BAKTI ORANGTUA
DENGAN MENCINTAI AL-QUR’AN
Oleh
Dr.H.Achamad Zuhdi Dh, M.Fil I
Nabi Saw bersabda:
مَنْ
قَرَأَ الْقُرْآنَ وَعَمِلَ بِمَا فِيهِ أُلْبِسَ وَالِدَاهُ تَاجًا يَوْمَ
الْقِيَامَةِ ضَوْءُهُ أَحْسَنُ مِنْ ضَوْءِ الشَّمْسِ فِي بُيُوتِ الدُّنْيَا
لَوْ كَانَتْ فِيكُمْ فَمَا ظَنُّكُمْ بِالَّذِي عَمِلَ بِهَذَا؟ فَيَقُوْلاَنِ: بِمَ
أَعْطَيْناَ هَذَا؟ فَيُقَالُ: بِأَخْذِ وَلَدِ كُمَا لِلْقُرآن. (رواه أبو داود
وأحمد والحاكم في المستدرك وقال: صحيح
الإسناد ولم يخرجاه)
Artinya: “Barangsiapa membaca Al-Qur`an dan
mengamalkannya, maka -pada hari kiamat- akan dipakaikan kepada kedua orang
tuanya sebuah mahkota yang berkilau, yang sinarnya lebih baik dari sinar
mentari di rumah-rumah dunia, maka bagaimana menurutmu terhadap orang yang
mengamalkannya? Kedua orangtuanya berkata: “Mengapa kami diberi mahkota ini?
Maka dikatakan: “Karena anakmu mengambil (membaca dan mengamalkan) Al-Qur`an”.
(HR. Abu Dawud No.1456; Ahmad No. 15218; al-Hakim No. 2086. Kata al-Hakim sanad
hadis ini shahih, dan tidak diriwayatkan oleh al- Bukhari dan Mislim).
Hadis
tersebut menjelaskan betapa mulianya orang-orang yang gemar membaca al-Qur’an
dan berusaha mengamalkannya. Dan betapa beruntungnya orang tua yang berhasil mendidik
anak-anaknya hingga mencintai, membaca, dan mengamalkan al-Qur’an. Bagi orangtua yang memiliki anak-anak yang gemar membaca
al-Qur’an dan mengamalkannya, maka pada hari kiamat kedua orang tuanya akan
dipakaikan mahkota yang berkilauan sebagai penghormatan kepada mereka.
Dalam
kenyataannya, dewasa ini banyak orang tua yang merasa bangga jika anak-anaknya dapat
nilai tinggi untuk mata pelajaran matematika, namun mereka tidak pernah merasa
resah-gelisah walaupun nilai agamanya rendah. Mereka rela habis uang banyak
untuk membayar kursus bahasa Inggris bagi anak-anaknya. Sementara keberatan
jika dipungut biaya -walaupun sedikit- untuk infak ngaji di TPQ.
Allah
memperingatkan mereka yang tidak mengindahkan ajaranNya dengan firmanNya: “Dan
barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan
mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.”Dia berkata: "Ya
Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku
dapat melihat?". Dia (Allah) berfirman, "Demikianlah, dahulu telah
datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula)
pada hari ini kamu diabaikan”. Dan demikianlah Kami membalas orang yang
melampaui batas dan tidak percaya kepada
ayat-ayat Tuhannya. Sungguh, azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal (QS.Thaha,
124-127).
Berikut
ini ada kisah nyata yang sangat mengharukan terkait dengan cinta kepada
al-Qur’an dan banyak orang yang tak sanggup menahan air matanya saat membaca
kisah yang pernah ditulis dalam aryginanjar.com. Berikut ini kisahnya:
Seorang anak berumur 10 tahun namanya Umar. Ia
adalah anak pengusaha sukses yang kaya raya. Oleh ayahnya, si Umar di
sekolahkan di SD Internasional paling bergengsi di Jakarta. Tentu bisa ditebak,
bayarannya sangat mahal. Tapi, bagi si pengusaha, tentu bukan masalah. Maklum,
uangnya berlimpah. Si ayah berfikir kalau anaknya harus mendapat bekal
pendidikan terbaik di semua jenjang agar anaknya kelak menjadi orang yg sukses
mengikuti jejaknya.
Suatu hari isterinya memberi tahu kalau Sabtu
depan si ayah diundang menghadiri acara “Father’s Day” di sekolah Umar. “Waduh,
saya sibuk ma, kamu saja deh yang datang! Begitu ucap si ayah kepada isterinya.
Bagi sang ayah, acara beginian sangat nggak penting dibanding dengan urusan
bisnis besarnya. Tapi kali ini isterinya marah dan mengancam, sebab sudah
kesekian kalinya si ayah nggak pernah mau datang ke acara anaknya. Sang mama
malu karena anaknya selalu didampingi mamanya, sedangkan anak-anak yang lain
selalu didampingi ayahnya. Karena diancam isterinya, akhirnya si ayah mau hadir
meski dengan agak ogah-ogahan.
“Father’s Day” adalah acara yang dikemas
khusus di mana anak-anak saling unjuk kemampuan di depan ayah-ayahnya. Karena
ayah si Umar ogah-ogahan maka ia memilih duduk di kursi paling belakang. Sementara
para ayah yg lain (terutama yg muda-muda) berebut duduk di depan agar bisa
menyemangati anak-anaknya yg akan tampil di panggung.
Acara pun dimulai. Satu persatu anak-anak
menampilkan bakat dan kebolehannya masing-masing. Ada yang menyanyi, menari, membaca
puisi, pantomime, ada pula yang pamerkan lukisannya, dan lain-lain. Semua
mendapat applause, sambutan meriah, dan gegap gempita dari ayah-ayah
mereka.
Tibalah giliran si Umar dipanggil gurunya
untuk menampilkan kebolehannya. “Miss, bolehkah saya panggil pak Arief ?” Tanya
si Umar kepada Miss MC. Pak Arief adalah guru mengaji untuk kegiatan ekstra
kurikuler di sekolah itu. “Oh boleh…!” Begitu
jawab Miss MC, dan pak Ariefpun dipanggil ke panggung. “Pak Arief, tolong bapak
bukakan Kitab Suci Al Qur’an Surat 78 (An-Naba’)”, begitu Umar minta kepada guru ngajinya. “Tentu
saja boleh nak..!” Jawab pak Arief..! “Tolong bapak perhatikan apakah bacaan
saya ada yang salah..!” Lalu si Umar mulai melantunkan QS An-Naba’ tanpa
melihat mushafnya (hapalan). Saat itu Umar membacanya dengan lantunan irama yang
mirip dengan bacaan “Syaikh Sudais” (Imam Besar Masjidil Haram).
Semua hadirin diam terpukau mendengarkan
bacaan si Umar yg mendayu-dayu, termasuk
ayah si Umar yg duduk di belakang. “Stop..! Kamu telah selesai membaca ayat 1
s/d 5 dengan sempurna, sekarang coba kamu baca ayat 9..!” Begitu kata pak Arief
yg tiba-tiba memotong bacaan Umar. Lalu Umarpun membaca ayat 9…” Stop..! coba
sekarang baca ayat 21.., lalu ayat 33..,” Setelah Umar usai membacanya, lalu
kata pak Arief: “Sekarang kamu baca ayat 40 (ayat terakhir)!” Si Umarpun membaca ayat ke 40 tersebut
sampai selesai”. “Subhanallah…! Kamu
hafal Surat An-Naba’ dengan sempurna nak…!”, begitu teriak pak Arief sambil merangkul
dan mengucurkan air matanya. Dan, para hadirin yg muslimpun tak kuasa menahan
airmatanya…karena terharu, ada anak seusia 10 tahun sudah mahir membaca
al-Qur’an dengan begitu indah.
Lalu pak Arief bertanya kepada Umar. ”Kenapa
kamu memilih menghafal Al-Qur’an dan membacakannya di acara ini nak, sementara
teman-temanmu unjuk kebolehan yang lain..?” Begitu tanya pak Arief penasaran…!
Pertanyaan ini juga mungkin menjadi pertanyaan banyak ayah yang hadir pada
acara tersebut. Mereka pun ingin tahu apa yang memotivasi Umar hingga
penampilannya berbeda dengan teman-teman yang lain. Pada suasana yang khidmad
itu, Umar mengatakan: “Begini pak guru…! Dulu, waktu saya malas mengaji dalam
mengikuti pelajaran bapak..bapak pernah menegur saya sambil menyampaikan sabda
Rasulullah SAW: “Barangsiapa membaca Al-Qur`an dan mengamalkannya, maka -pada
hari kiamat- akan dipakaikan kepada kedua orang tuanya sebuah mahkota yang
berkilau, yang sinarnya lebih baik dari sinar mentari di rumah-rumah dunia,
maka bagaimana menurutmu terhadap orang yang mengamalkannya? Kedua orangtuanya
berkata: “Mengapa kami diberi mahkota ini? Maka dikatakan: “Karena anakmu
mengambil (membaca dan mengamalkannya) Al-Qur`an”. (Hadis ini diriwayatkan oleh
Abu Dawud, Ahmad, dan al-Hakim. Kata al-Hakim sanad hadis ini shahih, dan tidak
diriwayatkan oleh al- Bukhari dan Mislim).
Umar melanjutkan kata-katanya: “Pak guru, saya
ingin mempersembahkan “mahkota yang berkilauan” kepada ibu dan ayah saya di
hadapan Allah di akherat kelak. Sebagai seorang anak, saya ingin berbakti kepada
kedua orangtua saya.”
Saat itu, semua orang terkesima dan tidak
sanggup membendung air matanya, terharu mendengar ucapan seorang anak yang
masih berumur 10 tahun tersebut. Di tengah suasana hening tersebut, tiba-tiba
terdengar teriakan “Allahu Akbar!” dari seseorang yang lari dari belakang
menuju ke panggung…. Ternyata dia adalah ayah si Umar yang dengan tergopoh-gopoh
langsung memeluk sang anak..lalu mengatakan: ”Ampuun nak.. maafkan ayah yang selama ini
tidak pernah memperhatikanmu..tidak pernah mendidikmu dengan ilmu
agama..apalagi mengajarimu mengaji…” Sang ayah pun tidak sanggup membendung air
matanya, menangis di kaki anaknya…”. Ayah menginginkan agar kamu sukses di
dunia nak…ternyata kamu malah memikirkan “kemuliaan ayah” di akherat kelak. Ayah malu nak!" Ujar sang ayah sambil menangis
tersedu-sedu…!
Suasana hadirin pun pecah dengan derai airmata
dan isak tangis yang tak tertahankan. Subhanallah…….! Berapa banyak orang tua
yang seperti dia. Lebih mementingkan dunia daripada akhirat. Lebih mementingkan
kursus matematika daripada kursus al-Qur’an.
Semoga kisah nyata ini dapat menginspirasi dan
memberikan pencerahan. Dan semoga Allah menyadarkan kita sebagai orang tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar