SYAFAAT
Siapa Layak Mendapatkannya?
Oleh
Dr.H.Achmad Zuhdi
Dh, M.Fil I
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لِكُلِّ
نَبِىٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِىٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّى
اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِى شَفَاعَةً لأُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَهِىَ نَائِلَةٌ
إِنْ شَاءَ اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِى لاَ يُشْرِكُ
بِاللَّهِ شَيْئًا (رواه
مسلم)
Dari
Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda: “Bagi setiap Nabi (tersedia) baginya satu
doa mustajab (pasti dikabulkan oleh Allah swt). Semua nabi telah
menyegerakan permintaannya (kecuali aku). Aku masih menyimpan permintaanku itu
agar menjadi syafaat untuk umatku, kelak pada hari kiamat. Maka
syafaatku itu insyaallah bisa diraih oleh siapa saja dari umatku yang meninggal
dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan apapun selain-Nya”(HR. Muslim No.
512).
Status Hadis
Hadis tersebut statusnya sahih. Selain
diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam al-Jami al-Sahih No. 512, hadis
tersebut juga diriwayatkan oleh sejumlah imam ahli hadis seperti Imam
al-Bukhari dalam al-Jami al-Sahih No 6304, Imam al-Tirmidzi dalam al-Sunan
No. 3602, Imam Ibn Majah dalam al-Sunan No. 4307, Imam Ahmad dalam al-Musnad
No. 7714, Imam al-Bayhaqi dalam al-Sunan No. 15615, dan lain-lain.
Muhammad Nashiruddin al-Albani juga menilainya sebagai hadis yang sahih (al-Albani,
Sahih Wa Da’if al-Jami al-Saghir, XIX/454).
Pembahasan
Hadis di atas menjelaskan bahwa semua nabi memiliki
hak istimewa berupa satu doa mustajab, yaitu satu permintaan yang pasti
dikabulkan Allah. Semua nabi sudah menggunakannya kecuali Nabi Muhammad saw.
yang akan menggunakannya pada hari kiamat untuk menolong umatnya yang meninggal
dalam keadaan tidak menyekutukan Allah, sebagai syafaat.
Syafaat adalah su’al al-khayr li
al-ghayr, permintaan kebaikan untuk orang lain (al-Qahtani, Aqidat
al-Muslim Fi Dhau al-Kitab Wa al-Sunnah, I/138). Syafaat bisa berarti tawassut, yakni (التوسط
للغير بجلب منفعة أو دفع مضرة), perantara atau mediator bagi orang lain untuk mendapatkan
manfaat dan terhindar dari bahaya(Al-Luhaymid, Taysir al-I’tiqad Syarh
Lum’at al-I’tiqad, I/90).
Ibn al-Atsir mengatakan: “Kata
syafaat telah disebutkan berulang kali dalam hadis Nabi saw., baik yang
berkaitan dengan urusan dunia maupun akhirat. Yang dimaksud dengan syafaat
adalah meminta untuk diampuni dosa dan kesalahan di antara mereka”( Abu
al-Sa’adat al-Jazari, al-Nihayah Fi Gharib al-Hadis Wa al-Atsar,
II/1184).
Pemberi
Syafaat
Syafaat itu
sepenuhnya menjadi hak prerogatif Allah, artinya syafaat hanya bisa diberikan
bila mendapatkan izin dari Allah. Hal ini telah ditegaskan dalam firman-Nya: (قل لله الشفاعة جميعا), “Katakanlah:
Hanya kepunyaan Allah lah syafaat itu semuannya (QS. al-Zumar, 44). Selain
Allah sendiri yang akan memberikan syafaat, ada beberapa hamba Allah yang mendapatkan izin
untuk memberikan syafaat kepada orang-orang yang layak menerima syafaat pada hari
kiamat, yaitu Nabi Muhammad saw., nabi-nabi lainnya, orang-orang jujur, para
syuhada, dan orang-orang salih (al-Qahtani, Aqidat al-Muslim, I/138). Nabi
saw. bersabda: “Para nabi, para
malaikat, dan orang-orang yang beriman, semua telah memberi syafaat. Lalu Allah
berfirman, “sekarang tinggal syafaat-Ku”. Kemudian Allah menciduk isi neraka,
dan Allah keluarkan banyak sekali manusia yang telah gosong terbakar. Lalu
mereka diletakkan di sungai pintu surga, yang disebut sungai al-hayat, hingga
tubuh mereka tumbuh di tepian sungai, sebagaimana biji tumbuh di tumpukan tanah
yang dibawa arus (HR. Bukhari No. 7001).
Macam-macam
syafaat
Al-Nawawi mengutip pendapat al-Qadi
Iyad tentang lima macam syafaat (al-Nawawi, Syarh Sahih Muslim, III/35-36), yakni sebagai berikut:
Pertama,
Syafaat
Agung, yaitu untuk menenangkan situasi dan mepercepat hisab, karena lamanya
berdiri di tanah lapang pada hari kiamat. Saat itu tidak ada yang bisa
memberikan syafaat kecuali Nabi Muhammad saw., dan ini merupakan “al-syafaat
al-uzhma (syafaat paling agung)”. Dalam hadis, Nabi bersabda bahwa saat itu
(hari kiamat), manusia berduyun-duyun mendatangi Nabi Adam untuk mendapatkan
syafaatnya, tetapi ia tidak bisa, demikian juga kepada Ibrahim, Musa, dan Isa,
semuanya tidak bisa…. Maka
mereka mendatangiku (Muhammad), dan aku katakan, “Ya aku punya hak, maka aku
minta izin kepada rabbku, dan Dia pun
memberiku izin ….” (HR. al-Bukhari No. 4476, Muslim No. 501).
Kedua,
Syafaat
untuk memasukkan suatu kaum ke surga tanpa hisab. Dalam hadis yang
panjang diceritakan bahwa Nabi Muhammad saw melihat orang dalam jumlah sangat
besar. Di antara mereka ada 70.000 orang yang akan masuk surga tanpa hisab dan adzab. .….Beliau bersabda: ‘Mereka itu
adalah orang yang tidak pernah minta diruqyah, tidak meminta di kay
(menempel luka dengan besi yang dipanaskan) dan tidak pernah melakukan tathayyur
(merasa bernasib buruk karena melihat burung), serta mereka bertawakkal kepada
Rabb mereka. Lalu Ukasyah bin Mihshan berdiri dan berkata: “Mohonkanlah kepada
Allah, mudah-mudahan saya termasuk golongan mereka!’ Beliau menjawab: ‘Engkau
termasuk mereka’. Kemudian berdirilah seorang yang lain dan berkata: ’Mohonlah
kepada Allah, mudah-mudahan saya termasuk golongan mereka!’ Beliau menjawab:
’Kamu sudah didahului Ukasyah…”(HR. al-Bukhari No. 6542, Muslim No. 549).
Ketiga, Syafaat untuk kaum yang
ditetapkan masuk neraka, lalu Nabi saw. memberikannya syafaat atas izin Allah
hingga dikeluarkan dari neraka. Dalam hadis riwayat Imran bin Hushain ra., Nabi
saw. bersabda: “Ada satu kaum akan keluar dari neraka lantaran syafaat
Muhammad, lalu mereka masuk surga” (HR. al-Bukhari No. 6566).
Keempat: Syafaat bagi orang-orang
yang pernah melakukan dosa besar. Dari
Anas, Nabi saw. bersabda: “Syafaatku (bisa berlaku) untuk umatku yang melakukan
dosa besar (شفاعتى
لاهل الكبائر من امتى). Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Dawud, al-Tirmidzi, Ahmad, al-Hakim,
al-Bazzar, al-Thabrani, Ibn Hibban, dan al-Bayhaqi. Al-Albani menilai hadis ini
sahih (al-Albani, Sahih al-Targhib Wa al-Tarhib, III/241). Abu
Said al-Khudri meriwayatkan bahwa Nabi saw. pernah berdoa: “Mudah-mudahan syafaatku akan
menolongnya (Abu Thalib) pada hari kiamat”, kemudian ia ditempatkan di dahdah
dari neraka yang membuat otaknya mendidih(HR. Bukhari No. 6196 dan Muslim
No. 535). Ibn Taymiyah mengutip hadis Muslim no.357, dari Ibn Abbas, Nabi saw.
bersabda: "Penduduk neraka paling ringan siksanya adalah Abu Thalib; dia
memakai dua sandal (dari neraka), seketika mendidih otaknya." (Ibn
Taymiyah, Majmu’ al-Fatawa, I/117).
Kelima: Syafaat tentang peningkatan
derajat di dalam surga untuk ahli surga yang amal-amalnya tidak cukup untuk
mencapainya. Nabi Muhammad saw. adalah pemilik wasilah yang paling tinggi
kedudukannya di dalam surga. Allah mengabarkan…“Dan orang-orang yang beriman dan
berhak untuk memperoleh derajat yang tinggi lalu diikuti oleh anak cucu mereka
dalam beriman, dan anak cucu itu belum mencapai derajat yang dicapai oleh
bapak-bapak mereka, maka Kami akan menghubungkan mereka dengan anak cucu mereka
itu, agar mereka dapat bergembira dengan anak cucunya. Kami tidak akan
mengurangi pahala perbuatan mereka sedikit pun, dan bapak tidak akan membawa
kesalahan anak cucu mereka sedikit pun, karena setiap manusia bertanggung jawab
atas perbuatannya sendiri dan orang lain tidak akan dihukum karenanya” (QS.
Al-Tur, 21).
Orang-orang yang mendapatkan syafaat
Beberapa orang yang dijanjikan akan mendapatkan syafaat pada
hari kiamat adalah orang-orang yang memiliki amal-amal sebagai berikut:
Pertama: Mentauhidkan
Allah.
Nabi bersabda: “Yang paling bahagia dengan syafaatku pada hari kiamat adalah,
orang yang mengucapkan Laa ilaahaa illallaah dengan ikhlas dari hatinya
atau dirinya”(HR. al- Bukhari No. 99). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahullah berkata: ”Sesungguhnya, syafaat adalah salah satu sebab kasih
sayang Allah kepada hambaNya. Dan yang paling berhak dengan rahmatNya adalah
ahlut tauhid dan orang-orang yang ikhlas kepadaNya (Ibn Taymiyah, Majmu’
Fatawa, XIV/414).
Kedua, Membaca
Alquran. Dari
Abi Umamah, Rasulullah saw. bersabda: “Bacalah
Alquran, sesungguhnya Alquran akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi syafaat
bagi sahabatnya (pembacanya)…”(HR. Muslim No. 804).
Ketiga, Puasa. Rasulullah saw.
bersabda: “Puasa dan Alquran akan memberi syafaat kepada seorang hamba pada
hari kiamat kelak. Puasa berkata: “Wahai, Rabb-ku. Aku telah menahannya dari
makan pada siang hari dan nafsu syahwat. Karenanya, perkenankan aku untuk
memberi syafaat kepadanya”. Sedangkan Alquran berkata: “Aku telah melarangnya
dari tidur pada malam hari. Karenanya, perkenankan aku untuk memberi syafaat
kepadanya”. Maka keduanya pun memberi syafaat” (HR. Ahmad No. 6626; al-Hakim
No. 2036; al-Bayhaqi No. 1994 dari Abdullah bin ‘Amr. Al-Albani menilai hadis
ini sahih (al-Albani, Sahih
al-Jami al-Saghir, II/720).
Keempat, Doa setelah adzan. Dari
Jabir bin Abdillah, Rasulullah saw. bersabda:
“Barangsiapa, ketika mendengar adzan, membaca: “Ya Allah, Rabb pemilik
panggilan yang sempurna ini dan shalat (wajib) yang didirikan. Berilah al-wasilah
(derajat di surga), dan keutamaan kepada Muhammad, dan bangkitkan beliau,
sehingga bisa menempati maqam terpuji yang engkau janjikan”, maka dia
berhak mendapatkan syafaatku pada hari Kiamat” (HR. Bukhari No. 614).
Kelima, Meninggal
di Madinah. Dari Ibn Umar, Nabi saw. bersabda: “Siapa yang bisa memilih mati di Madinah,
silahkan dia lakukan. Karena saya akan memberi syafaat bagi mereka yang meninggal
di Madinah”(HR. Ahmad No.5437). Hadis
ini sanadnya sahih sesuai dengan
syarat al-Bukhari dan Muslim. Al-Tirmidzi dan Ibn Hibban juga mensahihkannya (al-Albani, al-Silsilah
al-Sahihah al-Kamilah, VI/427).
Keenam, Shalawat kepada
Nabi Muhammad saw. Dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang
paling berhak mendapatkan syafaatku pada hari kiamat adalah yang paling banyak
shalawat kepadaku” (HR. Tirmidzi No.484). Hadis ini dinilai daif oleh
sebagian ulama, dan sebagian yang lain menilai hasan lighairih
(al-Albani, Sahih al-Targhib Wa al-Tarhib, II/136).
Ketujuh, Shalatnya kaum
muslimin terhadap mayit muslim. Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah seorang
muslim meninggal kemudian jenazahnya disalati oleh empat puluh orang yang tidak
menyekutukan Allah azza wa jalla dengan sesuatupun, niscaya
Allah azza wa jalla menerima syafaat mereka pada orang
tersebut” (HR . Muslim no. 2242).
Kedelapan, Memperbanyak
sujud. Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami berkata: “Ya Rasul, aku ingin dapat
menemanimu di surga”. Beliau berkata: “Ada keinginan lain?” Aku berkata: ’Itu saja’.
Lalu beliau saw bersabda: “Tolonglah aku atas dirimu dengan banyak bersujud” (HR.
Muslim No.489).
Paparan
tentang syafaat tersebut menjelaskan siapa sejatinya pemberi syafaat, kemudian
macam-macam syafaat, dan siapa saja yang layak mendapatkannya pada hari kiamat.
Apakah kita akan mendapatkan syafaat itu? Insyaallah, bila kita berusaha memantaskan
diri dengan berusaha menyesuaikan kreterianya.
Alhamdulillah Kajian orang yang layak mendapat syafa'at bersama Ust. Dr. H. Achmad Zuhdi DH, MFil. di Masjid Al Falah Jl. Raya Darmo 137A Surabaya ba'da Maghrib pada hari Jum'at tgl. 28 Pebruari 2020 kemarin, telah saya rekam dan saya upload di youtube.
BalasHapusBagi saudaraku yang berhalangan hadir dan berkenan untuk melihat/menyimak/mendengarkan/mendownloadnya, silakan klik di sini: 👉 https://www.youtube.com/watch?v=9jtMu_cNZ18
Alhamdulillah setelah mengikuti dan mendengarkan kajian yg disampaikan Ustadz Dr.H.Achmad Zuhdi Dh,Fil I di masjid At-Taqwa perum Tengguluna n Mega Asri Ds Tenggulunan-Candi -Sidoarjo
BalasHapusBertambah lagi ilmu yg saya dapatka , dan Insya Allah sangat bermanfaat bagi saya khususnya, dan bagi jama'ah At Taqwa pada umumnya..
Trimakasih Ustadz atas pemaparan ilmu nya, Barokallah..