SOLUSI HADAPI WAS-WAS
Oleh
Dr.H. Achmad
Zuhdi Dh, M.Fil I
Permasalahan:
Suatu saat saya sedang salat
berjamaah di sebuah masjid. Seorang yang salat di sebelah saya, tidak seperti
orang lain pada umumnya, ia melakukan takbir berulang-ulang, seakan-akan ada
perasaan yang kurang pas, sehingga harus diulangi lagi. Lalu saya diberitahu
teman bahwa orang yang semacam itu katanya terkena penyakit waswas. Bila
seseorang terkena penyakit waswas seperti itu, bagaimana cara mengatasinya? Adakah
petunjuk dari al-Qur’an maupun hadis cara mengatasi kasus waswas seperti itu? Demikian
permasalahan yang dapat saya kemukakan, atas jawaban dan pembahasan dari
Pengasuh, saya sampaikan banyak terima kasih. Jazakumullah khairan katsiran!
(Mu Wae, Gresik).
Pembahasan:
Untuk mendapatkan gambaran
komprehensip mengenai waswas, akan dibahas di sini tentang apa yang dimaksud dengan
waswas, apa saja penyebabnya, dan bagaimana cara meghadapinya.
Pengertian was-was
Waswas
adalah penyakit hati yang diliputi kekhawatiran dan keragu-raguan. Penyakit ini
bisa membahayakan bagi siapa saja yang terkena. Orang yang tertimpa waswas akan
menjadikan seseorang tidak bisa khusyuk dalam beribadah. Lama-kelamaan bisa
membuat yang bersangkutan malas melakukannya. Ibadahnya pun tidak akan optimal.
Sebab, waktunya habis untuk mengulang-ulang ibadahnya karena keragu-raguannya.
Waswas
bisa menimpa seseorang saat beribadah salat atau ibadah lainnya. Waswas adalah
usaha setan untuk merusak ibadah seorang muslim. Setan berusaha membuat orang
berhalusinasi seolah-olah apa yang dilakukannya itu salah atau rusak sehingga
seseorang tidak bisa merasakan kenikmatan ibadahnya, setelah itu frustrasi, dan
akhirnya tidak mau beribadah lagi (Abdullah al-Faqih, Fatawa al-Syabakah al-Islamiyah, VI/2723).
Waswas merupakan senjata setan (iblis) untuk merusak manusia dari kekhusyukan dan
ketenangan hatinya. Penyakit ini disematkan di hati manusia untuk menimbulkan
keraguan dan kekhawatiran. Dengan metode ini, setan
bisa dengan mudah menggiring seorang muslim untuk mengulang-ulang ibadahnya.
Dalam hal ini ada seseorang yang mandi besar sampai memakan waktu sekitar 1
jam; ada yang mengulang-ulang gerakan wudunya karena merasa ada bagian yang
kering atau belum tersentuh air, ada yang berwudu berkali-kali karena merasa
ada yang keluar dari duburnya, ada yang buang air kecil setengah jam karena
merasa tidak tuntas, ada yang gonta-ganti celana karena merasa ada yang
menetes, ada yang mengulang-ulang takbiratul ihram karena merasa belum pas
niatnya, ada yang membaca Al-Fatihah berulang-ulang dengan susah karena merasa
tidak benar, dan lain sebagainya.
Disebutkan dalam hadis dari
Said bin Musayyab dan Ubbad bin Tamim dari pamannya, tentang seseorang yang
merasakan sesuatu (di perutnya) dalam salat, lalu mengadu kepada Rasulullah
saw., beliau pun bersabda:
لَا يَنْصَرِفْ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ
رِيحًا
“Janganlah keluar (yakni
membatalkan salat) sampai dia mendengarkan suara atau mencium angin (bau)” [HR Bukhari 137 dan
Muslim 361]
Dalam riwayat yang lain, dari
sahabat Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah
saw. bersabda:
إِذَا وَجَدَ أَحَدُكُمْ فِي بَطْنِهِ شَيْئًا فَأَشْكَلَ
عَلَيْهِ أَخَرَجَ مِنْهُ شَيْءٌ أَمْ لاَ فَلاَ يَخْرُجَنَّ مِنْ الْمَسْجِدِ حَتَّى
يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا
“Jika seseorang di antara
kalian merasakan ada sesuatu di perutnya yang membuatnya ragu, apakah ada
sesuatu yang keluar darinya ataukah tidak, maka dia jangan keluar dari masjid
(membatalkan salat) sebelum mendengar suara atau mencium (bau) angin” (HR Muslim 362).
Dua
hadis tersebut menunjukkan bahwa penyakit waswas pernah menimpa juga pada
sahabat Nabi saw.
