MENYAMBUT
TAHUN BARU,
BAGAIMANA UMAT
ISLAM HARUS MENYIKAPINYA?
Oleh
DR.H.Achmad
Zuhdi Dh,M.Fil I
Pertanyaan:
Bagaimana hukum menyambut atau merayakan tahun baru bagi umat Islam? Kalau
boleh, bagaimana sebaiknya cara-cara yang bisa kita lakukan agar tidak terjebak
pada perbuatan yang terlarang?
Jawab:
Pergantian tahun, dari akhir tahun ke tahun baru yang biasa
diistilahkan dengan pergantian “Old and New” adalah sesuatu yang sudah biasa. Biasa karena memang setiap tahun pasti
terjadi. Yang membedakan adalah cara menyambutnya atau menyikapinya. Sebagian
masyarakat bahkan suatu negara ada yang menyambutnya dengan gegap gempita,
sorak-sorai penuh kegembiraan dalam merayakannya. Sementara yang lain
menyambutnya dengan biasa-biasa saja.
Terjadinya pergantian tahun merupakan sunnatullah
yang diterapkan demi kelangsungan kehidupan dan telah tertera di dalam al-Quran
Surat Yunus ayat 5:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ
ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ
وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ
يَعْلَمُونَ
“Dia-lah yang menjadikan matahari
bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah
(tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan
tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu
melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada
orang-orang yang mengetahui.” (QS. Yunus, 5)
Selanjutnya firman Allah
Surat al-Isra ayat 12:
وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
آيَتَيْنِ فَمَحَوْنَا آيَةَ اللَّيْلِ وَجَعَلْنَا آيَةَ النَّهَارِ مُبْصِرَةً لِتَبْتَغُوا
فَضْلًا مِنْ رَبِّكُمْ وَلِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ وَكُلَّ شَيْءٍ
فَصَّلْنَاهُ تَفْصِيلًا
“Dan Kami jadikan malam
dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan
tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu
mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan
dengan jelas”. (QS.
Al-Isra, 12)
Dua ayat tersebut
memberikan informasi bahwa adanya pergantian hari, bulan dan tahun adalah merupakan
ketentuan Allah yang berlaku di dunia ini. Karena itu maka sebagai kaum
muslimin pada dasarnya kita boleh-boleh saja menyambut tahun baru asal dalam
menyambutnya tidak dengan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan syari’at
Islam atau akidah Islam. Seperti pergi ke tempat-tempat wisata dengan melakukan maksiat,
pacaran/pergaulan bebas, atau menjalani ritual-ritual
tertentu yang bertentangan dengan akidah dan ibadah kita.
Budaya masyarakat kita yang suka kumpul-kumpul
dalam menyambut tahun baru, sebaiknya
kita jadikan ladang untuk melakukan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Bentuk kegiatan yang kita lakukan hendaknya kegiatan-kegiatan
yang menarik dan positif agar masyarakat tidak terjebak pada perbuatan yang dilarang
syari’at.
Beberapa kegiatan yang
bisa kita lakukan misalnya dengan muhasabah(instrospeksi diri) terhadap
kegiatan-kegiatan kita, baik secara pribadi maupun sebagai umat Islam selama
satu tahun yang lewat, yang dikemas dengan tabligh akbar atau seminar yang
digelar di masjid-masjid atau tempat-tempat yang strategis dan menarik bagi
jamaah untuk mendatanginya. Kegiatan ini penting untuk mengkondisikan diri agar
dapat mengontrol, mengevaluasi diri apa saja yang sudah kita lakukan, dan
selanjutnya berupaya memperbaiki dan meningkatkannya agar kehidupan selanjutnya
menjadi lebih baik . Allah Swt berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ
خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
”Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS. Al-Hasyr
18).
Selain
dengan kemasan tabligh akbar atau seminar, bisa juga dengan melakukan
kajian-kajian keislaman yang berkaitan dengan masalah aqidah, akhlak dan ibadah
dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas diri agar tahun depan lebih baik dari
tahun sebelumnya. Termasuk mengevaluasi strategi dakwah kita selama ini, apakah
masih relevan atau perlu ada metode baru yang lebih efektif dan lebih mengenai
sasaran.
Demikian beberapa hal yang dapat
kita lakukan dalam menyambut dan mengisi semangat tahun baru. Tentu kegiatan tersebut
merupakan beberapa alternatif yang bisa kita lakukan, dan insya Allah masih
banyak lagi alternatif lain yang dapat kita lakukan untuk menarik perhatian
masyarakat, terutama kaum mudanya, sehingga mereka berkenan gabung dengan kita.
Harapan kita, dengan demikian dapat mengkondisikan mereka agar terhindar dari
budaya-budaya yang dapat merusak akhlak umat (khususnya kamu muda Islam), dan
selanjutnya lebih fokus pada upaya pencapaian masa depan yang penuh dengan kesuksesan dan kegemilangan.
Dari sekian banyak kegiatan yang terkait dengan penyambutan tahun baru, yang tak kalah pentingnya adalah melakukan
“MUHASABAH” atau Evaluasi Diri. Adapaun hal-hal yang dapat dievaluasi antara lain:
1. Bagaimana dengan shalat lima waktu kita,
sudahkah kita biasa melakukannya dengan berjamaah? Bagaimana dengan shalat
sunnah rawatib, shalat dhuha, dan shalat tahajjud kita.....? Sudahkah kita
melakukannya secara istiqamah?
2. Bagaimana dengan zakat, infaq dan sedekah
kita? Sudahkah secara rutin dan istiqamah dapat kita laksanakan? Sudahkah kita
gemar berbagi ?
3. Bagaimana dengan Qira’atul Qur’an kita?
Sudahkah kita secara istiqamah/rutin membaca al-Qur’an setiap hari? Sudah
mampukah kita mengkhatamkannya setiap bulan?
4. Bagaimana dengan puasa-puasa sunnah kita?
Sudahkah kita membiasakannya puasa (shaum) Senin-Kamis? Dll ...
5. Bagaimana dengan kegiatan ngaji kita?
Sudahkah kita bisa mengikutinya, minimal seminggu sekali?
6. Bagaimana dengan keikut-sertaan kita dalam
berorganisasi, ikut memikirkan umat, dalam rangka amar makruf nahi munkar? Apa
yang bisa kita berikan kepada umat?
7. Bagaimana dengan hati kita ? Bisakah kita
menjaga kebersihannya? Tidak mudah berprasangka buruk (su’udzdzan) kepada orang
lain, dan sebaliknya, dapatkah kita membiasakan berprasangka baik (husnudzdzan)
dan berpikiran positif?
Semoga
kehidupan kita yang akan datang lebih bermakna, bermartabat dan mencerahkan.
assalamualaikum, apakah bapak bersedia menulis pandangan islam tentang ramalan bintang?
BalasHapus