HUKUM MENGIDOLAKAN BINTANG KOREA
Oleh
Dr.H.Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I
Pertanyaan:
Assalamu'alaikum wr.wb!
Ustadz Zuhdi (UZ) yang dirahmati
Allah!
Saya siswa sekolah menengah
pertama, dan alhamdulillah sekarang sudah duduk di kelas 8. Akhir-akhir ini,
banyak di kalangan remaja yang gemar dengan bintang korea. Mereka mengidolakan
pemeran film/drama, penyanyi band dari negara tersebut. Bagaimana Islam
memandang idola? Apa yang harusnya dilakukan para remaja sekarang agar tidak
terjebak pada pengidolaan yang berlebihan? Terima kasih, ustadz !
Jawaban:
Wa’alaikumussalam wr. Wb!
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut perlu difahami dulu apa
itu idola dan apa yang dimaksud dengan mengidolakan. Idola artinya orang,
gambar, patung, dan sebagainya yang menjadi pujaan. Dengan demikian maka mengidolakan
berarti menjadikan sesuatu sebagai idola (https://kbbi.web.id/idola).
Idola juga berarti sesuatu yang dibanggakan, dipuja dan kemudian ingin ditirunya.
Jika
idola itu berupa orang, maka idola adalah seorang tokoh yang menjadi pusat
perhatian dikarenakan kelebihan yang dimilikinya. Kelebihan bisa berupa
prestasi di bidang olah raga, seni, pendidikan, dan lain-lain. Misalnya ada
seorang siswa yang memiliki IP(indeks prestasi) tertinggi di sekolahnya, maka
ia bisa menjadi idola bagi teman sekelas dan juga adik-adik kelasnya. Ketika
ada anak negeri ini berhasil menjuarai bulu tangkis tingkat dunia, maka ia bisa
menjadi idola banyak remaja se negaranya. Atau seorang bintang film terkenal,
baik karena kecantikan atau karena ketampanannya, biasanya juga menjadi idola
banyak orang. Ketika seseorang menjadi idola, maka ia akan menjadi pusat
perhatian banyak orang, dan apa saja yang dilakukannya akan menarik perhatian dan
kemudian ditirunya. Selanjutnya banyak orang yang ingin bertemu, minta tanda
tangan, dan bahkan ingin meraih kesuksesan seperti tokoh yang diidolakannya
itu. Ambil contoh dengan kepopuleran
bintang korea yang sering menghiasi layar kaca tv di Indonesia, yang banyak
menyedot perhatian para remaja Indonesia untuk menjadikannya sebagai idola.
Bintang korea terkenal semisal Kim Tae Hee dan Joo Won yang
pernah membintangi film tv serial Yong Pal (18 episode) dua tahun lalu
(2015), masing-masing telah meraih sukses luar biasa dengan mendapatkan bayaran
per episode 40 juta won atau sekitar hampir setengah milyar per episode-nya. Berita
terkini, untuk artis termahal Korea dipegang oleh Kim Soo Hyun yang
berhasil meraup bayaran 9,8 milyar rupiah sekali tampil dalam suatu acara tv di
China. Sukses luar biasa yang telah dicapai para bintang tersebut menjadikan
banyak remaja, termasuk remaja Indonesia sangat nge-fans dan
mengidolakannya.
Permasalahannya,
bolehkah mengidolakan bintang Korea, yang konon mereka umumnya tidak beragama
Islam?
Dalam
Islam, orang yang paling layak untuk dijadikan idola hanyalah Muhammad, Nabi
dan Rasul Allah. Beliau layak karena memiliki kesempurnaan dan keagungan akhlak.
Allah Swt berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ
اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ
وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab:
21).
Tentang keagungan akhlak Rasulullah, dapat
diketahui berdasarkan riwayat sebuah
hadis bahwasanya “Sa’ad bin Hisyam bin Amir berkata: “Aku pernah mendatangi
Aisyah radhiyallahu ‘anha, lalu aku bertanya: “ Wahai Ummul Mukminin,
beritahukanlah kepadaku tentang akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam?”, beliau menjawab: “Akhlak beliau adalah Al Quran,
apakah kamu tidak membaca Al Quran, Firman Allah Azza wa Jalla: (وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ) dan
sesungguhnya engkau di atas budi pekerti yang agung.” (HR. Ahmad, No. 24645, dishahihkan
oleh Syu’ayb al-Arnout dalam Musnad Ahmad, VI/91).
Ibnu
Rajab rahimahullah menjelaskan tentang makna berakhlak dengan al-Quran, yaitu beliau
senantiasa beradab dan berakhlak dengan al-Quran, apa yang dipuji al-Quran maka
di dalamnya terdapat kerelaan beliau dan apa saja yang dicela al-Quran maka di
dalamnya terdepat kemurkaan beliau.” (Ibn Rajab, Jami’ Al-Ulum Wa Al-Hikam,
XVIII/14).
Dengan demikian, akhlak beliau adalah
sejalan denga isi al-Qur’an. Karena itu, jika kita ingin meneladani beliau,
caranya dengan mempelajari isi al-Qur’an dan berusaha mengamalkan dengan
sebaik-baiknya.
Apa untungnya mencintai, mengagumi, dan
mengidolakan Nabi Saw?
Sebuah hadis meriwayatkan bahwa
seseorang yang benar-benar mengidolakan dan mencintai Rasulullah Saw akan
mendapatkan jaminan bisa bersama Rasulullah kelak di surga. Berikut ini
hadisnya: “Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bercerita: “Pernah seorang lelaki
datang menenmui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu dia bertanya:
“Wahai Rasulullah, kapan hari kiamat?”, beliau bersabda: “Apa yang kamu telah persiapkan
untuk menyongsong hari kiamat”? Orang tersebut menjawab: “Kecintaan kepada
Allah dan Rasul-Nya”; Beliau bersabda: “Sesungguhnya kamu akan bersama
orang yang engkau cintai”(فَإِنَّكَ
مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ). Anas berkata: “Kami tidak pernah bergembira
setelah masuk Islam melebihi gembiranya disebabkan sabda nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam: “Sesungguhnya kamu bersama yang
engkau cintai”. Maka aku mencintai Allah dan Rasul-Nya, juga mencintai Abu
Bakar dan Umar, dan aku berharap bisa bersama mereka (di surga) meskipun aku
tidak beramal seperti amalan mereka”. (HR. Muslim).
Al-Mubarakfuri
menjelaskan bahwa sabda beliau “Seseorang bersama yang
dia cintai”, maksudnya adalah dia akan dikumpulkan
bersama orang yang dia cintai. Allah berfirman: “Barangsiapa yang taat
kepada Allah dan Rasul-Nya, maka mereka akan bersama orang-orang yang
dianugerahkan oleh Allah nikmat atas mereka”, dan secara lahir hadits, mencakup
keumuman baik untuk mencintai orang shalih atau orang yang tidak shalih, dan
yang menguatkan pendapat ini adalah hadits yang berbunyi: “Seseorang sesuai dengan agama temannya”, sebagaimana yang
sudah disebutkan. Maka di dalam hadits ini, terdapat motivasi (untuk berteman
dengan orang shalih-pent) dan peringatan keras (untuk tidak berteman dengan
orang tidak shalih-pent), di dalam hadits ini terdapat janji yang baik (bagi
yang berteman dengan orang shalih-pent) dan ancaman siksa (bagi yang berteman
dengan orang tidak shalih-pent).” (al-Mubarakfuri, Tuhfat Al Ahwadzi,
VII/51).
Atas
dasar keterangan tersebut maka mengidolakan seseorang bisa membawanya pada
kehidupan di akhirat. Jika yang menjadi idolanya itu orang-orang yang baik dan
shalih, insya Allah akan membawanya hidup di akhirat dalam kelompok orang-orang
shalih yang ahli surga. Sebaliknya, jika yang menjadi idola itu orang-orang
yang berperangai atau berakhlak buruk kemudian diikuti perangai buruknya itu,
maka akan membawanya pada kelompok orang-orang buruk yang ahli neraka.
Bagaimana
dengan mengidolakan bintang Korea?
Bila
mengidolakan bintang korea sampai pada mengikuti akhlaknya yang tidak sesuai
dengan norma Islam, misalnya ikut suka bergaul bebas tanpa batas, cara
berpakaian yang tembus pandang atau ketat sehingga tampak lekuk-lekuk bagian tubuhnya
atau bahkan banyak bagian tubuhnya yang terbuka, maka yang demikian ini diharamkan
atau tidak diperbolehkan. Tetapi, jika pengidolaannya lebih kepada simpati
karena kegigihan dalam berusaha, keseriusannya dalam meniti karir, cara
aktingnya yang begitu total, dan hal-hal lain yang sifatnya mubah dan positif,
maka mengidolakan yang demikian ini boleh-boleh saja.
Wallahu
A’lam!