Sebab-Sebab Munculnya Waswas
Waswas bisa muncul pada diri
seseorang disebabkan oleh 1). Minimnya ilmu syar’i, yaitu pengetahuan tentang aqidah dan ibadah yang
sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Al-Sunnah; 2). Lemahnya keimanan, dan
setan itu hanya mampu menguasai ahli maksiat, bukan menguasai orang yang kuat
imannya; 3). Lalai dari mengingat Allah, sebab dzikir itu mampu mengusir setan
dan gangguan-gangguannya; 4). Kelemahan akal, sebab yang memiliki akal sempurna
akan selamat dari waswas dengan karunia Allah; 5). Tidak bergaul dengan
orang-orang yang memiliki ilmu dan iman sempurna; 6). Tidak mengikuti sunnah Rasulullah
saw.
Solusi Hilangkan Waswas
1.
Tidak menghiraukannya. Obat terampuh
untuk menumpas waswas adalah tidak menghiraukan ketika keraguan datang. Misal,
ketika melakukan takbiratul ihram, hatinya ragu apakah sah atau tidak, maka
keraguan itu tidak usah dihiraukan. Lanjutkan saja salatnya. Yakinlah bahwa takbiratul
ihramnya sah. Jika hal itu dilakukan, waswas sedikit demi sedikit akan hilang.
Namun, apa bila dituruti, maka waswas itu akan semakin bertambah dan bertambah
sehingga akan membuat empunya seperti orang gila.
Ahmad al-Haitami ketika
ditanya tentang penyakit was-was, adakah obatnya? Beliau mengatakan:
له دَوَاءٌ نَافِعٌ وهو الْإِعْرَاضُ
عنها جُمْلَةً كَافِيَةً وَإِنْ كان في النَّفْسِ من التَّرَدُّدِ ما كان فإنه مَتَى
لم يَلْتَفِتْ لِذَلِكَ لم يَثْبُتْ بَلْ يَذْهَبُ بَعْدَ زَمَنٍ قَلِيلٍ
Obat yang paling mujarab untuk penyakit waswas
adalah tidak peduli semuanya, meskipun dalam dirinya muncul keraguan yang
hebat. Karena jika dia tidak memperhatikan keraguan ini, maka keraguannya tidak
akan menetap dan akan pergi (hilang) dengan sendiri dalam waktu yang tidak
lama.
Lebih lanjut dikatakan: Hal
ini pernah dilakukan oleh mereka yang mendapat taufiq untuk lepas dari was-was.
Adapun orang yang memperhatikan keraguan yang muncul dan menuruti bisikan
keraguannya, maka dorongan was-was itu akan terus bertambah, sampai menyebabkan
dirinya seperti orang gila bahkan lebih parah lagi. Yang demikian ini pernah
kami saksikan pada banyak orang yang mengalami cobaan keraguan ini, sementara
dia memperhatikan bisikan was-wasnya dan ajakan setannya (Ibn Hajar al-Haytami,
al-Fatawa al-Fiqhiyah al-Kubro, I/149).
2.
Sadari bahwa waswas itu sumbernya dari bisikan setan. Karena itu waswas harus dilawan dengan
berlindung kepada Allah, misalnya dengan banyak membaca isti’adzah dan surat-surat
al-muta’awwidzat. Allah swt. berfirman:
وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ
الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
“…. dan janganlah mengikuti
langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang nyata” (QS. Al-Baqarah, 168).
Al-Iz bin Abdus Salam dan
ulama lainnya menjelaskan: “Obat penyakit was-was, hendaknya meyakini bahwa hal
itu adalah godaan setan, dan meyakini bahwa yang mendatangkan itu adalah iblis.
Dengan demikian, saat itu sebenarnya ia sedang melawan iblis. Karena itu ia
mendapatkan pahala sebagai orang yang berjihad, jihad memerangi musuh Allah.
Jika suatu saat datang keraguan, maka ia akan segera menghindarinya...” (al-Fatawa
al-Fiqhiyah al-Kubro, 1:150).
3.
Yakini bahwa Islam itu agama yang mudah. Karena itu jangan mempersulit diri. Dari Abu
Hurairah, Nabi saw. bersabda:
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ
الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ
“Sesungguhnya agama itu mudah, tidaklah seseorang memberat-beratkan
dirinya dalam beragama kecuali dia akan terkalahkan” (HR. Bukhari 39, dan Al-Nasai 5034).
Dari ‘Abdullah
bin ‘Anamah, beliau berkata: “Aku pernah melihat sahabat ‘Ammar bin Yaasir
masuk ke dalam masjid kemudian salat. Namun, beliau salat dengan salat yang
pendek. Ketika beliau keluar, aku berkata, ‘Wahai Abu Yaqdzon, Engkau telah
salat dengan salat yang ringan.’ ‘Ammar bin Yaasir mengatakan, ‘Apakah Engkau
melihat saya mengurangi dari batasan-batasan salat?’ Aku berkata, ‘Tidak.’
Sahabat ‘Ammar bin Yaasir berkata, ‘Sungguh aku cepat-cepat agar aku tidak diganggu
oleh setan. Aku pernah mendengar Nabi saw. bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيُصَلِّي الصَّلَاةَ مَا يُكْتَبُ لَهُ مِنْهَا إِلَّا
عُشْرُهَا، تُسْعُهَا، ثُمُنُهَا، سُبُعُهَا، سُدُسُهَا، خُمُسُهَا، رُبُعُهَا،
ثُلُثُهَا نِصْفُهَا
“Sesungguhnya
seseorang hamba salat dan tidak ditulis pahala untuk salatnya kecuali
sepersepuluhnya, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya,
seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya, atau setengahnya” (HR. Ahmad 18894, Abu Dawud 796, dan dinilai hasan oleh Syaikh
Al-Albani).
4. Banyak berdzikir dan membaca
al-Qur’an.
Imam al-Nawawi mengutip pendapat
sebagian ulama bahwa disunnahkan bagi orang yang terkena waswas untuk berwudu
atau salat. Membaca laa ilaha illallah. Karena setan itu apabila
mendengar suara dzikir akan menyelinap, mundur, dan menjauh. Sedangkan kalimat
tauhid la ilaha illallah adalah dzikir yang utama. Mereka berpendapat
bahwa:
أَنْفَعُ عِلَاجٍ في
دَفْعِ الْوَسْوَسَةِ الْإِقْبَالُ على ذِكْرِ اللَّهِ تَعَالَى وَالْإِكْثَارُ منه
Pengobatan yang paling bermanfaat
untuk menghadapi waswas adalah melakukan
dzikir kepada Allah sebanyak-banyaknya (Ibn Hajar al-Haytami, Fatawa al-Fiqhiyah al-Kubra,
I/150).
5. Membaca ta’awwudz.
وفي مُسْلِمٍ من طَرِيقِ عُثْمَانَ بن أبي الْعَاصِ
أَنَّهُ قال حَالَ بَيْنِي وَبَيْنَ صَلَاتِي وَقِرَاءَتِي فقال ذلك شَيْطَانٌ يُقَالُ
له خَنْزَبٌ فَتَعَوَّذْ بِاَللَّهِ منه وَاتْفُلْ عن يَسَارِك ثَلَاثًا فَفَعَلْت
فَأَذْهَبَهُ اللَّهُ عَنِّي
Utsman bin abil
Ash pernah bercerita kepada baginda Nabi saw bahwa setan telah mengganggu salatnya.
Maka Nabi memerintahnya untuk membaca ta’awwudz dan meludah ke kiri tiga kali.
Resep itu pun dilakukan. Seketika, penyakit waswas itupun hilang (HR. Muslim No.
5858).
6. Bergaul dengan orang shalih
عَلَيْكَ بِمُجَالَسَةِ الصَّالِحِيْنَ، وَحُضُوْرِ مَجَالِسِهِمْ، وَابْتَعِدْ
عَنْ مُجَالَسَةِ أَهْلِ السُّوْءِ.
Hendaklah engkau suka bergaul
dengan orang-orang shalih, menghadiri majelis-majelis pengajiannya, dan
menjauhi bergaul dari orang-orang jahat (lajnah
al-Fatawa, Fatawa al-Syabakah al-Islamiyah, VI/2160).
7. Jangan menyendiri
لاَ تَجْلِسْ مُنْفَرِداً
أَوْ مُنْعَزِلاً أَوْ فَارِغاً، بَلِ اشْغِلْ نَفْسَكَ باِلصُّحْبَةِ الصَّالِحَةِ،
أَوِ اشْغِلْ نَفْسَكَ بِعَمَلٍ يُلْهِيْكَ عَنِ وَسَاوِسِكَ كَقِراَءَةِ كِتَابٍ،
أَوْ سَمَاعِ دَرْسٍ أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ.
Jangan duduk menyendiri,
memisahkan diri, dan menyepi. Sibukkan dirimu dengan persahabatan yang baik.
Sibukkan dirimu dengan aktifitas yang dapat mengalihkan perhatianmu dari waswas
seperti membaca kitab, mendengarkan ceramah, dan lain sebagainya (lajnah al-Fatawa, Fatawa
al-Syabakah al-Islamiyah, VI/2160).
(Artikel ini telah dimuat di Majalah MATAN PWM Jawa Timur edisi Januari 2024)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar