JEJAK PERADABAN
ISLAM
DI
YORDANIA
Oleh:
Dr.H.Achmad Zuhdi Dh,M.Fil.I
Muqaddimah
Yordania (Bahasa Arab: اَلأُرْدُن, Al-'Urdun), resminya Kerajaan
Ha>shimi>yah Yordania (Bahasa Arab: اَلمَمْلَكَة
اَلأُرْدُنِيَّة اَلهَاشِمِيَّة), Al-Mamlakah al-Urduni>yah
al-Ha>shimi>yah) adalah sebuah kerajaan di Tepi Barat Sungai Yordan.
Negara ini berbatasan dengan Arab Saudi di timur dan tenggara, Irak di
timur-laut, Suriah di utara dan Tepi Barat dan Israel di barat, berbagi
kekuasaan atas Laut Mati. Satu-satunya pelabuhan Yordania adalah di ujung
barat-daya, di Teluk Aqaba[1], yang sebagiannya juga dikuasai
oleh Israel, Mesir, dan Arab Saudi. Lebih dari separuh Yordania diliputi oleh
Gurun Arab. Tetapi, bagian barat Yordania berupa hutan dan lahan layak tanam.
Yordania adalah bagian dari Bulan Sabit Subur. Ibu kota dan pusat
pemerintahannya adalah Amman.[2]
Penulis bersama Osama dari Yordan
Luas wilayahnya mencapai 92.300 km2
(luas tepian timur sungai Yordania), 91.971 terdiri dari daratan dan 329 area
perairan. jumlah penduduknya berdasarkan data statistik tahun 1998 M mencapai
4.600.000 jiwa, dengan mayoritas pemeluk Islam sunni (92 %), dan selebihnya
penganut agama Nasrani 6 %.[3] Dalam
laporan Badan Statistik terbaru yang dikeluarkan pemerintah Yordania mencatat
bahwa ada sekitar 9,9 juta warga dan sekitar 14% di antaranya merupakan
penduduk Suriah yang mendiami seluruh wilayah Jordan[4].
Yordania didirikan pada tahun 1921, dan diakui oleh
Liga Bangsa-Bangsa sebagai sebuah negara di bawah mandat Britania pada tahun
1922 yang dikenal sebagai Emirat Transyordania. Pada tahun 1946, Yordan bergabung dengan Perserikatan
Bangsa-Bangsa sebagai negara merdeka yang secara resmi dikenal sebagai Kerajaan
Ha>shimi>yah Yordania.[5]
Jejak-Jejak Peradaban Islam di Yordania
Masjid al-Husayni
Tempat-tempat bersejarah
yang merupakan peninggalan peradaban Islam di Amman-Yordania mudah
ditemukan. Di antaranya Masjid
Al-Husayni yang terletak di
jantung kota Amman, berdekatan dengan Pasar Al Ballad. Masjid ini pada mulanya dibangun
pada masa kejayaan Khalifah
Umar bin Al Khattab Ra, tahun 640 Masehi, dan
ini merupakan masjid tertua di Amman. Nama masjid ini dinisbahkan kepada al-Shari>f
al-Husayn bin Ali[6].
Masjid ini pernah runtuh, namun tahun 1923/1924 M
dibangun kembali oleh raja Abdullah pertama yang berkuasa waktu itu, dengan
tetap mempertahankan sentuhan arsitektur gaya Turki, yang terlihat hampir di
setiap sudut bangunan masjid. Meski telah berusia
ratusan tahun, namun masjid ini masih terpelihara baik. Setiap Jumat tiba, penduduk
Amman yang tinggal di sekitar masjid, melaksanakan sholat jama’ah dengan
khusyuk.
Masjid al-Husayn ini panjangnya 58,5 meter dan lebarnya
12,5 meter. Memiliki dua menara, masing-masing tingginya 70 m yang sebelah
kanan dan 35 m yang sebelah kiri[7].
Laut Mati
Tempat lain yang mengesankan, tak jauh dari Ibukota
Amman, adalah al-bah}r al-mayyit
atau laut mati. Al-bah}r al-mayyit
juga disebut dengan bah}i>rah Lu>t} bah}r Lu>t[8]. Laut mati ini merupakan
tempat terendah dipermukaan bumi, terletak 408
meter di bawah
permukaan laut[9].
Menginjakkan kaki di tempat ini, akan terasa sentuhan Islam melalui kisah
perjuangan di masa Nabi Luth Alaihissalam. Menjadi tanda peringatan akan
kekejian perilaku kaum Nabi Luth, yang memuja dewa-dewa dan berperilaku
menyimpang, saling mencintai sesama jenis.
Ketika Nabi Luth menyuruh mereka meninggalkan
perilaku maksiat dan menyampaikan perintah Allah, mereka ingkar, dan menolaknya
sebagai seorang Nabi dan melanjutkan perilaku menyimpang mereka. Sebagai
balasannya, mereka dihancurkan dengan bencana yang sangat mengenaskan.
Ketika membaca Perjanjian Lama, kitab suci
umat Nasrani dan Yahudi, akan kita ketahui bahwa hal ini dilukiskan dengan
istilah yang sama sebagaimana dalam Al Qur’an. Menurut Perjanjian Lama[10], tempat tinggal kaum berperilaku menyimpang ini adalah kota Sodom.
Temuan purbakala hasil penggalian mengungkapkan, kota tersebut dibangun dekat
Laut Mati, di sepanjang perbatasan Israel dan Yordania. Para arkeolog yang
bekerja di wilayah tersebut menemukan bukti telah tejadinya bencana mengerikan.
Kerusakan parah pada rangka manusia yang berhasil digali menandakan telah
terjadinya gempa bumi dahsyat.
Al Qur’an surat Hud ayat 82-83, mengungkapkan
bahwa malaikat datang kepada Nabi Luth dan memperingatkan hal ini di malam
sebelum terjadinya bencana:
Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang pun di antara kamu yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?" Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah, dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi; yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim[11].
Semua
penduduk Kota Sadu>m (Sodom) dan ‘Amu>ra/ Gomorrah (سدوم و عمورة او جمورة او كمورة), termasuk istri Nabi Luth[12], terkubur di dasar bumi[13]. Bekas tanah yang
dibalik Allah itulah, yang sekarang menjadi laut mati (al-bah}r al-mayyit).
Itulah peninggalan Kota Sadu>m dan A<mu>ra, yang masih
bisa dilihat sampai sekarang. Kini, sebagian
kota tersebut menjadi wilayah Palestina dan sebagian
lain menjadi wilayah
Yordania.[14]
Makam Nabi Shu’ayb
Sekitar setengah jam berkendaraan ke arah barat
laut Kota Amman, atau ke wilayah Salt, akan dijumpai makam Nabi Shu‘ayb AS. Syu'aib (bahasa
Arab: شعيب; Shu’ayb,) (sekitar 1600 SM - 1500 SM) adalah seorang nabi yang
diutus kepada kaum Madyan dan Aikah. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun
1550 SM. Namanya disebutkan sebanyak 11 kali di dalam Al-Qur'an dan ia wafat di
Madyan.
Makam ini pernah mengalami renovasi dan kini
terletak di dalam sebuah area masjid.
Alkisah, Nabi Shu~``‘ayb AS, berdakwah kepada
kaumnya di Negeri Madyan atau sekarang wilayah selatan Palestina. Kaum Madyan adalah
penyembah berhala dan alam seperti pohon-pohon dan hutan. Penduduk Madyan
akhirnya musnah disambar petir, karena
pengingkarannya terhadap dakwah Nabi Syu’ayb, kecuali
Nabi Shu‘ayb dan seluruh
pengikutnya.[15]
Demikianlah, Allah Swt mengirimkan kepada
mereka berbagai bentuk adzab dan musibah karena sifat dan perbuatan mereka yang
buruk. Allah timpakan kepada mereka gempa bumi sebagai balasan karena mereka
mengancam akan mengusir Nabi Syu’ayb dan para pengikutnya (QS. Al A’raaf: 91).
Dia juga menimpakan suara yang mengguntur sebagai balasan atas olok-olokkan
mereka kepada Nabi mereka (QS. Huud: 87). Dan Dia juga menimpakan kepada mereka
naungan awan yang daripadanya keluar bunga api sebagai jawaban atas permintaan
mereka untuk ditimpakan adzab berupa gumpalan dari langit (QS. Asy Syu’aaraa':
187-188).
Allah menyelamatkan Nabi Syu’ayb As dan orang-orang
yang beriman bersamanya, Dia berfirman:
“
Dan ketika datang adzab Kami, Kami selamatkan Syu’ayb dan orang-orang
yang beriman bersamanya dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim
dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati
bergelimpangan di rumahnya. Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat
itu. Ingatlah, kebinasaanlah bagi penduduk Madyan sebagaimana kaum Tsamud telah
binasa.”[16]
Gua Ashab al-Kahfi
Ashab
al-Kahfi adalah para pemuda yang diberi taufik dan ilham oleh
Allah Swt. sehingga mereka beriman dan mengenal Rabb mereka. Mereka mengingkari keyakinan yang dianut oleh masyarakat
mereka yang menyembah berhala. Mereka hidup di tengah-tengah bangsanya dan tidak menampakkan keimanan mereka ketika berkumpul sesama mereka,
sekaligus karena khawatir akan gangguan masyarakatnya.
Mereka adalah terdiri dari tujuh pemuda dan seekor anjing yang mendapat
petunjuk dan beriman kepada Allah tertidur lelap dalam gua selama 309 tahun.
Mereka melarikan diri dari kekejaman raja Dikyanus. Selengkapnya dapat dibaca
dalam al-Qur’an surat al-Kahfi. Dalam al-Qur’an disebutkan kisah sebagai
berikut:
Atau
kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim
itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan kami yang mengherankan?
(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam
gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami
dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami
(ini)."Maka kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu.
Kemudian kami bangunkan mereka, agar kami mengetahui manakah di antara kedua
golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal
(dalam gua itu).[17]
Goa ini sekarang populer dengan nama gua As}h}a>b
al-Kahfi. Lokasi gua ini terdapat di Yordania di perkampungan Al-Rajib atau
dalam Al-Quran di sebut Al-Raqim, yang berjarak 1.5 km dari kota Abu A’landa
dekat kota Amman- Yordania. Info terakhir yang didapatkan bahwa Raja Abdullah
ke 2 (Raja Yordania) telah meresmikan untuk mendirikan di muka gua Ashhabul
Kahfi masjid dan ma’had yang diberi nama “Masjid Gua Ahlul Kahfi” dan Ma’had
Da’wah dan Dai’[19].
Jabal (Gunung) Nebo dan Musa
Pengkaji Barat menduga bahwa sejarah Jordan
bermula di Bukit Nebo (Mount Nebo). Bukit Nebo ini terletak dekat Madaba dan diyakini sebagai tempat di mana
Musa[20]
dikebumikan. Dari atas Mount Nebo, pengunjung dapat menikmati pemandangan
Lembah Jordan, Laut Mati dan juga Jerusalem serta Bayt al-Lahm. Pada 393 M sebuah
gereja telah didirikan.
Pada abad ke-7 M, bukit ini menjadi
tempat perkumpulan bagi para haji yang datang dari jauh. Memorial dari gangsa
berbentuk ular yang meliliti palang Salib dibuat oleh Gian–Paolo Fantoni of Florence.
Ular yang ditunjukkan adalah simbolik kepada ular yang konon ditemukan di padang pasir dan
dipelihara Musa dan begitu juga dengan penyaliban Isa yang bertujuan untuk
menebus dosa umatnya.
Kawasan ini
pernah melalui zaman kerajaan Mesir, Syria, Babylon, Parsi, Macedonia, Rom,
Bizantium, Arab, Mamluk dan Turki. Menjadi perhatian Kubilai Khan cucu Genghis
Khan dari Mongol, juga diminati
oleh Napoleon Bonaparte dan Adolf Hitler. Merupakan persingahan alternatif perdagangan
sutera, rempah
dan lain- lain ke Mediterranian selain dari Laut Merah.[21]
Petra
Petra adalah sebuah tempat yang mengagumkan di mana
gunung-gunung yang tandus dipahat dan dijadikan bangunan-bangunan luar
biasa. Bebatuan besar digali dan diukir dengan kerumitan tertinggi, membuat
kita sangat sulit membayangkan bagaimana orang zaman dahulu bisa membangunnya.
Petra juga terkenal dengan sistem pengairannya yang canggih. Di tempat ini ada
teater yang bisa menampung 4.000 orang.
Keahlian orang Petra tersebut telah digambarkan oleh
Allah dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu
pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat
bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan
kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat
Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan[22].
Sayyid T{ant}a>wi> dalam al-Tafsi>r
al-Wasi>t}{,[24] mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “memberikan tempat
bagimu bumi” pada ayat tersebut adalah tempat atau wilayah antara Hijaz (Arab
Saudi) dan Sha>m (Syiria), dalam hal ini adalah wilayah Yordania. Dalam
kisah para nabi, pengikut Nabi Musa yang baru saja selamat dari kejaran Firaun,
akhirnya tiba di Petra. Di tempat ini, Nabi
Musa mendapat perintah Allah untuk memukulkan tongkatnya ke sebuah batu. Dari
batu itu memancarlah 12 mata air, untuk dimanfaatkan rombongan pengikut Nabi
Musa yang kehausan setelah menempuh perjalanan panjang.[25]
Abad ke satu sebelum masehi Suku Nabatean menjadi
saudagar yang sukses, penduduknya sudah mencapai 30.000 orang. Kerajaannya yang
semakin kuat membuat mereka menguasai sampai Damaskus di utara dan Laut
Mati di selatan. Abab ke 1 masehi bangsa Romawi datang dan menguasai
tempat ini. Kedatangan mereka serta merta membuat pengaruh dari gaya arsitektur
kota Petra termasuk membuat gereja di dalamnya. Abad ke-7 Masehi, Islam hadir, dan pada
abad ke-14, makam Nabi Harun di Jabal Harun menjadi tempat keramat dari umat
Islam, selain kaum Yahudi dan Kristiani. Saat berusia 10 tahun, Nabi Muhammad
pernah berkunjung ke gunung ini bersama pamannya. Setelah Perang Salib di abad
ke-12, Petra sempat menjadi 'kota yang hilang' selama lebih dari 500 tahun
(lost city). Hanya penduduk lokal (suku Badui) di wilayah Arab yang
mengenalnya.[26]
Pohon Sahabi
Pohon Sahabi yang menjadi saksi bisu pertemuan
Nabi Muhammad SAW dengan Biarawan Kristen bernama Bahira (arab: Buhaira). Telah
ditemukan kembali oleh Pangeran Ghazi bin Muhammad dan otoritas pemerintah
Yordania. ketika memeriksa arsip negara di Royal Archives.
Mereka menemukan referensi
dari teks-teks kuno yang menyebutkan bahwa Pohon Sahabi Berada di wilayah
padang pasir di utara Yordania. Setelah 1400 tahun berlalu, pohon
ini ditemukan masih hidup dan tetap tumbuh kokoh di tengah ganasnya gurun
Yordania.
Bersama beberapa ulama terkenal
termasuk Syekh Ahmad Hassoun, Mufti Besar Suriah, Pangeran Ghazi mengadakan
pengamatan dan ternyata benar bahwa pohon tua itulah yang disebutkan dalam
catatan biarawan Bahira.[27]
Kini Pohon tersebut dilestarikan
oleh pemerintah Yordania dan dipantau secara rutin keberadaannya. Keberadaan
pohon ini memang cukup unik dan dinilai tidak cocok tumbuh dilingkungan
sekitarnya. Pasalnya lingkungan sekitar pohon itu, merupakan tanah
kering dan sangat gersang, sementara pohon Sahabi menjadi satu-satunya pohon
yang tumbuh subur dengan daun yang rimbun.
Kondisi ini menentang kegersangan
dan ketiadaan warna dari lingkungan di sekitar pohon. Meskipun kekuatan
matahari ditengah gurun sangat terik, namun akan terasa teduh ketika berada di
bawah pohon ini.
Tiga manuskrip kuno yang ditulis
oleh Ibn Hisham[28], Ibn Sa'd al-Baghdadi[29], dan Muhammad Ibn Jarir
al-Tabari[30] menceritakan tentang kisah
Bahira yang bertemu dengan bocah kecil, calon Rasul terakhir.
Saat itu Muhammad baru berusia 9
atau 12 tahun. Ia menyertai pamannya Abu Thalib dalam perjalanan untuk
berdagang ke Sha>m (Suriah). Pada suatu hari, Biarawan Bahira mendapat
firasat, kalau ia akan bertemu dengan sang nabi terakhir. Tiba tiba ia melihat
rombongan kafilah pedagang Arab, dan melihat pemuda kecil yang memiliki
ciri-ciri sesuai yang digambarkan dalam kitabnya.
Kemudian Bahira mengundang
kafilah tersebut dalam sebuah perjamuan. Semua anggota kafilah
menghadiri kecuali anak yang Ia tunggu-tunggu. Ternyata. Muhammad kecil sedang
menunggu di bawah pohon untuk menjaga unta-unta.
Bahira keluar mencarinya dan ia
sangat takjub menyaksikan daun-daun pohon Sahabi merunduk melindungi sang
pemuda dari terik Matahari. Dan segumpal awan pun ikut memayungi ke manapun ia
pergi. Bahira pun meminta agar bocah kecil tersebut diajak serta berteduh
dan bersantap dalam perjamuan.
Dia pun segera meneliti dan
menanyai pemuda kecil ini dan menyimpulkan bahwa Dia adalah utusan terakhir
yang dijelaskan dalam Alkitab. Bahira pun meyakinkan paman anak itu yakni
Abu Thalib untuk kembali ke Makkah, karena orang-orang Yahudi tengah mencari
Muhammad SAW kecil untuk membunuhnya.[31]
Setelah berselang 1400 tahun
kemudian, pohon yang pernah meneduhi Muhammad itu masih berdiri tegak, menjadi
satu-satunya pohon yang berhasil hidup di tengah padang pasir gersang, menjadi
saksi sejarah tentang kenabian Muhammad saw.
Pohon ini secara ajaib diawetkan
oleh Allah untuk waktu yang panjang. Dan kini siapapun masih bisa menyentuh dan
berlindung di bawah cabangnya yang senantiasa rimbun[32].
Inilah pohon
yang memahami cinta buat Nabinya Muhammad SAW, sebuah pohon yang
diberkahi.Sampai sekarang pohon ini masih hidup di Yordania. Sebab itu ia
dijuluki “The only living S{ah}abi” atau “satu-satunya ‘sahabat’ Nabi
yang masih hidup”.[33]
[1] Teluk Aqabah
adalah pelabuhan yang sangat ramai, dipadati oleh kapal-kapal yang berlabuh dan
di sekitar pantai dipenuhi oleh berbagai taman dan perhotelan. Al-Ma‘a>lim
al-Jughra>fi>yah al-Wa>ridah Fi> al-Si>rah al-Nabawi>yah,
Vol. I, 30.
[2]
http://id.wikipedia.org/wiki/Yordania.
[3] Jennifer
Mars, Jordan A Glorious Country (Amman: Promo Skills, 2012), 54. Dedi
Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 281.
[4] http://www.eramuslim.com (14 Rabi’
al-Akhir 1436 H/3 Pebruari 2015 M)
[5] Baca
“al-Urdun” dalam al-Mawsu>‘ah al-‘Arabi>yah al-‘A<lami>yah,
21.
[6]
Shari>f H{usayn bin
Ali> (1856-1931)
ialah Gubernur Makkah yang diangkat pada 1908 dan Raja Hijaz antara 1916-1924.
Ia memberontak terhadap kekhalafahan Turki Usmani pada Juni 1916 dikarenakan administrasi Turki
Utsmani yang semakin nasionalis karena pengaruh gerakan revolusi Turki Muda. Ibnu Saud menyerang
dan mengalahkannya pada 1924,
sehingga Syarif Husain harus turun tahta Hijaz dan memilih Siprus sebagai tempat tinggalnya sejak
itu. Syarif Husayn meninggal
di Amman, Yordania. Keturunan dari Syarif Husain ini yang
kemudian memegang kekuasaan di Yordania sampai
sekarang dan Iraq pada masa kerajaan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Syarif_Husain.
[8] Sira>j
al-Di>n Ibn al-Wardi>, ‘Aja>ib al-Bulda>n min Khila>l
Makht}u>t} Khari>dat al-‘Aja>ib Wa Fari>dat al-Ghara>ib, I/
68.
[9] Mars, Jordan
A Glorious Country, 54.
[11] QS.11
(Hu>d), 82-83.
[12] Muh}ammad
Abu> Jari>r al-T{abari>, Ta>ri>kh al-Umam Wa al-Rusul Wa
al-Muluk, Vol. I (Bayru>t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah, 1407 H),
182-183.
[13] Muh}ammad
bin ‘Abd al-Mun‘im al-H{imayri>, al-Rawd}
al-Mu‘at}t}a>r Fi> Khayr al-Aqt}a>r, Vol. I (Bayru>t:
Mu’assasah Na>s}ir Li al-Thaqa>fah, 1980), 308.
[15] Ibn
al-Athi>r, al-Ka>mil Fi> al-Ta>ri>kh, Vol.I (Bayru>t:
Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah, 1415 H), 119-120.
[16] QS. 11
(Hud), 94-95.
[17] Al-Qur’an,
18 (al-Kahfi), 9-12.
[18] Al-Qur’an, 18 (al-Kahfi), 25.
[19]
http://madufm-campurdarat.blogspot.com/2009/01/foto-gua-ashhabul-kahfi.html
[20] Musa (bahasa Ibrani:
מֹשֶׁה, Standar Mošé
Tiberias Mōšeh; bahasa Arab:
موسى,
Mūsā; bahasa Ge'ez: ሙሴ Musse) (lahir di Mesir, ~1527 SM
– meninggal di Gunung Nebo, dataran Moab, tepi timur Sungai Yordan, ~ 1407 SM
pada umur 120 tahun) adalah seorang pemimpin
dan nabi
orang Israel
yang menyampaikan Hukum Taurat
dan menuliskannya dalam Pentateveh/Pentateukh (Lima
Kitab Taurat) dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian
Lama di Alkitab Kristen. Ia
ditugaskan untuk membawa Bani Israil (Israel)
keluar dari Mesir. Namanya disebutkan sebanyak 873 kali dalam 803 ayat dalam 31
buku di Alkitab
Terjemahan
Baru
dan 136 kali di dalam Al-Quranhttps://id.wikipedia.org/wiki/Musa
[21] Mohd Nadzri bin Haji Abdul Rahman Ibrahim, “Gunumg Nebo dan Sejarah Nabi
Musa” dalam http://roy-nadzri.blogspot.com/2010/03/gunung-nebo-dan-sejarah-nabi-musa.html.
[22] Al-Qur’an,
VII (al-A’raf), 74.
[23] Al-Qur’an,
26 (al-Shu’ara>), 149.
[24] Muh}ammad
Sayyid T{ant}a>wi>, al-Tafsi>r al-Wasi>t}, Vol.I (t.t: t.p,
t.th), 1639.
[25] Al-Quzwi>ni>,
A{tha<r al-Bila>d Wa Akhba>r al-‘Iba>d, Vol. I (T.tp: t.p,
t.th), 111.
[26] Syahid
Muhammad, “Petra, Kota Batu Peninggalan Suku Nabatean Yang Cerdas”, https://www.facebook.com/notes/sejarah-dunia/petra-kota-batu/
22 Juni 2014.
[28] Ibn
Hisha>m, al-Si>rah al-Nabawi>yah, Vol.II (Bayru>t: Da>r
al-Ji>l, 1411 H), 6.
[29] Muh}ammad
bin Sa’d, al-T{abaqa>t al-Kubra>, Vol.I (Bayru>t: Da>r
S{a>dir, 1968), 121.
[30] Muh}ammad
Ibn Jari>r al-T{abari>, Ta>ri>kh al-Umam Wa al-Rusul Wa
al-Mulu>k, Vol. I (Bayru>t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah, 1407
H), 119-121.
[31] Ibn Kathi>r, al-Bida>yah Wa al-Niha>yah, Vol.II
(Bayru>t: Maktabah al-Ma’a>rif, t.th), 286. Abu al-H{asan bin Ali bin H{abi>
al-Ma>wardi>, A’la>m al-Nubuwwah, Vol.I (Bayru>t: Da>r
al-Kita>b al-‘Arabi>, 1987), 198.
[32]
http://www.islamedia.co/2015/04/pohon-sahabi-pohon-kesaksian-rasulullah.html
[33]
https://www.islampos.com/pohon-nabi-masih-tumbuh-subur-sampai-saat-ini-101722/
ruar biasa literasinya..... kebetulan saya juga pernah berkunjung ke sana
BalasHapushttps://alaqsha2017.blogspot.co.id/
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapusbagus sekali, mohon lebih detail
BalasHapus