MENYANTUNI ANAK YATIM:
MELUNAKKAN HATI DAN MENCUKUPKAN RIZKI
MELUNAKKAN HATI DAN MENCUKUPKAN RIZKI
Oleh
Dr.H.Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I
Dalam hadis Nabi Saw, Abu Darda’ ra meriwayatkan:
أَتَى
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ رَجُلٌ يَشْكُوْ قَسْوَةَ قَلْبِهِ،
قَالَ : أَتُحِبُّ أَنْ يَلِيْنَ قَلْبُك، وَ تُدْرَكَ حَاجَتُكَ؟ اِرْحَمِ
الْيَتِيْمَ، وَامْسَحْ رَأْسَهُ،
وَأَطْعِمْهُ مِنْ طَعَامِكَ، يَلِنْ قَلْبُكَ، وَتُدْرَكْ حَاجَتُكَ (رواه الطبراني وعبد الرزاق وابونعيم وحسنه الالبانى)
“Seorang
laki-laki datang kepada Nabi Saw mengeluhkan tentang kerasnya hati.
Nabipun bertanya: “sukakah kamu jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu
terpenuhi? Sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berilah makan dari
makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu akan terpenuhi.” (HR.
al-Thabrani, Abd al-Razzaq, dan Abu Nu’aim.
Hadis ini dinilai hasan oleh al-Albani dalam al-Targhib No.2544).
Hadis tersebut menjelaskan bahwa
salah satu cara agar hati menjadi lunak dan kebutuhan sehari-hari tercukupi
adalah dengan cara menyayangi dan menyantuni anak yatim. Termasuk dalam
kategori menyantuni anak yatim adalah dengan memberinya makanan, pakaian, dan membiayai
kebutuhan pendidikan serta kesehatannya.
Menyayangi anak yatim bisa juga dilakukan
dengan suka mengusap (meng-elus-elus) kepalanya sebagai tanda kasih-sayang
dan keakraban serta siap memberikan perlindungan kepadanya. Nabi Saw dan juga
sahabatnya suka mengusap kepala anak yatim sebagai wujud kasih-sayang kepada
mereka. Nabi Saw menjanjikan kepada siapa saja yang menyayangi anak yatim
dengan mengusap kepalanya akan diberikan banyak kebaikan dan jaminan masuk
surga berdampingan dengan Nabi. Dalam hadis disebutkan:
عَنْ أَبِي
أُمَامَةَ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ
مَسَحَ رَأْسَ يَتِيمٍ أَوْ يَتِيمَةٍ لَمْ يَمْسَحْهُ إِلاَّ لِلَّهِ كَانَ لَهُ
بِكُلِّ شَعْرَةٍ مَرَّتْ عَلَيْهَا يَدُهُ حَسَنَاتٌ ، وَمَنْ أَحْسَنَ إِلَى
يَتِيمَةٍ أَوْ يَتِيمٍ عِنْدَهُ كُنْتُ أَنَا وَهُوَ فِي الْجَنَّةِ كَهَاتَيْنِ
وَقَرَنَ بَيْنَ إِصْبُعَيْهِ.
Dari
Abu Umamah, Nabi Saw bersabda: “Barangsiapa mengusap kepala anak yatim, laki-laki
atau perempuan karena Allah, maka baginya setiap rambut yang diusap
dengan tangannya itu terdapat banyak kebaikan, dan barang siapa berbuat
baik kepada anak yatim, perempuan atau laki-laki yang dia asuhnya, maka aku
akan bersama dia di surga seperti ini, beliau mensejajarkan dua jari-nya (HR.
Ahmad No.22338). Syu’aib al-Arnout mengatakan: hadis ini sahih lighairih.
Dalam hadis sahih riwayat al-Bukhari dan Muslim ditegaskan sebagai
berikut:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « كَافِلُ الْيَتِيمِ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ
أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ فِى الْجَنَّةِ ». وَأَشَارَ مَالِكٌ بِالسَّبَّابَةِ
وَالْوُسْطَى.
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah
Saw bersabda: “orang yang menanggung kehidupan anak yatim, maka baginya akan bersama
saya di surga. Nabi mengisyaratkan dengan dua jarinya, jari telunjuk dan jari
tengah. (HR al-Bukhari no.4998 dan Muslim no.7660).
Selain mendapatkan kedudukan terhormat
(bisa berdampingan dengan Nabi Saw di surga), bagi orag-orang yang mau menaggung dan
menyantuni anak yatim juga akan mendapatkan hati yang lunak, tenang-tenteram,
mudah berempati kepada orang lain, dan kemudahan-kemudahan dalam memperoleh
rizki, sehingga berbagai kebutuhan hidupnya serba tercukupi.
Berikut ini kisah nyata tentang
keadaan orang yang menjadi kaya dan semakin dimudahkan dan diluaskan rizkinya
semenjak dekat dan suka menyantuni anak yatim, sebagaimana yang pernah dimuat
dalam situs hidayatullah.com. berikut ini kisahnya:
Tujuh tahun sudah saya merantau dari sebuah desa kecil di
Sumatera ke Jakarta. Tujuannya hanya satu, mencoba peruntungan. Siapa tahu,
Jakarta yang sering hanya saya dengar di televisi bisa mengubah garis hidup saya.
Salah satu andalan yang hanya bisa saya lakukan di Kota paling
besar di Negeri ini adalah berjualan kecil-kecilan. Ya, saya memutuskan
berjualan makanan Nasi Padang, khas kampung saya. Saya menetapkan tinggal di Jakarta Timur, dengan menyewa
sebuah tempat kecil. Ahamdulillah, meski kecil, warung saya tidak sepi. Setidaknya bisa
mencukupi kebutuhan sehari-hari. Merantau dari desa ke Jakarta tujuannya adalah
mengais rizki. Tentu, agar irit, semua saya lakukan sendiri. Mulai belanja,
masak dan menunggu warung.
Suatu hari, di sebelah warung yang saya tempati ada
musibah. Seorang bapak, meninggal dunia dengan meninggalkan anaknya yang
masih kecil enam orang dan seorang
istri. Saya memperhatikan kehidupannya pasca kematian suaminya benar-benar memprihatinkan. Entah, apa yang menggerakkan hati saya, kala itu saya
ingin membantu. Namun karena kondisi saya yang terbatas, yang memungkinkan saya
adalah memberi makan mereka secara gratis. Itupun sekali dalam seminggu.
Minggu berganti bulan, bulan berganti tahun, itu saja yang
saya kerjakan tanpa tahu makna dari itu. Boro-boro hadis Nabi tentang
anak yatim, shalat saja masih bolong-bolong.
Maklum, ketika datang dari desa, saya tak begitu mengenal makna hidup.Tidak
terasa, anak-anak yatim yang saya santuni ternyata terus berkembang. Dari enam
orang menjadi sembilan. Dan
dari sembilan orang, kini telah mencapai 150 orang.
Subhanallah! Kalau bukan Allah Swt, tidak mungkin bisa menggerakkan anak-anak yatim datang
ke warung saya. Setiap
hari Jumat, mereka datang ke warung untuk makan bersama dan pulangnya saya beri
amplop sekedarnya. Sering juga muncul pertanyaan dari banyak orang, apakah dengan mengundang
mereka makan, tidak menjadikan warung saya rugi?
Entahlah, tapi faktanya justru
terbalik. Semenjak kedatangan mereka ke warung saya, rezeki yang datang
menghampiri saya tidak pernah ada habisnya.
Betapa tidak, dahulu saya hanya menyewa warung kecil,
kini tanah dan bangunan itu sudah saya beli. Tidak itu saja, saya bisa membeli
rumah di Jakarta, menambah beberapa warung Padang lagi untuk memperlebar usaha,
bahkan ditambah dengan memiliki karyawan yang semakin banyak. Istri, anak
dan keluarga bahkan semuanya bisa ikut hijrah ke Jakarta.
Subhanallah!. Sungguh
Maha Suci Engkau Ya Allah!
Berkah Ramadhan, satu lagi, yang sunguh menambah keyakinan saya bahwa Allah
telah memberi berkah melalui anak yatim ini. Saya sekeluarga bersama para karyawan bisa tidur nyenyak
selama bulan Ramadhan. Bayangkan
saja, umumnya pengusaha makanan, akan goncang jika bulan Ramadhan telah datang.
Maklum, selama seharian penuh dipastikan akan libur total. Tentu bisa
dimaklumi, karena dipastikan sejak Subuh hingga Ashar, tidak ada pemasukan. Masalahnya, jika semua kalkulasi-kalkulasi itu
menggunakan akal dan logika manusia, maka Allah juga akan menggunakan kalkulasi
dan logika manusia.
Bukankah ada sebuah hadis qudsi
yang mengatakan:
أَنَا عِنْدَ
ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ
ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي
Saya tergantung kepada
prasangka hambaKu kepadaKu. Saya selalu bersamanya apabila ia selalu
mengingatKu. Apabila ia mengingatKu dalam dirinya, maka Aku akan mengingatnya
dalam diriKu (HR.al-Bukhari No. 7505 dan Muslim No. 6981).
Jika kehadiran Ramadhan itu kita yakini akan membuat
usaha kita rugi dan bangkrut, boleh jadi Allah juga akan memberi kebangkrutan
pada kita. Sebaliknya jika kita ber-husnudzdzan (berbaik sangka) kepada
Allah, bahwa hadirnya Ramadhan tak akan pernah membangkrutkan atau merugikan
usaha kita, boleh jadi pula Allah akan memberi kita rizki dari pintu lainnya.
Dan itulah kenyataannya. Selama Ramadhan, kami dan
seluruh karyawan justru libur penuh dan sibuk beribadah. Bagaimana dengan
karyawan, anak dan istri, bahkan uang untuk THR dan urusan mudik? Bisakah
tercukupi semuanya jika selama Ramadhan tidak buka warung? Justru sebaliknya. Allah telah melipatgandakan semua
rizki saya dan keluarga sebulan sebelum datangnya bulan mulia itu. Biasanya,
beberpa bulan menjelang Ramadhan tiba, saya kuwalahan menerima order. Kami semua tidak tidur
sampai subuh hanya mengurusi order-order atau pesanan Nasi Padang ini. Dan biasanya, semua order mulai
sepi begitu memasuki bulan Ramadhan.
Nah, kala itu, kami biasanya tinggal menghitung uang
untuk bekal Idul Fitri. Entahlah,
semua ini, boleh jadi karena berkah dari anak-anak Yatim. Saat ini, saya hanya
selalu mengucapkan rasa syukur, karena Allah tidak pernah bosan menolong dan
menambah kebutuhan rizkiku. Saya ingat sebuah ayat dalam al-Quran yang mengatakan:
مَن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً
فَيُضَاعِفَهُ لَهُ وَلَهُ أَجْرٌ كَرِيمٌ
“Siapakah yang mau
meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan
(balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.” (QS. Al-Hadid, 11).
Jika pengalaman saya ini bisa diambil sebagai pelajaran,
saya hanya ingin mengatakan satu hal, jangan pernah “berhitung” dengan Allah
Subhanahu Wata’ala, karena toh, selama ini Allah tak pernah berhitung terhadap
nikmatNya yang diberikan kepada
kita.
Akhir kata, tiada yang bisa saya katakana, kecuali
ucapan, “Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir”. (Cukuplah
Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung).
“Ya Allah”, hanya dengan
mengingat kalimat ini saya sering bersyukur dan hati ini senantiasa sejuk. Saya
percaya, semua kesulitan, ketakutan, rizki dan apa yang ada di bumi se-isinya
ini hanya milik Allah. Maka jangan pernah berpaling pada yang lain!. (Kisah nyata
ini diceritakan langsung Abdullah pada hidayatullah.com, di
warungnya di Jakarta Timur).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar