Menyikapi Berita Hoax
oleh
Dr.H. Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I
Akhir-akhir ini masalah hoax
(berita bohong) sangat marak bermunculan di media social. Sebenarnya berita hoax
telah ada sejak zaman khulafaur rasyidin. Peristiwa yang paling
menggemparkan terjadi berkenaan dengan berita hoax adalah peristiwa fitnah qubro (fitnah
besar) yang melibatkan Khalifah Utsman bin Affan dan berakibat terbunuhnya beliau.
Saat itu Khalifah Utsman dibunuh oleh seorang muslim bernama al-Ghafiqi Ibn
al-Harb, yang tidak sembarang muslim. Konon, ia seorang hafidz al-Qur’an. Dia
tergerak sendiri, ingin membunuh sendiri sang Khalifah, karena berita hoax.
Mengingat sudah sedemikian hebatnya berita hoax
di sekitar kita, maka perlu disikapi dengan kritis dan selektif setiap ada
pemberitaan. Ada beberapa kiat bagaimana cara mengetahui sebuah berita itu hoax
atau asli dan bagaimana menindak lanjutinya. Sedikitnya ada tiga langkah yang
bisa ditempuh:
Pertama, periksa dulu asal-usul tulisan atau gambar
tersebut dari mana. Jika asal-usulnya dari situs-situs yang tidak jelas, atau
situs-situs yang selama ini dikenal sebagai situs yang sering menyebarkan
berita hoax, maka waspadalah! Berita-berita hoax di Indonesia tidak selamanya asli
buatan dalam negeri; jamak terjadi berasal dari terjemahan, khususnya jika
menyangkut temuan-temuan ilmiah.
Kedua, periksa juga siapa yang menulisnya. Berita hoax
umumnya anonim atau bisa juga seakan-akan benar dengan menggunakan nama
orang-orang yang sudah dikenal. Jika ada namanya, coba telusuri asal-usul
tulisan tersebut dengan cara masuk ke blog atau web atau alamat-alamat penulis
yang bisa diakses.
Ketiga, jika informasi yang hendak kita cari ada
gambarnya, maka yang mesti kita lakukan adalah minta bantuan pada google
image, upload gambarnya, lalu cari dari mana asal-usul gambar
tersebut plus apa berita yang berkait dengan gambar tersebut. Jika sudah muncul
gambarnya, periksa tanggalnya, lihat judul beritanya, dan apa isi informasinya.
Dari sini akan diketahui keshahihan informasi tersebut.
Bagi kita sebagai pengguna, mulai
hari ini tahan dirilah, tidak asal kirim apa yang kita dapatkan. Tabayyun
dulu, jika sudah jelas shahih, boleh dikirim sebagai amal shalih. Tapi, jika
kita sendiri tidak yakin keshahihannya, hendaklah melakukan tabayyun
dulu. Jika tidak bisa, maka tahanlah, jangan disebar, karena dalam hadis
riwayat Muslim, Rasulullah Saw memberi peringatan kepada umatnya:
عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ
بِكُلِّ مَا سَمِعَ
Artinyas: “Dari Hafsh bin
Ashim, Rasulullah Saw bersabda: “Cukuplah seseorang dianggap pendusta ketika
dia menceritakan (menyebarkan) apa saja yang dia dengar.” (HR. Muslim No.7).
Wallahu A’lam Bi al-Shawab !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar