MENGUNGKIT-UNGKIT PEMBERIAN
Oleh
Dr.H.Achmad Zuhdi Dh,M.Fil I
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum Wr Wb!
Ust.Achmad Zuhdi yang dirahmati Allah! Mohon penjelasan mengenai bagaimana hukum orang tua yang suka mengungkit-ungkit pemberian masa lalu yang telah diberikan kepada anaknya sendiri, misalnya: “Kamu bisa sekolah ini karena ibumu; kalau bukan karena ibumu, kamu tidak bisa sekolah, tidak bisa memiliki ini dan itu. Jangan suka bantah dan jangan macam-macam!”. Jika orang tua sampai mengucapkan seperti itu, apakah berarti ia tidak ikhlas? Lalu sebagai seorang anak harus bersikap bagaimana? Bukankah anak harus hormat kepada orang tua? Mohon pencerahannya Ustadz! Atas jawabannya kami sampaikan terima kasih. Jazakallah khairan katsiran! (Farah, Wonoayu-Sidoarjo).
Wassalamu’alaikum Wr. Wb!
Ust.Achmad Zuhdi yang dirahmati Allah! Mohon penjelasan mengenai bagaimana hukum orang tua yang suka mengungkit-ungkit pemberian masa lalu yang telah diberikan kepada anaknya sendiri, misalnya: “Kamu bisa sekolah ini karena ibumu; kalau bukan karena ibumu, kamu tidak bisa sekolah, tidak bisa memiliki ini dan itu. Jangan suka bantah dan jangan macam-macam!”. Jika orang tua sampai mengucapkan seperti itu, apakah berarti ia tidak ikhlas? Lalu sebagai seorang anak harus bersikap bagaimana? Bukankah anak harus hormat kepada orang tua? Mohon pencerahannya Ustadz! Atas jawabannya kami sampaikan terima kasih. Jazakallah khairan katsiran! (Farah, Wonoayu-Sidoarjo).
Wassalamu’alaikum Wr. Wb!
Jawaban:
Bersedekah atau
berinfak di jalan Allah adalah merupakan amal perbutan yang sangat mulia dan
terpuji. Allah berjanji akan memberikan kemudahan demi kemudahan kepada
orang-orang yang suka berinfak, bersedekah atau membantu orang lain. Allah Swt
berfirman:
لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ ۖ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ ۚ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا ۚ سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
“Hendaklah orang
yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan
rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah
berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan(kemudahan) sesudah
kesempitan(kesulitan). (QS. Al-Thalaq, ayat 7).
Ayat
tersebut menegaskan bahwa orang yang suka bersedekah atau berinfak akan mendapatkan
kemudahan-kemudahan dalam segala urusan. Tentu yang dimaksudkan adalah infak
atau pemberian yang dilakukan dengan penuh ketulusan dan semata-mata karena
Allah Swt. Kepada hamba-hambanya yang suka mengeluarkan sedekah (memberi
sedekah), Allah Swt telah memuji dengan firman-Nya:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنًّا وَلَا أَذًى ۙ لَهُمْ
أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang
dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut(mengungkit-ungkit) pemberiannya dan
dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), maka mereka akan memperoleh
pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati (al-Baqarah,
2: 262).
Ayat tersebut menyatakan bahwa mereka yang
tidak mengungkit-ungkit pemberiannya dan tidak menyakiti hati si penerima, maka
Allah akan
memberikan kepadanya pahala. Sebaliknya, jika mereka memberi dengan
mengungkit-ungkit dan menyakiti si penerima, maka Allah akan menghilangkan pahala dari amal perbuatan itu. Allah Swt
memperingatkan:
“Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu menghilangkan(pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang
itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa
hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak
menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir”(al-Baqarah,2:264).
Betapa
ruginya orang yang berinfak atau bersedekah yang diikuti dengan
mengungkit-ungkit sedekahnya. Demikian juga betapa sia-sianya orang yang pernah
memberikan bantuan kepada orang lain, tetapi orang lain tadi merasa tersinggung
dan dipermalukan karena pemberian tadi diungkit-ungkitnya. Orang yang
bersedekah atau memberikan bantuan kepada orang lain seperti ini berarti tidak
tulus, tidak ikhlas, tetapi ada pamrih. Karena itu maka siala-sialah sedekah
dan pemberiannya. Amalan seperti ini tidak akan mendapatkan pahala sama sekali.
Diibaratkan oleh Allah seperti batu licin yang di atasnya ada tanah lalu
tertimpa hujan lebat sehingga batu itu bersih tidak ada lagi tanahnya.
Atas dasar
keterangan tersebut, maka apa yang dilakukan oleh seorang Ibu kepada anaknya
yang mengungkit-ungkit pemberiannya selama dalam asuhannya, maka sikap Ibu
tersebut mestinya tidak dilakukan. Jika Ibu tersebut tidak segera menyadarinya
dan tidak segera bertaubat atas kekeliruannya, maka sia-sialah semua pemberiannya
selama ini.
Sungguhpun sang Ibu
telah bersikap salah, bagi anaknya tetap harus menaruh hormat sebagaimana
mestinya sikap anak kepada kedua orang tuanya. Allah Swt berfirman:
ﻭَﻗَﻀَﻰ ﺭَﺑُّﻚَ ﺃَﻟَّﺎ ﺗَﻌْﺒُﺪُﻭﺍ ﺇِﻟَّﺎ ﺇِﻳَّﺎﻩُ ﻭَﺑِﺎﻟْﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻦِ
ﺇِﺣْﺴَﺎﻧًﺎ ﺇِﻣَّﺎ ﻳَﺒْﻠُﻐَﻦَّ ﻋِﻨْﺪَﻙَ ﺍﻟْﻜِﺒَﺮَ ﺃَﺣَﺪُﻫُﻤَﺎ ﺃَﻭْ ﻛِﻠَﺎﻫُﻤَﺎ ﻓَﻠَﺎ
ﺗَﻘُﻞْ ﻟَﻬُﻤَﺎ ﺃُﻑٍّ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻨْﻬَﺮْﻫُﻤَﺎ ﻭَﻗُﻞْ ﻟَﻬُﻤَﺎ ﻗَﻮْﻟًﺎ ﻛَﺮِﻳﻤًﺎ ﻭَﺍﺧْﻔِﺾْ ﻟَﻬُﻤَﺎ ﺟَﻨَﺎﺡَ ﺍﻟﺬُّﻝِّ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﺔِ ﻭَﻗُﻞْ ﺭَﺏِّ ﺍﺭْﺣَﻤْﻬُﻤَﺎ
ﻛَﻤَﺎ ﺭَﺑَّﻴَﺎﻧِﻲ ﺻَﻐِﻴﺮًﺍ
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu
terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: ”Wahai Tuhanku, sayangilah
keduanya sebagaimana mereka berdua telah menyayangi aku di waktu kecil”(QS.
Al-Isra : 23-24).
Jadi, bila sang Ibu
melakukan kekeliruan dengan mengungkit-ungkit pemberiannya selama ini kepada
anaknya, hendaknya segera bertaubat, selanjutnya berusaha mengikhlaskannya
dengan setulus-tulusnya dan mengharap keridhaan dari Allah Swt. Demikian juga
sang anak hendaknya tetap berusaha menaruh hormat kepada orang tuanya,
lebih-lebih jika keduanya telah usia renta.
Sebagai peringatan
kepada orang yang suka mengungkit-ungkit pemberian dan anak yang durhaka kepada
kedua orang tuanya, berikut ini peringatan dari Nabi Saw: “Tiga orang yang
tidak akan Allah ajak bicara pada hari kiamat, tidak pula Allah melihat kepada
mereka dan juga tidak mensucikan mereka, serta bagi mereka azab yang pedih”. Abu
Hurairah berkata: “Beliau mengulanginya hingga tiga kali”. Abu Dzarr berkata:
“Sungguh merugi, siapakah mereka wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Musbil, yaitu yang melabuhkan pakaiannya melebihi
mata kaki ke bawah (bagi lelaki)), lalu orang yang mengungkit-ungkit
kebaikannya dan orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu”(Hadis
Riwayat Muslim, No. 106).
Dan hadis dari
‘Abdullah bin ‘Umar r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنَّانٌ، وَلَا عَاقٌّ،
وَلَا مُدْمِنُ خَمْر
“Tiga orang yang tidak akan masuk surga, yaitu:
“orang yang mengungkit-ungkit pemberiannya, anak yang durhaka kepada orang
tuanya, dan orang yang terus-menerus minum khamar” (HR. al-Nasa’i, No. 5672,
dan al-Albani menshahihkannya).
Ibu saya selalu mengungkit pemberian beliau dari uang kuliah saya yang lebih mahal dari saudara saya hingga modal saya untuk bekerja. Saat ini saya sebagai pekerja freelance, andaikan saya punya uang lebih saya akan mengembalikan semua uang yang telah dikeluarkan ibu saya untuk saya.Namun fee saya sebagai pekerja freelance pas-pasan. Hal tersebut yang membuat saya tidak betah tinggal di rumah bersama ibu saya, saya ingin kos namun belum mencukupi. Apa yang seharusnya saya lakukan ustad? Terima Kasih. Ra
BalasHapusAssalammualaikum wr wb..pak ustd...apakah dosa seorang orang tua mengungkit ungkit makanan kepda anaknya..karna posisi anakny dlm ke adaan kesulitan ekonomi...hingga anak tersebut terluka hatiny dengan perkataanya..
BalasHapusBagaimana hukumnya anak mengungkit-ungkit kepada orang tua nya yang sudah meninggal dunia .
BalasHapusAssalamualaikum ustadz bagaimana orang tua yg selalu mengungkit-ungkit pemberian nya misalnya sudah banyak uang saya habis dari kuliakanmu sampai kau menikah, sampai" ibu saya sebut saya punya hutang pada nya 50 JT Kerana modal saya menikah ustadz dan akhirnya saya tidak lagi dapat jatah warisan untuk anggap hutang saya lunas, bagaimana hukumnya ustadz ?? Apa yg harus saya lakukan sebagai anak? Mksh
BalasHapusUstad,ibu saya selalu mengungkit segala bentuk pemberiannya dari saya kecil sampai besar. Dia mengungkit2 bahwa tidak ada uang alm ayah saya untuk menghidupi saya sehingga bisa menjadi sarjana. Yang di lakukan itu hanya kepada anak yang bersama ayah saya, sedangkan kepada anak suaminya pertama tidak ustad. Sikap seperti apa yang harus saya tunjukan? Sedangkan rasa sakit hati dan malu di ungkit2 itu tetap ada
BalasHapusAssalamualaikum
BalasHapussaya mampu menahan panas,dingin,sakit dan sering hampir mati..
tapi satu yg tak mampu saya tahan adalah kesedihan.
dan saya bingung,dan disisi lain saya tidak ingin menjadi sosok yang durhaka.
kaka kaka semua yg serhormat.boleh saya bertanya??
BalasHapussaya tinggal bersama ayah tiri.karna ayah kandung saya sudah meninggal.ibu saya menikah lg sejak saya duduk di bangku 5 sd.usia saya sekarang 20thn.saat itu saya melakukan kesalahan dengan sedikit bercerita ttg keluhkesah saya ke sodara saya.ternyata saudara saya mengadukannya ke ayah tiri saya.
kemudian beliau marah dan mengungkit ungkit hasil pemberiaanya selama ini.hati saya sakit ka.
tp saya juga menyadari kesalahan saya
Samma saya jga sprti it ...
Hapuskaka kaka semua yg serhormat.boleh saya bertanya??
BalasHapussaya tinggal bersama ayah tiri.karna ayah kandung saya sudah meninggal.ibu saya menikah lg sejak saya duduk di bangku 5 sd.usia saya sekarang 20thn.saat itu saya melakukan kesalahan dengan sedikit bercerita ttg keluhkesah saya ke sodara saya.ternyata saudara saya mengadukannya ke ayah tiri saya.
kemudian beliau marah dan mengungkit ungkit hasil pemberiaanya selama ini.hati saya sakit ka.
tp saya juga menyadari kesalahan saya
Assalamualaikum Ustadz Saya mau bertanya orangtua saya selau menfungkit ungkit biaya membesarkan saya dan setelah menikah mereka memaksa saya untuk segera mempunyai rumah sedangkan kemampuan saya dan suami terbatas lalu mereka tidak segan segan bertindak kasar kepada diri saya yang menyebabkan saya menjauh dari mereka saya juga selalu dibanding bandingkan dengan saudara saya yang tidak jauh baik perilakunya daripada saya
BalasHapusAssalamualaikum ustadz bagaimana hukum nya seorang orang tua yg slalu memaksa memberi barang atau pun uang ke saya tapi setelah itu mengungkit nya kembali, bahkan pemberian dan biaya pengasuhan pun di ungkit dari saya baru lahir smpai skrng.. saya blm punya rumah sendiri karena saya baru saja menikah 1.5 tahun dan keadaan saya pun hamil 8 bulan suami kerja merantau untuk keperluan lahiran semua hanya lari ke keperluan lahiran, ortu saya ngungkit ngungkit kalo sya numpang makan disini.. jadi seenak nya menghina saya sama suami saya bhkn setiap mereka menghina suami, kalau saya bela suami, ibu saya marah marah katanya sudah tidak ada harganya di mata anak, sedangkan setiap saya mendidik adek saya untuk bantu bantu beres beres karena hari hari hanya tiduran dan main hape pdhl umurnya sudah skrng sudah remaja, ibu saya slalu bela adek sya.. dengan dalih nanti adek sya nikah dapat orang kaya gak ush bersih bersih nyewa pembantu juga bisa.. gak Kya kamu udah kita miskin dapet orang miskin pula, mkan masih numpang orang tua.. gaya nya kaya udh nyukupin diri sendiri. Smpe beberapa hari saya gak makan cuma makan biskuit hamil dari posyandu sama minum karena takut ngabis ngabisin beras orang tua
BalasHapusAssalamualaikum wr wb
BalasHapusUstadz perkenalkan saya anak perempuan pertama yg dari kecil sudah mendapatkan asupan omongan" yg menurut saya itu membuat hati saya terluka dari pekataan orang tua saya sendiri dan bahkan beliau selalu mengungkit jasa apa yg sudah mereka beri, harta apa yg sudah mereka beri, disamping itu mereka juga sering membandingkan saya dengan yg lain dengan nada bicara yg selalu tinggi. Sering juga berburuk sangka kepada saya yg dikata gapernah shalat, ga pernah ibadah,jujur disitu hati saya merasa sakit orang tua bilang seperti itu dan sekarang menginjak usia dewasa saya mempunyai adik, disaat itu juga orang tua saya selalu pilih kasih. Saya ga tau harus cerita kesiapa dan saya ga tau harus cari solusi bagaimana yg jelas dari kecil saya sudah mendapatkan perilaku yg seperti itu:)
Assalamualaikum Ustad.Ustad saya mau tanya. Saya di kasih ortu warisan kos²an yg lumayan Alhamdulillah tp semnjak covid banyak yg keluar kos²an sepi saya dan suami merenovnya supaya lebih bagus dan byk yg minat untuk biaya renov pakai uang suami semuanya. Dan Alhamdulillah bln ini full lagi yg kos nah dg kos²an full itu uang dari penghasilan kos saya pegang tp suami sdh tdk memberikan bulanan nafkah dan apapun buat belanja dan saya di suruh juga bayar tagihan² dengan pengasilan kos dan ungkit krn uangnya kepakai renov menurut ustad gimana ya
BalasHapus