya, kemudian shalat 4
rakaat lagi sekali salam maka jangan ditanya tentang bagus dan panjangnya,
kemudian shalat witir 3 rakaat”.[9]
E.
Shalat
Malam (Tarawih dan Witir) 11 rakaat dengan rincian sebagai berikut:
1.
Melakukan
shalat langsung sembilan rakaat, dengan cara setelah 8 rakaat duduk dulu tanpa
salam, kemudian berdiri 1 rakaat lagi kemudian duduk dan salam.
2.
Kemudian
shalat 2 rakaat dalam keadaan duduk.
Cara
ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Asyah ra, beliau berkata:
كُنَّا نُعِدُّ لَهُ سِوَاكَهُ
وَطَهُورَهُ فَيَبْعَثُهُ اللَّهُ مَا شَاءَ أَنْ يَبْعَثَهُ مِنَ اللَّيْلِ
فَيَتَسَوَّكُ وَيَتَوَضَّأُ وَيُصَلِّى تِسْعَ رَكَعَاتٍ لاَ يَجْلِسُ فِيهَا
إِلاَّ فِى الثَّامِنَةِ فَيَذْكُرُ اللَّهَ وَيَحْمَدُهُ وَيَدْعُوهُ ثُمَّ
يَنْهَضُ وَلاَ يُسَلِّمُ ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّى التَّاسِعَةَ ثُمَّ يَقْعُدُ
فَيَذْكُرُ اللَّهَ وَيَحْمَدُهُ وَيَدْعُوهُ ثُمَّ يُسَلِّمُ تَسْلِيمًا
يُسْمِعُنَا ثُمَّ يُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ مَا يُسَلِّمُ وَهُوَ قَاعِدٌ
فَتِلْكَ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً (رواه مسلم(
“Kami
dahulu biasa menyiapkan siwak dan air wudhu untuk Rasulullah Saw, maka atas
kehendak Allah beliau selalu bangun malam hari, lantas beliau langsung bersiwak kemudian berwudhu. Selanjutnya
beliau melakukan shalat malam 9 rakaat, beliau tidak duduk kecuali pada rakaat
yang kedelapan (tasyahud awal) lantas berdzikir kepada Allah dan memujiNya
serta berdoa tanpa salam, kemudian bangkit berdiri untuk rakaat yang kesembilan,
kemudian duduk(tasyahud akhir) lantas berdzikir kepada Allah dan memujiNya
serta berdoa terus mengucapkan salam dengan suara yang terdengar oleh kami.
Kemudian beliau melakukan shalat lagi 2 rakaat dalam keadaan duduk. Semuanya 11
rakaat”.[10]
F.
Shalat
Malam (Tarawih dan Witir) 9 rakaat dengan rincian sebagai berikut:
- Melakukan shalat 2 rakaat dengan
bacaan yang panjang baik dalam berdiri, ruku’ maupun sujud kemudian
berbaring.
- Setelah bangun kemudian shalat 2
rakaat lagi dengan bacaan yang panjang baik ketika berdiri, ruku’ maupun
sujud kemudian berbaring.
- Setelah bangun kemudian shalat 2
rakaat lagi dengan bacaan yang panjang baik ketika berdiri, ruku’ maupun
sujud kemudian berbaring.
- Setelah bangun shalat witir 3
rakaat.
Cara
ini berdasarkan hadis dari Ibn ‘Abbas ra, beliau berkata: Rasulullah Saw bangun
dari tidur malam, kemudian bersiwak, berwudhu, lalu membaca al-Qur’an surat Ali
Imran ayat 190-200, kemudian:
قَامَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ فَأَطَالَ
فِيهِمَا الْقِيَامَ وَالرُّكُوعَ وَالسُّجُودَ ثُمَّ انْصَرَفَ فَنَامَ حَتَّى
نَفَخَ ثُمَّ فَعَلَ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ سِتَّ رَكَعَاتٍ كُلَّ ذَلِكَ
يَسْتَاكُ وَيَتَوَضَّأُ وَيَقْرَأُ هَؤُلاَءِ الآيَاتِ ثُمَّ أَوْتَرَ بِثَلاَثٍ
“Beliau (Rasulullah Saw)
berdiri melakukan shalat 2 rakaat dengan cara
memanjangkan (memperlama saat) berdiri, rukuk dan sujudnya, kemudian
setelah selesai, beliau tidur sampai mendengkur. Kemudian beliau mengulangi hal
tersebut sampai 3 kali sehingga semuanya berjumlah 6 rakaat, setiap kali hendak
melakukan shalat, beliau bersiwak, kemudian berwudhu, terus membaca al-Qur’an
surat Ali Imran ayat 190-200 kemudian berwitir 3 rakaat”.[11]
G.
Shalat
Malam (Tarawih dan Witir) 9 rakaat dengan rincian sebagai berikut:
- Melakukan shalat
langsung 7 rakaat dengan duduk tasyahud awal pada rakaat keenam kemudian berdiri lagi tambah satu rakaat lalu duduk akhir dan salam.
- Kemudian shalat 2
rakaat dalam keadaan duduk.
Cara
ini berdasarkan hadits shahih yang diriwayatkan Aisyah:
قَالَتْ عَائِشَةُ : فَلَمَّا أَسَنَّ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَحَمَلَ اللَّحْمَ صَلَّى سَبْعَ رَكَعَاتٍ
لاَ يَجْلِسُ إِلاَّ فِى السَّادِسَةِ ، فَيَحْمَدُ اللَّهَ وَيَدْعُو رَبَّهُ ،
ثُمَّ يَقُومُ وَلاَ يُسَلِّمُ ثُمَّ يَجْلِسُ فِى السَّابِعَةِ ، فَيَحْمَدُ
اللَّهَ وَيَدْعُو رَبَّهُ ، ثُمَّ يُسَلِّمُ تَسْلِيمَةً يُسْمِعُنَا ، ثُمَّ
يُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ ، فَتِلْكَ تِسْع
Aisyah
ra berkata: “Maka tatkala Rasulullah Saw sudah tua dan mulai kurus maka
beliau melakukan shalat malam sebanyak 7
rakaat, beliau tidak duduk kecuali pada rakaat yang keenam, kemudian beliau
memuji Allah dan berdoa kepadaNya tanpa salam, kemudian beliau berdiri lagi
lalu duduk pada rakaat yang ketujuh, memuji Allah dan berdoa kepadaNya, lalu
mengucapkan salam yang terdengar oleh kami. Kemudian beiau melakukan lagi shalat
2 rakaat dalam keadaan duduk. Semuanya 9 rakaat.[12]
Kesimpulan:
1.
Nabi
Saw biasa shalat malam, baik di dalam maupun di luar Ramadhan sebanyak 11
rakaat; Dalam kondisi tententu, Nabi Saw pernah shalat malam sebanyak 13
rakaat, dan juga pernah 9 rakaat;
2. Ada
dua cara saat Nabi Saw shalat malam dalam jumlah 13 rakaat. Pertama, dengan cara 2+2+2+2+2+2+1 dan kedua, dengan cara 2+2+2+2+5;
3. Ada
tiga cara saat Nabi Saw shalat malam dalam jumlah 11 rakaat. Pertama, dengan
cara 2+2+2+2+2+1; kedua, dengan cara 4+4+3; dan ketiga, dengan cara 9 (sembilan
rakaat diselingi duduk pada rakaat ke-8 lalu berdiri 1 rakaat lagi) +2.
4.
Ada dua
cara saat Nabi Saw shalat malam dalam jumlah 9 rakaat. Pertama, dengan cara 2+2+2+3;
dan kedua, dengan cara 7 (tujuh rakaat diselingi duduk pada rakaat ke-6 lalu
berdiri 1 rakaat lagi) +2.
5. Dalam suatu
kesempatan, Nabi Saw mengawali shalat malamnya dengan shalat iftitah
(dua rakaat ringan), dan pada kesempatan lain, tidak. Sebagian ulama
berpendapat, apabila shalat malamnya dilakukan langsung setelah selesai shalat
isya, tidak perlu shalat iftitah.[13]
Sementara ulama yang lain masih membolehkannya, karena tidak ada nas yang membatasinya.
6.
Saat
shalat witir yang 9 rakaat, Nabi melakukan duduk (tasyahud awal) pada rakaat
yang ke 8 kemudian berdiri lagi satu rakaat lalu duduk akhir dan salam ; sedangkan saat shalat witir yang 7 rakaat, beliau duduk (tasyahud
awal) pada rakaat yang ke-6 kemudian berdiri lagi satu rakaat lalu duduk akhir dan salam.
7.
Bila
shalat witir tiga atau lima rakaat, beliau duduk pada rakaat terakhir dan
langsung salam, tanpa duduk(tasyahud) awal. Sebagian ulama berpendapat untuk
shalat witir yang tiga rakaat bisa dengan cara 2+1, merujuk kepada hadis (atsar)
Ibn Umar ra.[14]
8.
Sahalat
witir bisa didulukan dari shalat yang genap, namun mengakhirkan witir dari
shalat malam itu lebih baik.[15]
9.
Wallahu
A’lam bi al-shawab !
افتتاح القيام الذي هو التراويح بركعتين خفيفتين غير صحيح؛ لأن
افتتاح قيام الليل بركعتين خفيفتين إنما يكون لمن نام، ووجه ذلك: أن الإنسان إذا
نام عقد الشيطان على قافيته ثلاث عقد، فإذا قام وذكر الله انحلت عقدة، فإذا تطهر
انحلت العقدة الثانية، فإذا صلى انحلت العقدة الثالثة، ولهذا صار الأفضل لمن قام
الليل بعد النوم أن يفتتح قيام الليل بركعتين خفيفتين ثبتت بذلك السنة من قول
النبي صلى الله عليه وآله وسلم وفعله، أما التراويح فإنها تفعل قبل النوم فلا
تفتتح بركعتين خفيفتين.
Membuka
shalat malam (shalat tarawih) dengan dua rakaat ringan itu tidak tepat, karena
membuka shalat malam dengan dua rakaat ringan itu hanya bagi yang sudah tidur.
Alasannya, apabila manusia tidur, maka setan memasang tiga ikatan pada tengkuknya.Jika
orang tersebut bangun dan berdzikir mengingat Allah maka lepaslah satu ikatan.
Jika dia berwudhu maka lepaslah ikatan yang kedua. Jika dia mengerjakan shalat
maka lepaslah ikatan ketiga(HR. Bukhari, no. 1142 dan Muslim, no. 776). Karena
itu maka diutamakan bagi yang shalat malam setelah tidur membukanya dengan
shalat dua rakaat ringan sesuai dengan Sunnah Nabi Saw, baik ucapan dan
perbuatan beliau. Adapun shalat tarawih, karena dilakukan sebelum tidur maka
tdak perlu dibuka dengan shalat iftitah, dua rakaat ringan (al-‘Utsaimin, al-Liqa’
al-Syahri, VIII/24).
[14]
Ibn Rajab menerangkan bahwa Ibn Umar pernah
shalat witir 3 rakaat dengan cara memisahkan 2+1 (al-Bukhari No.991, أَنَّ
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يُسَلِّمُ بَيْنَ الرَّكْعَةِ وَالرَّكْعَتَيْنِ
فِى الْوِتْرِ). Hal ini merupakan hasil penafsiran Ibn Umar terhadap hadis ((al-Bukhari
No.993))yang dikatakan Nabi Saw bahwa shalat malam itu dua dua(صَلَاةُ
اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى). Ibn Rajab, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari,
VII/86.
[15] Nabi Saw bersabda: (اجْعَلُوا
آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْراً):
“Jadikanlah akhir shalat malam kalian adalah
shalat witir.” (HR. Bukhari no. 998 dan Muslim no. 751)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar