Oleh
Dr.H. Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum wr.wb.!
Pengasuh Konsultasi Agama
rahimakumullah! Saya pernah mendengar bahwa besok pada hari kiamat ada orang-orang
yang sangat istimewa, yaitu mendapatkan jaminan masuk surga tanpa hisab bahkan tidak
tersentuh sedikitpun oleh neraka. Yang saya tanyakan siapakah mereka itu? Apa
amalannya sehingga membuat mereka begitu istimewa? Demikian, atas perkenan dan
jawabannya saya sampaikan terima kasih dengan iringan doa jazakumullah khairan
katsiran! (Berlian, Sidoarjo).
Wassalamu’alaikuim wr.
wb.!
Jawab:
Dalam hadis sahih Riwayat Muslim No. 549, hadisnya agak
panjang, di antaranya disebutkan sebagai berikut:
هَذِهِ أُمَّتُكَ وَ مَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا
يَدْخُلُونَ الْـجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ
“Ini adalah umatmu,
bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang, mereka akan masuk surga tanpa hisab
dan tanpa azab”.
Selengkapnya diterangkan bahwa
Hushain bin Abdurrahman berkata: “Ketika saya berada di dekat Sa’id bin Jubair,
dia berkata: “Siapakah di antara kalian yang melihat bintang jatuh semalam?”
Saya menjawab: “Saya”. Kemudian saya berkata: “Adapun saya ketika itu tidak
dalam keadaan salat, tetapi terkena sengatan kalajengking”. Lalu ia bertanya:
“Lalu apa yang anda kerjakan?” Saya menjawab: “Saya minta diruqyah”. Ia
bertanya lagi: “Apa yang mendorong anda melakukan hal tersebut?” Jawabku:
“Sebuah hadis yang dituturkan al-Sya’bi kepada kami”. Ia bertanya lagi: “Hadis apa
yang dituturkan oleh al-Sya’bi kepada anda?” Saya katakan: “Dia menuturkan hadis
dari Buraidah bin Hushaib:
لَا رُقْيَةَ إِلَّا مِنْ عَيْنٍ أَوْ حُمَّةٍ
‘Tidak ada ruqyah kecuali karena
‘ain atau terkena sengatan”.
“Sa’id pun berkata:
“Alangkah baiknya orang yang beramal sesuai dengan nash yang telah didengarnya,
akan tetapi Ibnu Abbas ra. menuturkan kepada kami hadis dari Nabi saw., beliau
bersabda: “Saya telah diperlihatkan beberapa umat oleh Allah, lalu saya melihat
seorang Nabi bersama beberapa orang, seorang Nabi bersama seorang dan dua orang
dan seorang Nabi sendirian, tidak seorangpun menyertainya. Tiba-tiba
ditampakkan kepada saya sekelompok orang yang sangat banyak. Lalu saya mengira
mereka itu umatku, tetapi disampaikan kepada saya: “Itu adalah Musa dan
kaumnya”. Lalu tiba-tiba saya melihat lagi sejumlah besar orang, dan
disampaikan kepada saya: “Ini adalah umatmu, bersama mereka ada tujuh puluh
ribu orang, mereka akan masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab”.
Kemudian beliau bangkit
dan masuk rumah. Orang-orang pun saling berbicara satu dengan yang lainnya. Siapakah
gerangan mereka itu? Ada di antara mereka yang mengatakan: “Mungkin saja mereka
itu sahabat Rasulullah saw.” Ada lagi yang mengatakan: “Mungkin saja mereka orang-orang
yang dilahirkan dalam lingkungan Islam dan tidak pernah berbuat syirik terhadap
Allah”, dan ada yang menyebutkan yang lainnya.
Ketika Rasulullah saw. keluar,
mereka memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Nabi saw. bersabda:
هُمُ الَّذِينَ لاَ يَرْقُونَ وَلاَ يَسْتَرْقُونَ وَ
لاَ يَتَطَيَّرُونَ وَ عَلَى رَبِّـهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Mereka itu adalah orang yang tidak pernah
meruqyah, tidak pernah minta diruqyah, tidak pernah melakukan tathayyur, dan
mereka bertawakkal kepada Rabb mereka”.
Lalu Ukasyah bin Mihshan
berdiri dan berkata: “Mohonkanlah kepada Allah, mudah-mudahan saya termasuk
golongan mereka!”. Beliau menjawab: “Engkau (Ukasyah) termasuk mereka”. Kemudian
berdirilah seorang yang lain lagi dan berkata: “Mohonlah kepada Allah,
mudah-mudahan saya termasuk golongan mereka!”. Beliau menjawab: “Kamu sudah didahului
Ukasyah” (HR. Muslim No. 549).
Berdasarkan hadis
tersebut, ada 70.000 orang dari umat Nabi Muhammad saw. yang akan mendapatkan
jaminan masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab (langsung masuk surga tanpa
merasakan api neraka). Mereka yang 70.000 orang itu adalah orang-orang yang
beramal dan bersikap tidak pernah meruqyah, tidak pernah minta diruqyah, tidak
pernah melakukan tathayyur; dan mereka selalu bertawakkal kepada Rabb mereka”.
Dalam hadis sahih Riwayat al-Bukhari No. 5705, tanpa menyebut “tidak pernah
meruqyah”, tetapi ada tambahan “tidak meminta di kay”.
Bila digabungkan antara
Riwayat al-Bukhari dan Muslim tentang kreteria umat Nabi Muhammad saw. yang
dijamin masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab, maka mereka itu ada lima kreteria,
yaitu: (1) tidak pernah meruqyah; (2) tidak pernah minta diruqyah; (3) tidak
minta di kay; (4) tidak melakukan tathayyur; dan (5) selalu bertawakkal kepada
Allah swt.
1.
Tidak
pernah meruqyah (لاَ يَرْقُونَ).
Kalimat “tidak pernah meruqyah” ini diperselisihkan ulama. Sebagian
ulama seperti Ibn Taymiyah menganggapnya lafalnya kliru (jika yang dimaksud
adalah meruqyah secara umum). Ibnu Taymiyah berkata: Nabi sendiri pernah
melakukan ruqyah terhadap dirinya sendiri dan pernah meruqyah orang lain.
Beliau tidak pernah meminta diruqyah. Meminta diruqyah berarti minta tolong
orang lain, sedangkan meruqyah diri sendiri dan meruqyah orang lain langsung
meminta tolong kepada Allah (Ibn Taymiyah, Iqtida al-Shirat al-Mustaqim,
I/448). Sejalan dengan Ibn Taymiyah adalah M. Nashiruddin al-Albani. Menurut
al-Albani kalimat لاَ يَرْقُونَ, (tidak pernah meruqyah) dalam lafal
Riwayat Muslim adalah merupakan kalimat yang syadz, yang janggal (al-Albani, Majmu’
Fatawa al-Albani, I/232). Namun, sebagian ulama ada yang memahami kalimat
“tidak pernah meruqyah” dengan pemahaman yang lain, yaitu tidak pernah meruqyah
dengan kalimat yang biasa dipakai orang-orang kafir, orang-orang jahiliyah,
dan dengan perkataan yang tidak dimengerti maknanya sehingga bisa mengarah
kepada kekufuran. Adapun meruqyah dengan kalimat al-Qur’an dan doa-doa Nabi
saw., maka hal itu tidak dilarang bahkan disunnahkan (al-Nawawi, Syarah
Shahih Muslim, XIV/168 dan al-Suyuti, al-Dibaj ‘Ala Muslim, V/203).
2.
Tidak
minta diruqyah (وَلاَ يَسْتَرْقُونَ).
Orang yang tidak minta diruqyah adalah menunjukkan tingginya tawakkal
kepada Allah, karena itu ia akan masuk dalam kelompok 70.000 orang yang akan
masuk surga tanpa hisab. Perbedaan antara mustarqi dan raqi, kalau
mustarqi (orang yang meminta diruqyah) adalah orang yang minta diobati,
dalam hal ini hatinya bisa sedikit berpaling kepada selain Allah. Dengan
demikian akan mengurangi nilai tawakkalnya kepada Allah. Sedangkan raqi
(orang yang meruqyah) adalah orang yang berbuat baik, memberi manfaat kepada
orang lain. Ibn al-Qayyim berkata: Nabi saw adalah orang yang pernah meruqyah
diri sendiri dan orang lain, tetapi beliau tidak pernah meminta diruqyah dari
orang lain (Ibn al-Qayyim, Zad al-Ma’ad, I/475).
3.
Tidak
minta di kay (وَلاَ يَكْتَوُوْنَ)
Minta di kay artinya minta diterapi melalui sarana pengobatan kay.
Menurut Ibn Mandzur, yang dimaksud dengan (pengobatan) kay adalah menempelkan
(membakar) dengan besi panas (pada bagian tubuh yang sakit atau terluka) atau
sejenisnya (Ibn Mandhur, Lisan al- ‘Arab, XV/235).
Ibn al-Qayyim rahimahullah berkata: “Hadis-hadis tentang (pengobatan) kay
itu ada empat hal yaitu:(1) Perbuatan Rasulullah saw.
