URUTAN ZIKIR SESUDAH SALAT
Oleh
Prof.Dr.H. Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I
Permasalahan:
Di kalangan warga Muhammadiyah, zikir sesudah
salat dilakukan dengan cara sirr (pelan, tidak dikeraskan), karena itu ada
sebagian warga non Muhammadiyah menganggap warga Muhammadiyah tidak melakukan
zikir sesudah salat. Melalui rubrik Konsultasi Agama ini, mohon kepada Pengasuh
berkenan membahas mengenai apa saja bacaan zikir sesudah salat yang diajarkan
Rasulullah saw., dan haruskah berurutan dalam bacaan zikirnya? Demikian, atas
jawabannya kami sampaikan terima kasih dengan iringan doa jazakumullah ahsanal
jaza’ (Mar’atus Sholeha, Lamongan).
Pembahasan:
Mengenai
zikir sesudah salat memang sudah sering dibahas. Dalam Buku Fatwa-Fatwa Tarjih (Tanya
Jawab Agama, I/81-83) juga dibahas mengenai bacaan-bacaan zikir sesudah
salat. Yang menjadi pertanyaan, adakah tuntunan Rasulullah saw. mengenai urut-urutan
dalam berzikir tersebut?
Berdasarkan
beberapa hadis sahih, zikir sesudah salat lima waktu dapat diterangkan sebagai
berikut:
Bila
sebagai imam, maka setelah
selesai salam, imam masih menghadap kiblat, membaca istighfar
tiga kali dilanjutkan dengan membaca Allahumma antassalam wa minkassalam,
tabarakta ya dzal jalali wal ikram (HR. Muslim 1363). Setelah itu imam
menghadap makmum (al-Bukhari 6230 dan Muslim 989) kemudian melanjutkan
zikirnya. Adapun sebagai makmum, tetap pada posisi duduknya atau bebas
duduk yang nyaman. Tidak harus mengikuti zikirnya imam. Dalam hal ini bisa baca
atau zikir sendiri-sendiri secara sirr. Berikut ini lafal zikirnya:
أَسْتَغْفِرُ اللهَ (ثلاث مرّات)
اَللَّهُمَّ
اَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ يَاذَاالْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ
(رواه مسلم)
Aku mohon ampun kepada Allah 3 x
Ya Allah, Engkaulah Yang Sejahtera dan dariMu kesejahteraan itu
(datang). Engkau Pemberi berkah wahai Pemilik keagungan dan kemuliaan (HR. Muslim 1362).
Selanjutnya
bisa membaca kalimat tauhid sebagai berikut:
لاَ إِلهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَي كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيْرٌ
اَللّهُمَّ لاَ
مَانِعَ لِمَاأَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ
مِنْكَ الْجَدُّ (رواه البخاري و مسلم)
Tidak ada Tuhan
kecuali Allah Yang Esa, tiada sekutu bagiNya, milikNya kekuasaan dan segala
pujian, dan Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tiada seorang pun yang
mampu menghalangi terhadap pemberianMu, dan tiada pula yang dapat memberi
sesuatu yang Engkau tidak mau atasnya pemberian, dan tidak berguna kekayaan itu
bagi pemiliknya di sisiMu (HR. Al-Bukhari 844 dan Muslim 1086).
Setelah itu bisa membaca beberapa ayat
atau surat dalam al-Qur’an. Misalnya ayat al-Kursi (QS. Al-Baqarah ayat 255)
berikut ini:
اَعُوْذُ باللهِ مِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ
اللهُ لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ
تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَّ لاَ نَوْمٌ لَّهُ مَا
فِي السَّموَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ مَنْ ذَاالَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيْطُوْنَ
بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ
وَلاَ يَؤُوْدُهُ
حِفْظُهُمَا وَهُوَالْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ
(البقرة 255)
“Aku berlindung kepada Allah dari godaan
setan yang terkutuk. Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia, yang
hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhlukNya). Ia tidak mengantuk dan
tidak tidur. Hanya milikNya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat
memberi syafa’at di sisi Allah tanpa seizinNya?
Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka.
Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendakiNya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Allah tak merasa berat
memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar” (QS.al-Baqarah,
255).
