MENCINTAI KARENA ALLAH
Oleh:
Dr.H.
Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I
Dalam sebuah hadis qudsi, Rasulullah Saw bersabda:
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ:
الْمُتَحَابُّونَ فِي جَلاَلِي لَهُمْ مَنَابِرُ مِنْ نُورٍ يَغْبِطُهُمُ
النَّبِيُّونَ وَالشُّهَدَاءُ
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman: Orang-orang yang saling
mencintai di bawah keagungan-Ku (demi keridhaanKu), untuk mereka mimbar-mimbar
(tempat yang tinggi) dari cahaya yang membuat para Nabi dan orang-orang yang mati
syahid menginginkannya
(HR.
al-Tirmidzi, No. 2390). Al-Albani: hadis ini shahih.
Hadis ini termasuk hadis qudsi, karena Rasulullah Saw
menyandarkan sabdanya kepada Allah Swt. Dalam hadis ini, Allah menjelaskan
tentang keutamaan saling mencintai karena Allah.
Mencintai adalah amalan hati yang harus dibuktikan dengan
tindakan nyata. Mencintai berarti memperhatikan, melayani, mengayomi, dan
berusaha menyenangkan orang yang
dicintainya. Dalam pepatah Arab dikatakan: “man ahabba syaian fahuwa ‘abduhu (مَنْ اَحَبَّ شَيْأً فَهُوَ عَبْدُهُ)”,
barangsiapa mencintai sesuatu maka ia akan menjadi budaknya.
Jika kita mencintai
orangtua, maka kita mesti memperhatikan apa saja yang menjadi kebutuhan mereka,
kemudian melayaninya terutama saat mereka sudah tua, melindungi dari segala hal
yang dapat membahayakan diri mereka terutama saat mereka sudah lemah, dan
berusaha menyenangkan hatinya dengan memberikan atau melakukan apa saja yang
menjadi keinginan mereka. Dengan demikian, mencintai orangtua berarti melakukan
sesuatu yang dapat membuat mereka senang dan bahagia.
Bagaimana dengan mencintai suami atau isteri? Mencintai
isteri atau suami, berarti memperhatikannya, melayaninya, mengayominya, dan
berusaha untuk dapat menyenangkan dan membahagiakannya.
Demikian juga mencintai orang lain, maka mencintainya berarti
memperhatikannya, berusaha membantu meringankan bebannya, mencarikan solusi
terhadap kesuliatan yang dihadapinya, dan berusaha menyenangkan dan
menenteramkan hatinya.
Saling mencintai (المتحابون) berarti
masing-masing berusaha saling memperhatikan, saling membantu, saling mendukung,
dan saling berusaha untuk dapat menyenangkan dan membahagiakannya.
Adapun mencintai karena Allah (المتحابون فى جلالى) berarti apa saja yang dilakukan dalam
memberikan perhatian, pelayanan, pertolongan, perlindungan, dan upaya untuk
menyenangkan dan membahagiakan orang lain itu semata-mata karena ingin
mendapatkan keridhaan Allah, karena ingin mentaati Allah dan mengagungkanNya,
bukan karena dorongan yang bersifat duniawi.
Mencintai orangtua karena Allah, berarti –dalam mencintai
mereka- karena ingin mendapatkan ridha Allah, mentaati perintahNya, dan
mengagungkanNya. Dalam surat al-Isra ayat 23, Allah Swt berfirman:
وَقَضَى
رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ
عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا
تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sakali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkatan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (Q.S. Al Isra': 23).
Mencintai isteri atau suami karena
Allah, berarti -dalam mencintai itu- semata-mata karena ingin medapatkan ridha
Allah, mentaati perintahNya, dan mengagungkanNya. Allah berfirman:
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى
أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
Dan
pergaulilah mereka dengan cara yang baik. Jika kalian tidak menyukai mereka
maka bisa jadi kalian membenci sesuatu padahal Allah menjadikan kebaikan yang
banyak padanya. (QS. Al-Nisa, 19).
Mencintai sesama karena Allah, berarti -dalam mencintainya
itu- karena ingin memperoleh ridha Allah, mentaatiNya, dan mengagungkanNya.
Dalam Musnad Ahmad, Rasulullah bersabda: Allah Swt berfirman:
حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ
فِيَّ، وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ، وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي
لِلْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ، وَالْمُتَحَابُّونَ فِي اللهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ
نُورٍ فِي ظِلِّ الْعَرْشِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ
Cinta-Ku berhak didapat oleh orang
yang saling mencintai karena-Ku(untuk mendapatkan ridhaKu), saling memberi
karena-Ku, dan saling mengunjungi karena-Ku. Orang-orang yang saling mencintai
karena Allah, akan berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya, di bawah naungan
‘Arsyi ketika tidak ada naungan keculi naungan-Nya. (HR. Ahmad No.22414). al-Albani: hadis ini shahih.
Sesuai janji Allah, kepada orang-orang yang saling mencintai
karena Allah, maka untuk mereka akan disediakan mimbar-mimbar (tempat
yang tinggi) dari cahaya yang membuat para Nabi dan orang-orang yang mati
syahid menginginkannya (HR. al-Tirmidzi, hasan shahih).
Selain itu,
Allah juga akan memberikan “CintaNya” kepada mereka yang saling mencintai
karena Allah (حَقَّتْ
مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ). Jika Allah
benar-benar memberikan cintaNya kepada mereka, maka apapun yang menjadi
keinginana mereka, akan Allah memberikannya. Nabi Saw bersabda: “Barangsiapa
memberikan kemudahan kepada orang lain, maka Allah akan memberikan kemudahan
kepadanya di dunia dan di akhirat nanti”. (HR.Muslim).
Ada kisah
menarik terjadi pada dua orang yang saling perhatian, saling menolong antara
satu dengan yang lain. Di salah satu keluarga
Arab Saudi yang tinggal di pinggiran kota Riyadh, ada seorang nyonya yang karena
menderita kanker darah stadium 4, maka keluarga ini merekrut seorang TKW asal
Indonesia untuk mendampingi dan merawatnya.
Seminggu TKW
bekerja di keluarga ini, sang nyonya yang menderita kanker curiga pada
pembantunya(TKW) karena sering bolak-balik ke kamar mandi dan lama sekali saat
berada di dalamnya. Suatu pagi, sang nyonya bertanya kepada sang TKW: “Kenapa
kamu sering ke kamar mandi dan berlama-lama di dalamnya?”. Saat itu sang TKW
malah menangis tersedu-sedu. Karena sang nyonya terus mendesak dan penasaran,
akhirnya sang TKW menjelaskan: “"Begini nyonya…! Sebenarnya 20 hari yang
lalu saya baru melahirkan anak, karena saya butuh uang untuk menghidupi anak
dan keluarga saya, maka saya pun mendaftar menjadi calon TKW. Saat itu saya
diterima, maka saya pun segera berangkat walaupun bekal yang harus saya bawa
berasal dari pinjaman tetangga.
Adapun saya berlama-lama di dalam kamar mandi, karena kedua
payudara saya selalu penuh ASI, karena itu saya terpaksa harus sering ke kamar
mandi untuk memeras dan mengeluarkan ASInya, karena kalau tidak dikeluarkan
akan terasa sakit dan terjadi peradangan".
Setelah sang TKW menceritakan sambil membayangkan kondisi
bayinya yang ditinggal di Indonesia, sang majikan (nyonya sang
sakit kangker darah) ini pun sangat iba, bahkan ia mengangap penderitaan sang
TKW ini lebih berat ketimbang derita yang dialaminya, karena itu ia pun segera membookingkan pesawat.
Keesokan harinya sang nyonya memanggil sang TKW sekaligus menyodorkan
dua amplop berisi ticket pesawat, paspor dan gaji selama 24 bulan (sesuai
perjanjian kontrak selama 2 tahun, sekitar 150 juta rupiah).
Kepada sang TKW, nyonya(majikan) itu betkata: "Saya tidak tega
melihat penderitaanmu, saya dapat merasakan perasaan seorang ibu, karena itu, pulanglah
ke kampungmu, ini tiket untuk pulang sudah saya siapkan, dan gaji selama dua
tahun juga sudah saya siapakan untuk kamu bawa pulang dan untuh keluargamu. Jika
suatu hari kamu ingin kembali ke sini …silahkan, dengan senang hati kami akan
tetap menerimamu dengan tangan terbuka, ini nomer telpon kami, silahkan hubungi
kami jika perlu", kata sang majikan.
Saat itu sang TKW sangat bahagia, bergembira luar biasa…! Tetapi sang
TKW merasa berat meninggalkan sang nyonya yang tidak bisa apa-apa kalau tidak
dibantu oleh sang pelayan. Nyonya (majikan) mengatakan: “kamu tidak perlu
memikirkan saya, pikirkan dulu anak dan kelargamu. Tentang saya, insya Allah
nanti akan ada yang bisa melayani saya. Allah Maha mengetahui dan maha
Penyayang terhadap hambaNya.
Mendengar itu, sang TKW semakin keras menangisnya, tangis bahagia yang
tak terkira. Melihat sang TKW yang begitu gembira dan berbahagia, rupanya sang
majikan juga ikut bergembira dan berbahagia.
Setelah sang TKW kembali ke tanah air dan berjumpa dengan anak serta
keluarganya, sang nyonya terus teringat betapa gembira dan bahagianya sang TKW
saat menerima hadiah atau pertolongan dari dirinya. Rupanya, suasana hati yang
sedemikian bahagia dan gembira itu lambat laun mengurangi rasa sakit yang dideritanya.
Dari hari ke hari, keadaan sang majikan
sendiri ternyata terus membaik meskipun tanpa pembantu. Setelah satu bulan, sang nyonya (majikan) pergi ke dokter langganannya untuk
periksa. Saat itu, dokter kaget seolah tidak percaya dengan kondisi sang
nyonya. Untuk meyakinkan hasil pemeriksaannya, dokter tersebut mengulangi
CT-scan, indoskopi, periksa darah berulang-ulang. Dan hasilnya menunjukkan 100%
sembuh total, ia bersih dari kanker. Allahu Akbar!
Dokter pun bertanya: "Bagaimana ini bisa terjadi, bisa sembuh total?
Obat apa yang nyonya minum? Dia hanya berkata: “sebulana yang lalu, saya telah
menolong seorang TKW. Sejak itu hati saya bahagia dan selalu bergembira.
Rupanya Allah telah membalas cinta saya, perhatian saya, dan pertolongan saya
kepada TKW itu”. Allahu Akbar.
Semoga menginspirasi !