BUMI BULAT ATAU DATAR
Oleh:
Dr.H. Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Kepada yang
terhormat Ustad Zuhdi, semoga kita senantiasa dalam lindungan Allah Swt. Sebelum
saya mengajukan pertanyaan kepada Ustad Zuhdi, saya ingin memaparkan beberapa firman Allah,
sebagai berikut: (1)Surat Al-Hijr ayat 19: “Dan kami (Allah) telah
menghamparkan bumi…”; (2)Surat Al-Baqarah ayat 22: “Dialah (Allah) yang telah
menjadikan bumi itu sebagai hamparan (Firasy) bagimu”; dan (3)Surat Al-Naba
ayat 6-7 “Bukankah kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan
gunung-gunung sebagai pasak?”.
Dalam al-Quran
sudah dijelaskan bahwa sesungguhnya bumi yang kita tempati adalah sebuah
hamparan seperti yang disebutkan dalam ayat-ayat di atas dan mungkin masih
banyak lagi ayat-ayat yang lain, lalu bagaimana dengan hasil penelitian dari
Nasa yang sekarang beredar di masyarakat dan diterima dengan baik? Apakah benar bumi
yang digambarkan oleh Nasa yang berbentuk bulat itu fakta atau hanya pembodohan
semata? Dan jika bumi memang berbentuk hamparan maka bagaimana caranya untuk
meyakinkan umat muslim yang sudah terlanjur percaya atau yakin terhadap temuan Nasa
tersebut?
Atas jawabannya kami ucapkan syukran
wa jazakumullah khairan katsiran!
Wassalamu’alaikum Wr. Wb. (Habibur –
Sidoarjo)
Jawaban:
Perbincangan mengenai bumi itu bulat
atau datar, sudah berabad-abad silam menjadi bahan diskusi para ulama dan cendekiawan,
baik di kalangan muslim maupun non muslim. Di kalangan non muslim Eropa sempat
gempar ketika Galileo Galilei(1546-1642
M) mengatakan dengan tegas bahwa bumi berbentuk bulat. Pernyataannya ini oleh
otoritas Gereja dianggap menyimpang sehingga dia harus dihadapkan pada
hukuman mati.
Di kalangan ilmuwan muslim sendiri
juga terjadi perbedaan pendapat mengenai bentuk bumi. Sebagian ulama
berpendapat bahwa bumi itu datar, dan sebagian ulama yang lain berpendapat bumi
itu bulat.
Di
antara ulama yang berpendapat bahwa bumi itu datar adalah penulis tafsir al-Jalalayn
dan penulis tafsir al-Qurthubi. Dalam tafsir al-Jalalayn, ketika
menafsirkan ayat (وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ), yang
artinya: “Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (Al-Ghasyiyah: 20), dijelaskan
bahwa dzahir ayat bumi itu (سُطِحَتْ) “sutihat” menunjukkan bumi itu (سطحية) “sathiyyah”.
Makna ‘sutihat’ zahirnya menunjukkan bahwa bumi itu datar dan dijelaskan
oleh ‘ulama’, bukan bulat sebagaimana dikatakan oleh ahli astronomi” (al-Mahalli
dan al-Suyuti, Tafsir al-Jalalayn, I/805). Demikian juga Imam Al-Qurthubi
(1214-1273 M) dalam tafsirnya, membantah bahwa bumi bulat, ketika menafsirkan
surat al-Hijr ayat 19, yang artinya: “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan
menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu
menurut ukuran” (Al-Hijr: 19). Al-Qurthubi berkata: “Ini adalah bantahan bagi
mereka yang menyangka bahwa bumi itu seperti bola”(al-Qurthubi, Tafsir
al-Qurthubi, X/13).
Sementara
ulama yang lain berpendapat bahwa bumi itu bulat. Di antara ulama Islam yang
berpendapat bahwa bumi itu bulat adalah Imam Ibnu Hazm (994 M), Ibn Taymiyah
(1263-1328 M), dan Ibnu Khaldun (1332 - 1406 M).
Ibnu
Hazm (994 M) berkata: “Para Imam kaum muslimin yang berhak
mendapat gelar al-Imam radhiyallahu ‘anhum tidak mengingkari bahwa bumi itu bulat. Tidak
pula diketahui dari mereka yang membantah sama sekali, bahkan bukti-bukti dari
Al-Quran dan Sunnah membuktikan bahwa bumi itu bulat” (Ibn Hazm, al-Fishal
Fi al-Milal, II/87). Kemudian Ibnu Taimiyah (1263-1328 M) berkata:
“Ketahuilah, bahwa mereka (para ulama) sepakat bahwa bumi berbentuk bulat. Yang
ada di bawah bumi hanyalah tengah, dan paling bawahnya adalah pusat….” (Ibn
Taymiyah, Majmu’ al-Fatawa, V/150). Selanjutnya Ibnu Khaldun (1332–1406
M) berkata: “Ketahuilah, sudah jelas di kitab-kitab para ilmuwan dan peneliti
tentang alam bahwa bumi berbentuk bulat….” (Ibn Khaldun, Muqaddimah, I/66).
Selain mereka, masih banyak ilmuwan
dan ulama Islam klasik yang menyebutkan di dalam bukunya bahwa bumi berbentuk
bulat. Di antara buku tersebut adalah: (1). Muruj Al-Dzahab wa Ma’adin
Al-Jauhar, oleh Mas’udi Ali Husain Ali bin Husain (w. 346 H); (2). Ahsan
Taqasim fi Ma’rifah Al-Aqalim, oleh Al-Maqdisi (w. 375 H); (3). Kitab
Shurah Al-Ardh, oleh Ibnu Hauqal; (4). Al-Masalik wa Al-Mamalik,
oleh Al-Ishthikhry; (5). Ruh Al-Ma’ani, oleh Imam Al-Alusi (ulama tafsir
Al-Qur’an); (6). Mafatih Al-Ghaib, oleh Fakhru Ar-Razi (ulama tafsir
Al-Qur’an); Dan lain-lain.
Pendapat
bahwa bumi itu bulat didukung oleh al-Qur’an, di antaranya surat al-Zumar ayat
5, Allah Swt berfirman:
خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ
النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ
مُسَمًّى أَلَا هُوَ الْعَزِيزُ الْغَفَّار
“Dia (Allah) menciptakan langit dan bumi
dengan (tujuan) yang benar. Dia memasukkan malam atas siang dan memasukkan
siang atas malam dan menundukan matahari dan bulan, masing-masing berjalan
menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah! Dialah Yang Maha Mulia, Maha
Pengampun.” (QS.Al-Zumar, 5).
Kata “at-takwir” artinya adalah menggulung. Pada ayat di atas dengan jelas Allah berfirman bahwa malam menggulung siang dan siang menggulung malam. Kalau malam dan siang dapat saling menggulung, pastilah karena keduanya berada pada satu tempat yang bulat secara bersama-sama. Bagaimana keduanya dapat saling menggulung jika berada pada tempat yang datar….? Kalau saja kejadian itu pada tempat yang datar, mestinya akan lebih tepat jika dipakai kata menimpa atau menindih.
Adapun firman
Allah pada surat al-Ghasyiyah ayat 20 yang artinya: Dan bumi bagaimana
dihamparkan? Ayat ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa bumi itu datar,
karena sebuah benda yang bulat kalau semakin besar, maka akan semakin tidak
kelihatan bulatnya dan akan nampak seperti datar.(Abd al-Karim, Hidayat
al-Hayran Fi Masalat al-Dawrah, 56).
Syaikh Bin Baz
mengatakan: “Keberadaan bumi itu bulat tidak bertentangan dengan pernyataan bahwa
permukaan bumi itu datar yang layak untuk dijadikan tempat tinggal, sebagaimana
firman Allah Swt (al-Baqarah, ayat 22) yang artinya: “Dialah yang menjadikan
bumi sebagai hamparan”. Juga firmanNya (al-Naba, ayat 6-7) yang artinya: “Bukankah
Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai
pasak?”. Dan firmanNya (al-Ghasyiyah, 20), yang artinya: “Dan bumi bagaimana
dihamparkan?”. Bin Baz menyimpulkan bahwa bumi itu bentuknya bulat namun permukaannya
datar agar bisa dijadikan tempat tinggal dan dimanfaatkan oleh manusia. Dan
saya tidak menemukan dalil naqli dan hissi yang menentang masalah ini. (Syekh
Bin Baz, al-Adillah al-Naqliyah wa al-Hissiyah, 103).
Demikian diskusi para
cendekiawan dan ulama dari dulu hingga kini tentang apakah bumi itu bulat atau
datar. Dari pembahasan tersebut dapat diketahui bahwa penjelasan tentang apakah
bumi datar atau bulat-bola, tidak kita dapatkan dalil yang tegas dan gamblang dari
al-Qur’an maupun al-Hadis. Beberapa ayat al-Qur’an yang menyebut keadaan bumi memang
memungkinkan difahami bumi itu bulat atau datar. Karena itu wajar bila di
kalangan ulama terjadi perbedaan pendapat dalam hal tersebut.
Mana di antara
dua pendapat tersebut yang benar, apakah bumi itu bulat atau datar? Karena
tidak ditemukan dalil yang tegas, maka sebaiknya kita kembalikan kepada hasil
penelitian ilmiah yang sudah diakui kebenarannya di kalangan ilmuwan. Jika
menurut NASA bahwa bumi itu bulat, maka pendapat yang sesuai dengan fakta
ilmiah inilah yang patut menjadi pegangan. Hal ini sesuai dengan sikap Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al-Albani yang meyakini bahwa bumi itu bulat dengan cara menggabungkan
kedua ilmu, yaitu fakta ilmu dunia atau sains dan “yang tersirat” dalam
Al-Quran maupun Sunnah (al-Albani, Kurawiyyat
al-Ardl Wa Dawranuha hawla al-Syamsi, Youtube, published on Nov 24, 2012 dan Silsilah Huda wan Nur, kaset
nomor 1/436).
Wallahu A’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar