AL-QUR’AN
THE SOUND HEALING
Oleh
DR.H.Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ
لِلْمُؤْمِنِينَ وَلاَ يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلاَّخَسَارًا
Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar (penyembuh) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.(QS.al-Isra, 82)
Berdasarkan ayat tersebut, 'Ibn al-Qayyim mengatakan
Al-Qur'an
adalah bacaan yang dapat memberikan efek kesembuhan terhadap berbagai jenis penyakit
dengan kesembuhan total, baik penyakit hati maupun penyakit fisik (Za>d al-Ma’ad,1994)).
Di zaman modern ini telah muncul beragam metode pengobatan
alternatif. Salah satunya adalah metode penyembuhan yang dinamakan sound
healing atau al-‘ila>j bi al-s}awt atau terapi suara. Alfred Tomatis, seorang dokter asal Perancis, setelah lima puluh tahun
mengadakan penelitian terhadap indra manusia, akhirnya mengambil kesimpulan
bahwa indra pendengaran adalah indra yang paling penting di antara indra
manusia lainnya. Menurutnya, telinga memiliki kemampuan kontrol terhadap
seluruh tubuh, mengatur operasi vital tubuh, membuat keseimbangan gerak dan
konsistensi irama yang teratur bagi semua organ tubuh. Dengan demikian, telinga
merupakan panglima bagi semua sistem saraf manusia. Lebih lanjut Alfred
mengemukakan hasil eksperimennya bahwa saraf pendengaran dapat berkomunikasi dengan semua otot dalam
tubuh sehingga memunculkan keseimbangan tubuh, fleksibilitas dan kemampuan
penglihatan. Semuanya dipengaruhi oleh suara. Telinga bagian dalam berhubungan
dengan seluruh bagian tubuh seperti jantung, paru-paru, hati, dan usus. Karena
itu, frekuensi suara yang diterima telinga akan memberi pengaruh pada seluruh
tubuh. (Alfred Tomatis, 1991; ‘Abd al-Da>’im al-Kah}i>l, 2010).
Pada tahun
1974, peneliti Fabien Maman dan temannya mengumumkan
penemuan mengejutkan. Mereka
menemukan bahwa setiap organ tubuh memiliki sistem vibrasi atau getaran
sendiri, sesuai dengan hukum fisika. Beberapa tahun kemudian, Fabien dan
peneliti lainnya mengungkapkan bahwa suara dapat mempengaruhi sel-sel,
khususnya sel kanker, dan bahwa suara-suara tertentu memiliki efek yang lebih
kuat. Hal ajaib yang ditemukan oleh peneliti itu adalah bahwa suara yang
memiliki efek paling kuat pada sel-sel tubuh adalah suara manusia itu sendiri. Fabien,
seorang peneliti yang juga sekaligus musisi berhasil meletakkan sel-sel darah
dari tubuh yang sehat dan menghadapkannya pada berbagai macam suara. Ia menemukan bahwa setiap not skala musik dapat mempengaruhi medan elektromagnetik sel. Ketika ia memotret sel ini dengan
kamera Kirlian, ia menemukan bahwa bentuk dan nilai medan elektromagnetik sel
itu berubah sesuai dengan frekuensi-frekuensi suara dan tipe suara orang yang
mengeluarkan suara. Kemudian ia membuat eksperimen lain dengan meletakkan darah
orang sakit. Ia berusaha mengamatinya dengan kamera Kirlian, dan meminta pasien
untuk membuat berbagai macam suara. Dari pengamatannya itu, ia menemukan bahwa
beberapa nada tertentu, yang direspon oleh sel darah bersama suara pasien,
mengalami getaran respon yang sempurna. Akhirnya ia menyimpulkan bahwa ada
not-not tertentu yang bisa mempengaruhi
sel-sel dan membuatnya lebih vital dan aktif, bahkan meregenerasinya. Ia
menarik suatu hasil yang penting bahwa suara manusia memiliki pengaruh yang
kuat dan unik terhadap sel-sel tubuh. Pengaruh ini tidak ditemukan pada
instrumen lain. Ia kemudian menyatakan bahwa suara manusia memiliki resonansi spiritual
khusus yang memberi penyembuhan paling efektif. Selain itu,
Fabien juga menemukan bahwa beberapa suara mampu meledakkan sel kanker, dan
pada waktu yang sama dapat mengaktifkan sel dengan baik. Ketika suara seseorang
diperdengarkan, suara itu dapat mempengaruhi sel-sel darah dan mengirimkan
getaran suara ke seluruh bagian tubuh melalui sistem peredaran darah.(Fabien Maman, 1997; al-Kah}i>l, 2010).
Teori ini
relevan dengan penemuan Masaru Emoto tentang misteri air. Ia telah melakukan
percobaan mengenai pengaruh suara terhadap air. Ia menemukan bahwa medan
elektromagnetik dari molekul air juga terpengaruh oleh suara. Ada gelombang
suara tertentu yang memberi pengaruh pada molekul air lalu membuatnya lebih
dinamis dan teratur (Masaru Emoto, 2006).
Jika fenomena
ini dikaitkan dengan kondisi tubuh manusia yang terdiri dari 70 % air, maka
suara yang terdengar oleh telinga manusia akan memberi pengaruh pada
keteraturan molekul air dalam sel-sel tubuh dan memberikan getaran sehingga
mempengaruhi kesehatan tubuhnya (Heri Herdiansyah, 2007).
Jika Fabien telah mengambil kesimpulan bahwa
suara manusia memiliki resonansi spiritual khusus yang memberi penyembuhan
paling efektif,
maka air yang dinilai oleh
Emoto bisa mendengar, menyimpan dan
menyampaikan informasi, akan membantu
proses transfer gelombang energi positif yang dibutuhkan oleh tubuh manusia
sampai pada level sel, atom dan sub atom terkecil.
Salah satu cara memasukkan energi positif ke
dalam tubuh manusia adalah dengan cara memperdengarkan suara. Suara adalah
gelombang yang menyebar di udara. Gelombang itu merupakan getaran frekuensi
yang ada di udara, selanjutnya masuk ke dalam telinga kemudian menggerakkan
gendang telinga. Setelah itu berpindah ke saraf pendengaran dan berubah menjadi
gelombang elektromagnetik yang diterima oleh otak. Oleh otak kemudian dianalisa
dan selanjutnya mengeluarkan reaksi perintah kepada tubuh untuk direspon. Lebih
lanjut al-Kah}i>l mengatakan bahwa seluruh sel yang ada dalam tubuh manusia
bergetar dalam frekuensi tertentu dan membentuk sebuah harmoni tertentu yang
terpengaruh oleh suara di sekitarnya. Penyakit yang menimpa anggota tubuh
sebenarnya adalah disebabkan adanya perubahan dalam getaran sel-sel tubuh yang
keluar dari sistem yang sudah berlaku pada tubuh. Untuk penyembuhannya, tubuh
manusia harus dihadapkan pada suara tertentu. Suara ini akan berusaha
mempengaruhi sistem getaran tubuh, khususnya bagian tubuh yang mengalami
kerusakan. Dengan merespon suara-suara yang datang dari luar maka akan bisa
memulihkannya pada getaran yang semestinya
(al-Kah}i>l, 2010).
Paparan tersebut menunjukkan bahwa suara memiliki pengaruh yang luar biasa dalam
memberikan kesembuhan terhadap suatu penyakit. Karena itu terapi
suara bisa menjadi terapi alternatif yang ideal. Bagaimana dengan al-Qur’an,
apakah ketika dibacakan di hadapan orang yang sakit, ia bisa menjadi suara yang
berenergi positif dan dapat memberikan efek kesembuhan?
Dalam teologi
Islam, al-Qur’an diyakini sebagai kitab yang mengandung mu‘jizat.
Al-Zarqa>ni> dalam Mana>hil
al-‘Irfa>n Fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, mengemukakan: “Al-Qur’an adalah
kala>m (firman Allah) yang mengandung mu‘jizat yang diturunkan kepada Nabi
Saw, tertulis di dalam mus}h}af, diriwayatkan dengan cara mutawatir dan
membacanya dinilai sebagai ibadah”.
Salah satu keistimewaan dan kemu‘jizatan
al-Qur’an yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab yang lain adalah aspek keindahan
dan ketelitian redaksinya. Ketelitian redaksi al-Qur’an ini terutama mengenai
penempatan kata-kata yang begitu serasi, seimbang dan relevan antara jumlah
bilangan dengan antonimnya, jumlah bilangan dengan sinonimnya, jumlah bilangan
dengan kata yang menunjuk akibatnya, jumlah bilangan dengan kata yang menjadi
penyebabnya, dan jumlah bilangan dengan perimbangan yang khusus. Selain itu,
yang lebih mengagumkan adalah jumlah huruf-huruf yang ada dalam al-Qur’an
merujuk kepada angka 19, yang intinya adalah mengarah kepada makna yang wa>h}id,
Allah Yang Esa.
M. Quraish Shihab (1992), dengan
mengutip ‘Abd al-Razza>q Nawfal, dalam kitab Al-I’ja>z Al-‘Adadi> li Al-Qur’a>n Al-Kari>m,
mengemukakan sekian banyak contoh tentang keseimbangan tersebut, di antaranya
adalah keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya. Misalnya: Al-h}aya>h (hidup) dan al-mawt
(mati), masing-masing sebanyak 145 kali; Al-naf‘ (manfaat) dan al-mad}arrah (mudarat), masing-masing sebanyak 50 kali; Al-h}a>r (panas) dan al-bard
(dingin), masing-masing 4 kali; Al-s}a>lih}a>t (kebajikan) dan al-sayyi’a>t (keburukan), masing-masing
167 kali; Al-T{uma’ni>nah (kelapangan/ketenangan) dan al-d}i>q (kesempitan/kekesalan),
masing-masing 13 kali; Al-rahbah (cemas/takut) dan al-raghbah
(harap/ingin), masing-masing 8 kali; Al-kufr (kekufuran) dan al-i>ma>n (iman) dalam bentuk definite, masing-masing 17 kali; Kufr
(kekufuran) dan i>ma>n (iman) dalam bentuk indifinite,
masing-masing 8 kali; Al-s}ayf (musim panas) dan al-shita>’ (musim dingin), masing-masing
1 kali.
Sisi lain yang
mengagumkan dari al-Qur’an, selain dari aspek keserasian dan keseimbangan
kata-katanya adalah jumlah huruf-hurufnya yang semuanya habis terbagi dengan
angka 19. Rashad Khalifah, imam masjid Tucson Amerika dan pakar
Biokimia dari Arizona, adalah penemu rahasia keteraturan bilangan dalam
Al-Qur'an ketika akan menerjemahkannya dalam bahasa Inggris tahun 1968. Berawal dari rasa penasaran untuk menemukan makna konkret
setiap penggalan inisial (ah}ruf al-muqat}t}a‘ah) di awal
29 surat Al-Qur'an. Pelacakan di mulai dari huruf: Qa>f, S{a>d, dan Nu>n sampai akhirnya penelitian itu bermuara pada angka
19 sebagai common denominator.
Sebagai
contoh, bacaan basmalah terdiri 19 huruf yakni ba>, si>n, mi>m, alif, la>m,
la>m, ha>,
alif, la>m,
ra>, h}a>,
mi>m, nu>n, alif, la>m, ra>, h}a>,
ya>, dan mi>m. Jadi jumlah huruf dalam kalimat basmalah sebanyak 19; dan setiap penggalan
katanya yakni 'ism, Alla>h, al-Rah}ma>n dan al-Rah}i>m,
merupakan perkalian 19. Kata 'ism terulang 19 (19 x 1), Alla>h disebut 2698 (19 x 142), al-Rah}ma>n terulang 57 (19 x 3), al-Rah}i>m
disebut 114 (19 x 6), dan masih ratusan fakta
keajaiban lain. Mengapa angka 19 yang menjadi kunci? Tidak lain, tema
sentral Al-Qur'an adalah keesaan Allah, Wa>h}id. Kalau rahasia angka 19 ini dikembalikan kepada huruf arab yang
dipakai untuk menunjukkan bilangan (sebelum mereka memakai angka
arab yang dikenal dalam ilmu hitung sekarang dengan rumus: huruf
alif = angka 1, ba>’ = 2, ji>m = 3, da>l = 4, ha>’ = 5, waw = 6, za> '= 7, h}a>’ = 8, t}a>' = 9, ya>’ = 10, ka>f = 11, dst.), ternyata angka 19 ditulis dengan rangkaian akronim wa>h}id (h}arf waw = angka 6, alif= 1, h}a>’= 8. dan da>l= 4). Jika dijumlah maka 6+1+8+4= 19. Dengan
demikian, misteri angka 19 dalam Al-Qur'an yang baru diketemukan
dengan komputer itu berarti wa>h}id, keesaan Allah swt (Fuad Thohari, 1430 H).
Keterangan
di atas menunjukkan betapa Allah telah menata dengan cermat kalimat demi
kalimat, kata demi kata bahkan huruf demi huruf yang begitu rapi dan teliti
sehingga menggambarkan harmonisasi yang sangat sempurna. Keharmonisan ini akan
semakin terasa indah dan unik jika yang menjadi qa>ri’ (pembaca
al-Qur’an) dari seseorang yang bagus suaranya. Di sini semakin tampak bedanya
antara al-Qur’an dengan bacaan-bacaan atau suara-suara yang lain. Inilah salah
satu keistimewaan al-Qur’an.
Selain
keistimewaan dari aspek susunan redaksi yang begitu harmonis dan mengagumkan
itu, yang juga membedakan dengan kitab-kitab atau bacaan-bacaan yang lain
adalah bahwa al-Qur’an
bukan hanya dibaca untuk dimengerti dan dijadikan pedoman dalam kehidupan
sehari-hari bagi pemeluknya, akan tetapi al-Qur’an juga harus dibaca dengan
bacaan-bacaan yang indah dengan kaidah-kaidah membaca secara khusus yang
disebut dengan ilmu tajwi>d. Dari al-Barra> bin ‘A<zib, Rasulullah Saw
bersabda:“Hiasilah Al-Qur’an dengan
suaramu, karena sesungguhnya suara yang indah itu dapat menambah al-Qur’an
semakin indah”. (HR.
'Abu> Da>wud dan al-Da>rimi).
Shaykh al-'Alba>ni> menilai h}adi>th ini s}ah}i>h}.
Beberapa hasil penelitian telah
menunjukkan bahwa suara dengan irama yang seimbang dapat memberi dampak yang
signifikan terhadap stabilitas dan aktifitas otak. Selain itu dapat juga
memberi pengaruh positif pada detak jantung sehingga melahirkan vitalitas otak.
Melalui suara dengan irama seimbang juga dapat membuat tubuh manusia menjadi
lebih mampu mengarahkan sistem kekebalan tubuh untuk menghadapi berbagai
penyakit. Jadi, sel-sel otak akan merespon secara dramatis, jika terkena irama
suara yang seimbang (al-Kah}i>l, 2010). Bacaan dengan irama suara yang
seimbang ini tidak dimilki oleh bacaan yang lain selain al-Qur’an, karena
memang cara membacanya harus benar sesuai dengan kaidah tajwi>d.
Ketika al-Qur’an dibaca dengan baik dan
benar serta dengan irama lagu yang indah, maka hal ini menjadi bagian dari seni
yang dibutuhkan untuk kekuatan jiwa dan raga. Al-Dhahabi> (w.748 H),
penulis kitab al-T{ibb al-Nabawi> menyatakan: “Nyanyian atau lagu-lagu adalah
kesenangan jiwa, cahaya hati dan santapan ruhani. Nyanyian adalah pengobatan
spiritual yang paling berkhasiat. Nyanyian...juga dapat memperkuat aktifitas beberapa perasaan,
memperlambat penuaan dan mengusir penyakit”.
Bagi al-Dhahabi>,
musik atau lagu yang wajib didengar dan harus diutamakan adalah pembacaan
al-Qur’an, terutama yang dibacakan ketika salat fard}u berjamaah oleh
seorang ima>m yang khusyuk, tunduk dan patuh kepada Allah dan dengan
suara yang indah serta berirama sesuai dengan kaidah ilmu tajwi>d.
Terhadap yang lain, seperti menyanyi
atau mendengar lagu-lagu, syair dan lain-lain, selama tidak menjauhkan dirinya
dari Allah Swt maka boleh saja.
Jika al-Qur’an
dibacakan dengan baik dan dengan suara yang merdu maka akan membuat senang dan
nyaman bagi pendengarnya terutama bagi penikmatnya. Sesuai dengan teori “sound
healing” (terapi suara) maka pembacaan al-Qur’an yang merupakan kala>m
Allah Yang Maha Indah dan Maha Menyembuhkan, akan membawa khasiat bagi yang
memanfaatkannya. Jika suara musik dan lagu yang dibuat oleh manusia saja bisa
berpengaruh pada proses penyembuhan, apalagi jika suara itu berasal dari
kalimat-kalimat suci yang merupakan Kalam Ilahi.
Dari semua keterangan di atas menjelaskan
bahwa suara al-Qur’an yang indah dan berirama, yang dibaca dengan baik sesuai
kaidah tajwi>d, dapat menimbulkan energi positif dan akan bermanfaat bagi peningkatan
kesehatan tubuh manusia dan bahkan dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
Al-Kah}i>l, secara rinci menjelaskan tentang proses penyembuhan melalui
al-Qur’an. Menurutnya, bacaan al-Qur’an adalah seperangkat frekuensi suara yang
sampai ke telinga dan dikirim ke sel-sel otak lalu mempengaruhi sel melalui
medan listrik yang melahirkan sel-sel. Sel-sel dan medan listrik itu kemudian
saling merespon hingga mengubah getaran sel menjadi stabil. Keadaan inilah yang
disebut sembuh, bebas dari gangguan penyakit (al-Kah}i>l, 2010).
Telah dimuat dalam majalah MATAN
PWM Jawa Timur edisi Juli 2013
assalamu'alaikum
BalasHapusustad Dr.H.Achmad Zuhdi Dh, M.Fil saya aisyah izin mencuplik artikel anda kebetulan penelitian saya tentang pengaruh musik terhadap kekebalan tubuh, bisakah saya minta daftar pustaka??
terima kasih
besar harapan saya bisa join
Wa'alaikumussalam wr wr. Silakan mengutip artikel saya, dan berikut ini daftar pustaka selengkapnya:
HapusDAFTAR PUSTAKA
‘Arif, 'Abu> al-Fida> Muh}ammad ‘Izzat Muh}ammad.‘An. Kairo: Da>r al-Fad}i>lah, 2009.
Anwar, Salman Rusydie. Sembuh dengan Al-Qur’an. Jogjakarta: Sabil, 2010.
al-Bayhaqi>, 'Abu> Bakr 'Ah}mad bin al-H{usayn Sha‘b al-'In, Vol. II. Bayru>t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah, 1410 H.
al-Bukha>ri, Muh}ammad Bin 'Isma>‘i>l 'Abu> ‘Abdilla>h. al-Ja>mi‘ al-S{ah}i>h} al-Mukhtas}ar, Vol.V. Bayru>t: Da>r Ibn Kathi>r, 1987.
al-Dhahabi>, 'Abu> ‘Abdilla>h Muh}ammad bin 'Ah}mad bin ‘Uthma>n. al-T{i>bb al-Nabawi> . Mesir: Mus}t}afa> al-Ba>bi> al-H{albi Wa Awla>duhu, 1349 H.
Emoto, Masaru. The True Power of Water, terj. Azam Translator. Bandung: MQ Publishing, 2006.
Fabien, Maman The Role of Music in The Twenty First Century . California, Tama-Do Press, 1997
Gusmian, Islah. Ruqyah Terapi Nabi Saw Menangkal Gangguan Jin, Sihir dan Santet . Jogjakarta: Galangpress, 2005.
Herdiansyah, Heri. The Miracle: Mengungkap Rahasia Makanan dan Minuman Berkhasiat dalam al-Qur’an. Jakarta: Zikrul Hakim, 2007.
http://en.wikipedia/wiki/ Rashad_Khalifa.
'Ibn al-Qayyim. Za>d al-Ma‘a>d Fi> Hady Khayr al-‘Iba>d, Vol.IV. Bayru>t: Mu’assasah al-Risa>lah, 1994.
______al-T{ibb al-Nabawi>, I. Bayru>t: Da>r al-Kita>b al-‘Arabi>, 1990.
'Ibn al-H{a>j, 'Abu> ‘Abdilla>h Muh}ammad b. Muh}ammad b. Muh}ammad al-‘Abdari>. al-Madkhal, Vol. IV. t.t: Da>r al-Fikr, 1981.
Ibn al-Sadhan, ‘Abdulla>h bin Muh}ammad. “Was}fah mujarrabah ‘ila>jan mudhishan lijami>’ al-Amra>d},” dalam Kayfa Tu’a>lij Mari>d}aka bi al-Ruqyah al-Shar’i>yah, I/4.
'Ibn al-'Athi>r. al-Niha>yat Fi> Ghari>b al-'Ar, Vol. II. Bayru>t: al-Maktabah al-‘Ilmi>yah, 1979.
'Ibn Manz}u>r, Muh}ammad bin Mukrim. Lisa>n al-‘Arab, Vol. XIV. Bayru>t: Da>r S{a>dir, t.th.
Ibn ‘Ar, Muh}ammad al-T{a>hir. al-Tah}ri>r wa al-Tanwi>r, Vol. XXIX. Tu>nis: al-Da>r al-Tu>nisi>yah, 1984.
Julianti, "al-Qur'an dan Kecerdasan" dalam http://tamyizonline.com/al-quran-dan-kecerdasan. (31 May 2011).
al-Kah}i>l, ‘Abd al-Da>’im. Al-Qur’an The Healing Book, terj. M. Lili Nur Aulia. Jakarta: Tarbawi Press, 2010.
Al-Mana>wi>. Fayd} al-Qadi>r Sharh} al-Ja>mi‘ al-S{aghi>r, Vol.V. Bayru>t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah, 1994.
Muh}ammad Sha’ba>n, Arshi>f Multaqa> Ahl al-h}adi>th-4, Vol. I/ 8177.
al-Naysa>bu>ri>, 'Abu> al-H{usayn Muslim bin al-H{ajja>j bin Muslim al-Qushayri>. al-Ja>mi‘ al-S{ah}i>h} S{ah}i>h} Muslim, Vol. VII. Bayru>t: Da>r al-Aq al-Jadi>dah,tt.
Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1992.
Thohari, Fuad "Membongkar Mitos: Belajar al-Qur’an Sulit" dalam http://www. masjidrayavip.org/index.php?option=com_content&view=article&id=84: membongkar-mitos-qbelajar-al-quran-sulitq&catid=61:fuad-thohari& Itemid=98
al-Zarqa>ni>, Muh}ammad ‘Abd al-‘Az}i>m. Mana>hil al-‘Irfa>n Fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Vol.I. Byiru>t: Da>r al-Fikr, tt.
TERIMA KASIH INFORMASINYA, JAZAKUMULLAH KHOIRAN KATSIROO, BERMANFAAT UNTUK REFERENSI HEALING.
BalasHapus