KHATAMAN ALQUR’AN
Oleh
Dr.H. Achmad
Zuhdi Dh, M.Fil I
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَإِ الْقُرْآنَ فِي شَهْرٍ
Abdullah
bin Amr berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Bacalah Alqur’an (hingga khatam)
dalam satu bulan” (HR. al-Bukhari No. 5054).
Status
Hadis
Hadis
tersebut dinilai sahih oleh Imam al-Bukhari dalam Sahih al-Bukhari No.
5054. Selain Imam al-Bukhari, beberapa imam ahli hadis yang meriwayatkan hadis
tersebut adalah Imam Abu Dawud dalam Sunan Abi Dawud No. 1390, Imam
al-Nasai dalam Sunan al-Nasai No. 2400, Imam Ahmad dalam Musnad Ahmad
No. 6506, Imam Ibn Abi Syaibah dalam Mushannaf Ibn Abi Syaibah No. 8584,
Imam al-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir No. 1486, Imam al-Baihaqi
dalam al-Sunan al-Kubra No. 4228, Imam al-Bazzar dalam Musnad
al-Bazzar No. 2346, dan Imam Abu Awanah dalam Mustakhraj Abi Awanah
No. 3147. Muhammad Nashiruddin al-Albani
juga menilai hadis tersebut sahih (al-Albani, al-Silsilah al-Sahihah
al-Kamilah, IV/87).
Kandungan Hadis
Hadis
tersebut berisi perintah Nabi saw. kepada sahabat bernama Abdullah bin Amr bin
al-Ash untuk membaca Alqur’an hingga khatam dalam satu bulan. Beberapa
hadis tentang perintah mengkhatamkan Alqur’an tersebut di atas, ditemukan
beragam redaksi tentang berapa lama sebaiknya untuk mengkhatamkan Alqur’an.
Bila dirangkum antara satu dengan yang lain maka dapat dinarasikan sebagai
berikut:
Pada mulanya, ketika Abdullah bin
Amr meminta saran berapa lama sebaiknya mengkhatamkan Alqur’an, Nabi saw.
memerintahkan agar mengkhatamkannya dalam satu bulan. Lalu Abdullah
mengatakan bahwa dirinya sanggup mengkhatamkannya kurang dari sebulan. Kemudian
Nabi saw. memerintahkan mengkhatamkannya dalam 20 hari. Abdullah masih
mengatakan bahwa dirinya sanggup mengkhatamkannya kurang dari itu. Nabi saw.
memerintahkan mengkhatamkannya dalam 15 hari. Abdullah masih mengatakan
bahwa dirinya sanggup mengkhatamkannya kurang dari itu. Nabi saw. memerintahkan
mengkhatamkannya dalam 10 hari. Abdullah masih mengatakan bahwa dirinya
sanggup mengkhatamkannya kurang dari itu. Lalu Nabi saw. memerintahkan
mengkhatamkannya dalam 7 hari atau 5 hari. Abdullah masih mengatakan
bahwa dirinya sanggup mengkhatamkannya kurang dari itu. Lalu Nabi saw.
membatasinya minimal tiga hari saja (jangan kurang dari tiga hari).
Larangan
atau batasan mengkhatamkan Alqur’an kurang dari tiga hari tersebut dimaksudkan
agar saat membaca Alqur’an bisa disertai pemahaman. Dalam hadis Riwayat Abu
Dawud, al-Tirmidzi, dan Ahmad diterangkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan dapat memahami
atau menghayati Alqur’an, orang yang membacanya kurang dari tiga hari” (HR. Abu
Daud No. 1392, al-Tirmidzi No. 2946, Ahmad No. 6546). Al-Albani menilai hadis
ini sahih (al-Albani, al-Silsilah
al-Sahihah al-Kamilah, IV/87).
Keutamaan Mengkhatamkan Alqur’an
Mengkhatamkan Alqur’an adalah amalan
sunnah, mengikuti petunjuk Rasulullah saw. Dari Abdullah bin Amru bin Ash,
beliau berkata, “Wahai Rasulullah saw., berapa lama aku sebaiknya membaca
(hingga khatam) Alqur’an?” Beliau menjawab: “Khatamkanlah dalam satu bulan.”
Aku berkata lagi, “Sungguh aku masih mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam dua puluh hari.” Aku berkata lagi, “Aku
masih mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Khatamkanlah
dalam lima belas hari.” “Aku masih mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah.”
Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam sepuluh hari.” Aku menjawab, “Aku masih
lebih mampu lagi, wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam lima
hari.” Aku menjawab, “Aku masih lebih mampu lagi, wahai Rasulullah.” Namun
beliau tidak memberikan izin bagiku. Dalam riwayat versi lain dikatakan
bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Tidak akan sanggup memahami Alqur’an bila
dibaca hingga khatam dalam waktu kurang dari tiga hari” (HR. Tirmidzi No. 2946; Abu Dawud No. 1390). Al-Albani menilai hadis tersebut shahih
(al-Albani, al-Silsilah al-Shahihah, IV/87).
Membaca Alqur’an hingga khatam
adalah salah satu amalan yang paling disukai Allah swt. Dari Ibnu Abbas
r.a., beliau mengatakan ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw:
“Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling disukai Allah?” Beliau menjawab, “al-hal
al-murtahil (الْحَالُّ الْمُرْتَحِلُ).” Orang ini bertanya lagi, “Apa itu al-hal al-murtahil,
wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu yang membaca Alqur’an dari awal
hingga akhir. Setiap kali selesai ia mengulanginya lagi dari awal.” (HR.
Tirmidzi No. 2948). Menurut
Al-Tirmidzi, hadis ini lebih sahih daripada hadis Riwayat Nashr bin Ali dari
al-Haitsam bin al-Rabi’ (al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, V/197).
Mengkhatamkan Alqur’an adalah saat yang mustajabah
untuk berdoa. Al-Darimi meriwayatkan bahwa Mujahid telah berkata:
“Bahwasanya doa itu mudah dikabulkan saat khataman Alqur’an”. Lebih lanjut
beliau berkata: “Maka berdoalah dengan doa-doa apa saja” (HR. al-Darimi, al-Sunan
No. 3482; al-Bayhaqi, Syu’ab al-Iman No. 1909). Husain Salim Asad
menilai sanad riwayat ini shahih.
Mengkhatamkan Alqur’an akan mendatangtkan
rahmat dari Allah. Ibn Abi Syaibah meriwayatkan dalam al-Mushannaf
dari Sufyan dari Manshur dari al-Hakam dari Mujahid, ia berkata: (الرحمة تنزل عند ختم القرآن), rahmat akan turun ketika khataman
Alqur’an (Ibn Abi Syaibah, al-Mushannaf, VII/169).
Betapa besar fadilah atau keutamaan mengkhatamkan Alqur’an, sahabat Nabi
saw. bernama Anas bin Malik, biasanya apabila mengkhatamkan Alqur’an, maka
beliau mengumpulkan keluarganya dan anak-anaknya, kemudian mendoakan
untuk mereka (al-Darimi, al-Sunan No. 3474; al-Thabrani, al-Mu’jam
al-Kabir No. 673; Said bin Manshur, al-Sunan No. 27; dan al-Baihaqi,
Syu’ab al-Iman No. 2070). Para ahli hadis menilai bahwasanya Riwayat ini
shahih (Jami’ Shahih al-Adzkar Li al-Albani, VI/2).
Ibn Saad memberitakan bahwa Al-A’raj Maula Ali al-Zubair bin
al-Awwam, seorang qari (ahl qiraat Alqur’an) penduduk Makkah biasa membacakan
Alqur’an di masjid, dan mengumpulkan orang-orang pada saat khatam
Alqur’an (Ibn Saad, al-Thabaqat al-Kubra, V/486;
Abu al-Hajjaj al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal, VII/388).
Doa
Khataman Alqur’an
Doa
saat khataman Alqur’an secara khusus tidak ditemukan dalam hadis-hadis shahih.
Memang ada hadis yang meriwayatkan adanya doa setelah khatam Alqur’an, yaitu
hadis yang diriwayatkan oleh Abu Manshur al-Mudhaffar bin al-Husain
al-Arjani dalam kitab Fadhail al-Quran, juga
Abu Bakar bin al-Dhahhak dalam kitab al-Syamail, keduanya dari jalan Abu
Dzar al-Harawi dari riwayat Abu Sulaiman Daud bin Qays, ia berkata: “Rasulullah
saw. ketika khatam Alqur’an membaca doa:
اللَّهُمَّ
ارْحَمْنِي بِالْقُرْآنِ وَاجْعَلْهُ لِي إِمَامًا وَنُورًا وَهُدًى وَرَحْمَةً،
اللَّهُمَّ ذَكِّرْنِي مِنْهُ مَا نُسِّيتُ وَعَلِّمْنِي مِنْهُ مَا جَهِلْتُ
وَارْزُقْنِي تِلَاوَتَهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ وَاجْعَلْهُ
لِي حُجَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ
(Ya Allah sayangilah aku dengan sebab
Alqur’an dan jadikanlah Alqur’an untukku sebagai pemimpin, cahaya, petunjuk dan
rahmat. Ya Allah, ingatkanlah aku akan ayat-ayat Alqur’an yang kulupa, ajarilah
aku tentang isi Alqur’an yang tidak aku ketahui dan berilah aku nikmat bisa
membacanya di waktu malam. Jadikanlah Alqur’an sebagai pembelaku wahai Tuhan
semesta alam).
Hadis
tersebut telah popular dan dimuat di sejumlah kitab. Di antaranya oleh
al-Ghazali dalam Ihya Ulum al-Din, I/278; al-Zarkasyi dalam al-Burhan
Fi Ulum al-Quran, I/475; Abu al-Khair Ibn al-Jazari dalam al-Nasyr Fi
Qiraat al-Asyr, II/464; Muhammad Thahir al-Kurdi dalam Tarikh al-Quran
al-Karim, 207; Abu al-Fadl al-Iraqi dalam al-Mughni An Haml al-Asfar,
I/226; al-Bahuti dalam Kasysyaf al-Qina, I/428; dan Abu al-Wafa dalam al-Qaul
al-Sadid Fi Ilm al-Tajwid, 267.
Dalam
kitab-kitab tersebut, Sebagian besar penyusunnya berkomentar bahwa hadis
tersebut berstatus mu’dhal (معضلاً). Hadits mu’dhal adalah salah satu jenis hadis
dhaif, yang tingkatannya di bawah hadits munqathi’ dan mursal.
Hadits mu’dhal adalah hadis yang
pada sanadnya terdapat dua perawi atau lebih yang hilang (tidak disebutkan
namanya) secara berturut-turut.
Al-Hafidh al
‘Iraqi mengatakan: “Hadits di atas diriwayatkan oleh Abu Manshur al-Muzhaffar
bin al-Husain al-Arjani dalam kitabnya Fadha-il al-Qur’an dan
Abu Bakr bin al-Dhahhak dalam Al-Syama-il. Sanad yang ada di
dalam kedua kitab tersebut semuanya bersumber dari Abu Dzar al-Harawi
dari Sulaiman Dawud bin Qais dengan periwayatan secara mu’dhal”
(Abu al-Fadl al-Iraqi, al-Mughni An Haml al-Asfar,
I/226).
Mengingat hadis tentang doa khataman Alqur’an
tersebut statusnya dhaif, maka membaca doa khataman Alqur’an dengan doa
tersebut tidak bernilai sunnah, karena dianggap tidak ada tuntunan yang sah
dari Rasulullah saw. Namun demikian, boleh saja membaca doa tersebut
karena isinya baik dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Hal ini berarti
bahwa berdoa pada saat khataman Alqur’an boleh dengan doa apa saja, boleh
dengan doa tersebut atau doa yang lainnya.
Kesimpulan
Mengkhatamkan Alqur’an adalah
sunnah Rasulullah saw. Beliau menyarankan kepada sahabatnya agar mengkhatamkan
Alqur’an sekali dalam sebulan. Bila dirutinkan sebulan sekali, maka
membacanya bisa dilakukan dengan cara satu hari satu juz atau one day one juz
(ODOJ). Adapun tradisi khataman Alqur’an dengan upacara atau tata cara
tertentu memang tidak ada tuntunannya dari Nabi saw. Namun dari kalangan
sahabat, ada contoh dari mereka ketika melakukan khataman. Misalnya sahabat
Anas bin Malik pernah melakukan khataman Alqur’an dengan cara mengumpulkan
keluarga dan anak-anaknya kemudian berdoa untuk mereka. Karena itu mengadakan
acara khataman Alqur’an merupakan suatu amalan yang baik untuk dilakukan, dan
acara tersebut merupakan acara yang dapat menjadi syiar Islam serta memberikan semangat
dalam membaca dan mengkaji Alqur’an (SM. 10 Juni 2020). Wallahu A’lam!
barakallah
BalasHapus