Dari
Abu Umamah, Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa membaca ayat al-Kursi (al-Baqarah,
255) setelah selesai salat wajib maka tidak akan ada yang bisa menghalanginya
masuk surga kecuali maut” (HR. Al-Nasai 9928). Hadis ini disahihkan oleh
al-Albani (al-Silsilah al-Sahihah, II/661).
Setelah itu bisa membaca surat al-Ikhlas,
al-Falaq, dan al-Nas sebagai berikut:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ اللهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ
كُفُواً أَحَدٌ (الاخلاص , 1-4)
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ
الْفَلَقِ مِنْ شرِّ مَا خَلَقَ وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ وَمِنْ شَرِّ النَّفّثتِ فِى الْعُقَدِ وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (الفلق, 1-5)
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ مَلِكِ النَّاسِ
إِلهِ النَّاسِ مِنْ شَرِّ الْوَسْوَا سِ الْخَنَّاس اَلَّذِىْ يُوَسْوِسُ فِىْ صُدُوْرِ
النَّاسِ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (الناس,1-6)
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah bahwa Allah
itu Esa. Allah itu tempat bergantung (semua makhluk). Dia tidak beranak dan
tidak diperanakkan. Dan tiada satu pun yang menyamaiNya” (QS. Al-Ikhlas, 1-4).
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Katakanlah! Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh, dari kejahatan
makhlukNya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari
kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari
kejahatan orang-orang yang dengki apabila ia telah dengki” (QS. Al-Falaq, 1-5).
“Dengan nama Allah Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah! Aku berlindung kepada Tuhannya
manusia, Raja manusia, Sesembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang
biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada (hati) manusia,
dari golongan jin dan manusia” (QS. Al-Nas, 1-6).
Bersadarkan hadis riwayat Abu Dawud 1525,
Al-Tirmidzi 2903, Al-Nasa-i 1336 dan Ibn Hibban 2004, dari ‘Uqbah bin ‘Amir
bahwasanya Rasulullah saw.
menyuruh kita agar setelah selesai salat membaca “Al-Mu’awwidzaat”,
yakni Surat Al-Ikhlash, Surat Al-Falaq dan Surat al-Nas. Hadis ini juga
diriwayatkan oleh Abu Hatim dalam Sahihnya dan Al-Hakim dalam al-Mustadrak.
Al-Hakim berkata bahwa hadis ini sahih menurut syarat Muslim
(al-Mustadrak 929).
Setelah itu boleh membaca:
اَللّهُمَّ أَعِنِّىْ عَلَى ذِكْرِكَ وَ شُكْرِكَ وَحُسْنِ
عِبَادَتِكَ (رواه ابو
داود)
“Ya Allah, tolonglah
aku agar senantiasa dapat mengingatMu, dan bersyukur kepadaMu serta (semakin)
bagus dalam beribadah kepadaMu” (HR. Abu Dawud 1524).
Dalam hadis
riwayat Ahmad 22126, Abu Dawud 1524, Al-Nasa-i 9937, Ibn Khuzaimah 751, Ibn
Hibban 2020, dan Al-Hakim 1010 dari Mu’adz bin Jabal, bahwasanya Rasulullah saw. pada suatu hari
memegang tangannya lalu bersabda: “Wahai Mu’adz! Saya sungguh sayang
padamu!” Mu’adz menjawab: “Demi
ibu-bapakku yang menjadi tebusan tuan, wahai Rasulullah, saya juga amat sayang
kepada tuan!”. Kemudian Nabi saw. bersabda: Wahai Mu’adz! Aku wasiatkan kepadamu, agar
setiap selesai salat, jangan sekali-kali meninggalkan bacaan: Allaahumma
a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatika”. Hadis ini dinilai
sahih oleh al-Albani (Sahih al-Targhib Wa al-Tarhib, II/119).
Setelah itu
bisa membaca tasbih (سُبْحَانَ اللهِ) 33 x, tahmid (اَلْحَمْدُ
ِللهِ) 33 x, dan takbir
(اَللهُ اَكْبَرُ) 33 x. Rasulullah saw. bersabda: “Maukah kalian saya ajarkan
sesuatu untuk menyusul orang-orang yang mendahului kalian dan mendahului
orang-orang yang di belakang, hingga tak seorang pun yang akan lebih mulia dari
kalian, kecuali orang-orang yang berbuat sebagaimana yang kalian perbuat? Mereka
menjawab: “Mau ya Rasulullah!”. Nabi saw. bersabda: “Hendaklah setelah selesai
salat kalian membaca tasbih (subhaanallah), takbir (Allaahu
Akbar), dan tahmid (al-hamdu lillah), masing-masing sebanyak 33 (tiga
puluh tiga) kali (HR. Al-Bukhari 843 dan Muslim 1375).
Setelah itu membaca kalimat
tauhid lagi dengan redaksi sebagai berikut:
لاَ
إِلهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَي كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيْرٌ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ
نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ
لاَ إِلهَ إِلاَّاللهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ
(رواه البخارى و مسلم)
“Tidak ada Tuhan melainkan Allah Yang Maha Esa,
tiada sekutu bagiNya, milikNya segala kekuasaan dan pujian. Dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izinNya. Tidak
ada Tuhan melainkan Allah, dan tidaklah kami beribadah kecuali kepadaNya, hanya
milikNya kenikmatan, keutamaan dan sanjungan yang baik. Tidak ada Tuhan selain
Allah dengan ikhlas beribadah kepadaNya walaupun orang-orang kafir membenci” (HR.
Al-Bukhari 844 dan Muslim 1371).
Khusus setelah salat subuh dan
salat maghrib, ada tambahan bacaan kalimat tauhid yang dibaca sepuluh
kali. Berikut lafal bacaannya:
لاَ إِلهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِىْ وَيُمِيْتُ
وَهُوَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ 10 مرات (رواه الترمذي)
“Tidak ada Tuhan
melainkan Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi Nya, miliknya segala kekuasaan
dan segala pujian. Ia yang menghidupkan dan yang mematikan. Dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu, 10 kali” (HR. Al-Tirmidzi).
Imam
Al-Tirmidzi meriwayatkan hadis dari Abd al-Rahman bin Ghanam bahwasanya Nabi saw.
bersabda: “Barangsiapa sesudah selesai salat maghrib dan sesudah selesai salat subuh
membaca dzikr: “Laa ilaaha illallaah
wahdahuu laa syariikalah lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wahuwa
‘alaa kulli syai-in qodiir”, sebanyak
10 kali, maka dicatatlah
baginya setiap kalinya sepuluh pahala kebajikan, kemudian dihapus sepuluh dosa
dan dinaikkan derajatnya sepuluh tingkat (HR. Al-Tirmidzi 3474). Al-Albani
menilai hadis ini sahih (al-Silsilah al-Sahihah, I/231).
Selain
bacaan tersebut, setelah subuh dan maghrib juga disunahkan membaca tujuh
kali: اللَّهُمَّ أَجِرْنِى مِنَ النَّارِ. Nabi saw. bersabda: “Jika engkau selesai dari salat maghrib maka
bacalah “Allahumma ajirnii minan naar, Ya Allah lindungi aku dari api
neraka” sebanyak tujuh kali, jika kamu baca doa itu kemudian kamu
meninggal pada malam itu juga, maka akan ditetapkan bahwa kamu terbebas dari
neraka. Jika kamu selesai dari salat subuh maka bacalah doa itu juga,
jika pada hari itu kamu meninggal, maka akan ditetapkan bahwa kamu terbebas
dari neraka" (HR. Abu Daud 5081). Al-Albani: sahih.
Mengenai apakah bacaan-bacaan zikir tersebut harus berurutan sesuai daftar urutan tersebut di atas? Jawabannya, tidak ada tuntunan yang mengharuskan semuanya berurutan. Namun, ada beberapa bagian yang disunnahkan berurutan sesuai yang dicontohkan oleh Rasulullah saw., misalnya yang biasa dibaca oleh Nabi saw. pertama sekali setelah salam dari salatnya adalah bacaan istighfar tiga kali kemudian bacaan Allahumma antassalam waminkas salam tabarakta ya dzal Jalali wal ikram. Setelah itu baru zikir yang lainnya. Wallahu A’lam!
(Artikel ini telah dimuat di Majalah MATAN PWM Jawa Timur ed. Mei 2025)