Hal itu menunjukkan bolehnya melakukan kay. (2) Rasulullah tidak
menyukainya. Hal itu tidak menunjukkan larangan. (3) Pujian bagi orang yang
meninggalkannya. Menunjukkan bahwa meninggalkan kay itu lebih utama dan lebih
baik. (4) Larangan melakukan kay.
Hal itu menunjukkan pilihan dan makruhnya kay, atau sesuatu yang tidak
dibutuhkan dan dikhawatirkan bisa menimbulkan penyakit (Ibn al-Qayyim, Zad
al-Ma’ad, IV/58).
4.
Tidak
melakukan tathayyur (لاَ يَتَطَيَّرُونَ)
Tidak
melakukan tathayyur maksudnya adalah tidak tasya’um, yakni tidak
merasa sial atau berprasangka buruk dengan adanya kejadian tertentu. Syekh
al-Utsaimin mengatakan bahwa menurut para ulama, tasya'um bisa
terjadi dengan sebab sesuatu yang dilihat atau didengar atau suatu
fenomena (yang ditandai).
Tasya'um (merasa sial) dengan sesuatu yang dilihat, seperti jika
seseorang melihat sesuatu lalu muncul pada dirinya firasat jelek. Semisal
ia melihat burung hitam seketika itu ia berkata: "Ini adalah hari
gelapku". Tasyaum
(berfirasat jelek) dengan sesuatu yang didengar, seperti ketika
mendengar kata-kata menggelisahkan yang tidak sesuai kemudian ia berfirasat
jelek dan mengurungkan (dari menyelesaikan) keperluannya. Tasya'um
dengan suatu fenomena, yaitu menganggap sial pada hari-hari atau
bulan-bulan tertentu. Sebagaimana dahulu dilakukan orang-orang jahiliyah yang
ber-tasya'um dengan datangnya bulan shafar sebagai bulan pembawa sial.
Maka sesungguhnya tathayyur (bersikap pesimis atau
menganggap sial dengan sesuatu) merupakan kesyirikan, sebagaimana sabda
Rasulullah ﷺ: "Sikap tathayyur
(menganggap sial dengan sesuatu) merupakan kesyirikan, sikap tathayyur
adalah kesyirikan”, diucapkan tiga kali (HR. Abu Dawud, Sunan Abi Dawud No. 3912).
Al-Albani: sahih.
Karena itu wajib bagi manusia untuk senantiasa bertawakkal
kepada Allah dan bersandar pada-Nya pada setiap urusannya (Muhammad bin Shalih al- ‘Utsaimin, Liqa-at al-Bab
al-Maftuh, XII/19).
5. Mereka bertawakal kepada Allah
(وَعَلَى رَبِّـهِمْ يَتَوَكَّلُونَ)
Hakikat
tawakal adalah bersandarnya hati kepada Allah terhadap perkara yang bermanfaat
bagi hamba untuk diri dan dunianya. Bersandarnya hati itu harus diimbangi
dengan mencari sebab. Kalau tidak, berarti ia menolak hikmah dan syari’at. Seseorang
tidak boleh menjadikan kelemahannya sebagai tawakkal dan tidaklah tawakkal
sebagai kelemahan. Dengan demikian definisi tawakkal adalah:
صِــدْقُ الْاِعْتِمَــادِ
عَلَى اللهِ فِي جَلْبِ الْـــمَنَافِعِ وَدَفْــعِ الْمَضَــارِ مَعَ فِعْلِ الْأَسْبَابِ
النَّافِعَـــةِ
"Benar-benar bersandar kepada Allah dalam mencari manfaat (kebaikan) dan menolak bahaya (kejelekan) diiringi dengan
melakukan sebab-sebab yang bermanfaat untuk mencapai tujuannya" (al-
‘Utsaimin, Fatawa Arkan al-Islam, II/42).
Sebagai kesimpulan, hamba-hamba Allah yang istimewa yang kelak
dijamin masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab adalah (1) mereka yang tidak
melakukan ruqyah dengan cara seperti yang dilakukan oleh orang-orang kafir atau
orang jahiliyah, (2) mereka tidak meminta untuk diruqyah, (3) mereka tidak meminta
diobati dengan cara kay, (4) mereka tidak tathayyur atau merasa sial
dengan adanya peristiwa tertentu, (5) dan mereka yang selalu bertawakkal kepada
Allah swt.
(Artikel ini telah dimuat di Majalah MATAN PWM Jawa Timur edisi Maret 2023)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar